Selasa, 01 November 2016

22.26 -

Pelanturan dalam doa



Pada waktu dibaptis, Roh Kudus mencurahkan karunia-karunia Allah dalam hati kita

Karunia “iman, harapan, dan kasih” (lih. Tiga kebajikan ilahi » [KGK 1803-1829] 7 Pilar dasar kehidupan Kristiani) yang mendorong jiwa untuk merindukan Allah

Roh-lah yang mendorong dan menggerakkan hati kita ke arah kerinduan itu dan menyempurnakan iman, harapan, dan kasih ini dengan karunia-karunianya, khususnya karunia doa. Semakin kita mengaktifkan iman, harapan dan kasih maka doa itu akan semakin mendalam dan berartilah doa itu.


Berdoa berarti memasuki hubungan pribadi dengan Tuhan di dalam iman. Iman memungkinkan kita untuk mengerti misteri Allah karena tidak ada pengenalan Allah lebih dalam dari pada melalui iman.

Dengan kasih, kita bersatu dengan Allah di dalam kemampuan dan kehendak kita - hanya melalui kasih, kita dihubungkan dengan Tuhan.



Doa yang mendalam terjadi bila hati sudah dikuasai oleh Roh Kudus sehingga Roh Kudus sendirilah yang berdoa dalam diri kita (Rm 8:26).

Sebagai contoh, bila kita mengulang-ulang nama Yesus, perlahan-lahan cinta kita semakin dalam kepada Yesus yang kita serukan dan doa ini sampai ke lubuk hati kita yang terdalam yang membawa persatuan yang mesra dengan Dia melalui Roh Kudus.

Ini merupakan ungkapan iman karena kita yakin akan Allah yang hadir, kemudian ungkapan cinta karena kita betul mau mencintai Tuhan yang mengatasi segala-galanya.

Kita yang masih dalam perjalanan ini selalu rindu untuk dapat mengenal Allah dan lebih mencintai-Nya. Justru oleh harapan itu, kita didorong untuk mengenal Allah dan semakin mencintai-Nya, percaya akan kehadiran-Nya dalam hati kita.

Sungguh benar bahwa doa kita itu akan bernilai hanya melalui iman, harapan, dan kasih dan sebaliknya benar pula bahwa doa-doa kita memperkuat iman dan cintakasih kita kepada Allah.

Di sini ada pengaruh timbal balik. Oleh karena itu, orang yang berdoa dengan penuh penghayatan dan kerinduan kepada Allah, di situ Allah sendiri akan memperkuat imannya, menyegarkan kasihnya, dan meneguhkan harapannya.

Perjalanan hidup doa tidaklah mudah seperti bekerja. Kita bisa bekerja 5 sampai 6 jam sehari dan menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik, sedangkan untuk duduk diam dalam doa, setengah jam atau satu jam sehari saja tidak mudah. Ini membutuhkan ketekunan, kesetiaan, perhatian, konsentrasi, kesabaran, iman, kasih dan kerinduan kepada Tuhan. Tanpa itu semua kita akan sulit untuk masuk lebih dalam pada doa.

Jika kita bertekun, suatu saat Tuhan akan memberikan rahmat dan kita akan diserap dalam Allah. Dan sebelum diserap pada Allah, kita harus berani menerima segala pelanturan itu dalam doa melalui iman dan dan cinta kasih. 

Perlu diketahui bahwa panca indera manusia, khususnya fantasi, akal budi dan pikiran serta nafsu-nafsu (kedagingannya), ini pada umumnya tidak stabil dan sangat goyah.

Untuk duduk diam sebentar saja, pikiran dan fantasi biasanya sudah mengembara kemana-mana dan sulit didiamkan. Oleh karena itu pikiran kita bisa diibaratkan seperti seekor monyet.

Bila kita perhatikan seekor monyet, dia tidak pernah tinggal diam. Selalu saja bergerak: loncat sana loncat sini, garuk sana garuk sini, makan, dan lain-lain. Mungkin hanya saat dia tidur, dia bisa sedikit tenang. 

Akan tetapi, jangan takut! Semua orang mengalami ini. Mereka yang selalu berdoa pun masih mengalami macam-macam pelanturan, bahkan godaan dan perjuangan mereka lebih hebat lagi. 

Sebenarnya yang dimunculkan dalam doa ini merupakan ajakan Tuhan supaya kita betul-betul bertobat kepada-Nya. Jika kita belum berserah secara total, pelanturan itu akan terus mengganggu dan doa kita tidak akan tenang.

Satu hal yang perlu diperhatikan, jangan perhatikan setiap gangguan itu seperti mengantuk, gatal-gatal, sakit sana sakit sini, pikiran mengembara, malas, kering, dsb.

Jadi, kita harus mencari Tuhan hanya dalam iman saja, tanpa ide, tanpa bayangan dsb. Semakin kita terus berkembang dalam iman, hati kita akan terus dikuasai oleh Tuhan, hati kita akan terpesona oleh-Nya, dan hati yang terpesona ini akan merindukan terus kekasih-Nya. Itu semua hanya terjadi dalam iman dan melalui doa. 

Ada dua jenis pelanturan:

1. Pelanturan-pelanturan yang menarik kita keluar dari doa

Pelanturan ini membuat kita sama sekali tidak bisa berdoa lagi. Tentu saja bila mengalami hal ini harus segera diatasi dan dengan tegas kita menolaknya. 

Biasanya dalam keheningan, kita menyaksikan kembali kehidupan kita di masa lampau (seolah-olah kita diputarkan film kehidupan kita), kita disadarkan akan kekurangan-kekurangan kita, kelemahan-kelemahan kita, bahkan dosa-dosa kita, bahkan mungkin disertai dengan ketakutan, kecemasan, kegelisahan dan lain-lain. Melalui pelanturan-pelanturan itu kita dapat mengenal diri sendiri, melihat “siapa diri kita di hadapan Tuhan.” 

