Kamis, 06 Oktober 2016

Persembahan terbaik

Ada seorang anak yang bernama John. Dia seorang anak yang pandai dan selalu juara kelas, tetapi memiliki tubuh yang gemuk sehingga dia tidak dapat berolahraga sebaik teman-temannya.


Pada saat pelajaran olahraga, semua anak harus memanjat tali untuk mendapatkan nilai akhir semester. Beberapa anak memanjat tali dengan cepat. 

Namun, bagi John olahraga ini sangat memalukan, karena semua usahanya hanya akan membuat lehernya membengkak dan wajahnya merah padam karena malu, sebab teman-temannya berteriak mengolok-oloknya.

Pada ujian akhir semester ketika nama John dipanggil untuk mendapat giliran panjat tali ini, dia mundur teratur. Akan tetapi, guru olahraga yang ramah itu berkata: “Ayo, John, tidakkah kamu mau mencoba barang sekali saja untuk memanjat tali itu?” 

Kata John: “Tidak.” Teman-temannya menyorakinya dengan riuh, tetapi dengan ramah gurunya menatap John dengan lembut dan berkata menantang: “Saya akan memberimu satu poin bila kamu mau mencoba.” Sepertinya satu poin itu bukan tawaran yang berharga. 

Namun, John melangkah maju meskipun teman-temannya mengolok-oloknya. Ia memegang tali, dan berjuntai di situ tanpa daya seperti biasanya. Dia terengah-engah sesaat, tidak beranjak, lalu mundur. Gagal seperti biasanya. Sementara itu gurunya dengan mantapnya menuliskan angka satu untuk John. Tentu saja orang lain yang memenangkan. 

Ketika dia mau mencoba dan berusaha, para malaikat yang menghitung perolehan angka menambahkan banyak angka nol dibelakang angka satu itu.

Dari sudut pandang Allah, bukan perolehan atau prestasi, melainkan usaha, yang diperhitungkan. Jika kita menerima kepapaan dan keterbatasan kita, dan terus mau mencoba maju, kita akan mendapat nilai tinggi, seperti yang diperoleh John. 

Misalnya dalam mentaati dan memegang teguh ajaran Yesus “Berdoalah bagi musuh-musuhmu.” Tampaknya bersikap baik kepada musuh tidak mungkin kita lakukan, tetapi saat ini Yesus mengatakan: “Aku akan memberimu satu poin bila engkau mencoba!”

Jadi, inilah alasannya. Jika kita berusaha dan menerima satu poin, maka satu poin itu berharga karena Allah dapat menambahkan sekian banyak angka nol di belakangnya. 

Rahmat-Nya akan menopang kita jika kita berusaha. Akan tetapi, jika poin penting (satu) itu hilang, karena kita tidak mau mencoba atau berusaha, penambahan angka nol menjadi sia-sia. Nilai kita hanya “nol.”

Jadi, berusahalah untuk mempersembahkan kelimpahan kita kepada Gereja. Misalnya: harta, waktu dan keberadaan kita yang terdalam bagi-Nya (talenta-talenta kodrati seperti berkotbah, mengajar, melayani, kegiatan sosial ataupun talenta-talenta karismatis seperti bahasa roh, sabda pengetahuan, mujizat, penyembuhan dll.). Itulah persembahan terbaik yang dikehendaki Allah. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 72/IV/2010 » Persembahan Terbaik, Vacare Deo Edisi V/XI/2009).