* Kegelisahan itu bisa juga disebabkan oleh kelekatan-kelekatan terhadap hal-hal tertentu. Bila ada kegelisahan yang terus menerus, carilah sebab dan akarnya.

Jika tidak ada sebabnya, baiklah kita membuat faal iman: “Tuhan aku percaya, Engkau Mahatahu dan Engkau mengasihiku. Aku percaya bahwa Engkau yang memanggilku untuk dekat pada-Mu. Kini kuserahkan segalanya kepada-Mu.”

* Bila kita dihadapkan pada masa lampau, menyadari, menerima dan bersujud di hadapan Tuhan. Ingatlah sabda Tuhan di Yes 1:18, janganlah memakai perasaan dan pikiran sendiri.

Ada kalanya si penggoda (iblis) membisikkan dalam telinga hati kita “Engkau tidak layak, engkau pendosa, engkau tidak pantas berhadapan dengan Tuhan, siapa dirimu di hadapan Tuhan.”

Bila ada yang mengalami demikian berpalinglah kepada Tuhan sambil mengatakan: “Enyahlah penggoda!” kemudian katakan: “Tuhan, Engkau Maharahim, kerahiman-Mu lebih besar dari pada segala dosa-dosaku, saya berharga di matamu.”

Dalam hal ini kita perlu untuk memaafkan dan menerima diri sendiri apa adanya, sebagaimana Tuhan juga menerima kita seperti adanya. 

* Godaan kesombongan, Mengapa saya begini, mengapa saya begitu?” Kalau demikian hasilnya apa? Tidak ada. Kita hanya sibuk dengan diri sendiri, berputar pada diri sendiri, berdoa menjadi hanya memboros-boroskan waktu, timbul kemalasan, dan sebagainya.

Akan tetapi, bila kita sadar bahwa kita mengalami itu semua, tersungkurlah di bawah kaki Tuhan, katakanlah: “Saya telah berdosa, ampunilah saya.” Dengan penuh keyakinan berpalinglah kembali kepada Tuhan.

2. Pelanturan-pelanturan yang tidak menarik kita keluar dari doa 

* Teringat akan sesuatu yang dialami sehari-hari.

* Mendengar suara di luar yang membuat kita terngiang-ngiang akan suara itu.

* Mencium bau sesuatu yang membuat kita teringat pada bau itu.

Ini adalah pelanturan-pelanturan ringan, yang tidak begitu mengganggu. Jadi, janganlah terlalu diperhatikan, acuhkan saja! Atau bisa juga kita bersyukur kepada Tuhan, bahwa melalui itu semua, Tuhan mau menyatakan kehadiran-Nya melalui segala ciptaan-Nya.

Yang penting saat berdoa, berdoalah dengan sungguh, bicaralah dengan Tuhan yang sangat nencintai kita. Bila pelanturan ini sangat mengganggu, ambillah nafas panjang beberapa kali dan umumnya itu akan menolong.

Atau dapat pula dengan membuka mata sedikit kemudian kembali lagi dalam doa. Apabila masih tetap terus mengganggu, bersyukur saja dalam hati dan serahkan semuanya kepada Tuhan. Selanjutnya terima saja keadaan itu dan kembalilah dalam doa lagi.

Bila kita sudah tidak bisa lagi melakukan doa hening atau mengalami banyak pelanturan di dalam doa, kita bisa memakai cara lain yaitu mengucapkan bahasa Roh secara perlahan bagi yang memilikinya, atau dapat membaca kitab Suci khususnya Kitab Mazmur dengan perlahan-lahan.

Dengan meresap-resapkankan Doa Mazmur, kita akan terbantu dalam mengatasi pelanturan dan godaan dalam doa. Selain itu kita bisa juga mengucapkan doa Bapa Kami secara perlahan dan diulang-ulang dalam hati kita.

Marilah kita menganggap pelanturan/godaan seperti anjing menggonggong. Bila kita menaruh perhatian kepadanya, perjalanan kita akan terganggu. Walaupun diusir ia akan kembali dan tetap menggonggong.

Akan tetapi, kalau kita jalan saja tanpa memperdulikannya, anjing itu akan berhenti menggonggong. Demikian pula dengan pelanturan/godaan, acuhkan saja dan tidak usah diperhatikan maka pelanturan/godaan akan berhenti sendiri.

Di dalam doa, kadang-kadang orang mengalami sentuhan dari Tuhan pada jiwa, sentuhan ini meluap ke dalam bagian jiwa yang lebih lahiriah yaitu pada perasaan sehingga kita mengalami damai, sukacita, gembira atau bahagia tanpa sebab. Ada juga yang mengeluarkan air mata yang menimbulkan damai, penyerahan yang lebih dalam, menimbulkan cinta yang lebih besar kepada Tuhan.

Jika mengalami penghiburan-penghiburan ini di dalam doa, ada baiknya kita tetap terus menerus mengucapkan nama Yesus. 

Setelah keluar dari doa hening, tetaplah serukan nama Yesus sehingga nama itu tetap menggema dalam hati apa pun yang dilakukan.

Nama Yesus akan memenuhi hati kita, baik saat berjalan, bekerja, tidur, dsb. Bila ini sungguh-sungguh terjadi maka sukacita dan damai Tuhan akan dirasakan secara mendalam pada diri kita. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 87/VII/2011 » Pelanturan Dalam Doa, Vacare Deo edisi Juli-Agustus/Tahun VI/2004).