Rabu, 26 Oktober 2016

Orang Kristiani dipanggil untuk melewati padang gurun



Sejarah iman bangsa Israel tidak bisa lepas dari sejarah perjalanan mereka dari tanah Mesir menuju tanah Terjanji yang dijanjikan oleh Yahwe sendiri melalui perantara hambanya, yaitu Musa. 


Meskipun Israel sebagai identitas negara telah lenyap beberapa kali, tetapi ternyata mereka mampu bertahan sebagai bangsa. Hal ini terjadi karena ada kesatuan bersama-sama melewati padang gurun selama kira-kira 40 tahun. Pengalaman padang gurun inilah yang membentuk dasar jiwa bangsa Israel.



Dalam perjalanan kehidupan bangsa Israel, mereka melihat bahwa pengalaman berjalan di padang gurun merupakan suatu masa keemasan. Oleh karena di sana mereka menemukan beberapa nilai mendasar dari kehidupan manusia. Padang gurun telah menjadi masa pembentukan yang sangat penting sebagai bangsa. 



Ada dua nilai yang sangat penting ditemukan di sana, yaitu 

1. Arti nilai kesetaraan serta kesetiaan

Di padang gurun tidak ada perbedaan yang mencolok antara yang lemah dan yang kuat, antara yang miskin dan yang kaya, tidak ada situasi yang satu kekenyangan sementara yang lain kelaparan. Nasib mereka semuanya sama!

2. Arti nilai perhatian yang lemah 

Pengalaman padang gurun merupakan suatu kuliah yang sangat berharga bagi bangsa Israel karena menjadi antitesis terhadap sikap egois yang telah diwariskan kepada manusia sejak jaman Kain (Kej 4:9; 3:12-13). 

Di Mesir bangsa Israel belajar apa artinya menjadi orang yang tertindas dan orang asing, dan dari pengalaman di padang gurun mereka tahu apa arti hidup sengsara, lapar, dan haus

Oleh karena itu, mereka tentunya sangat peka terhadap orang yang lemah dan mereka tahu bahwa martabat sebuah bangsa ditentukan oleh perlakuan mereka terhadap orang paling lemah. Bangsa Israel menyadari bahwa Yahwe telah berbelaskasih dan setia menolong mereka.

Sejarah perjalanan hidup bangsa Israel melintasi padang gurun merupakan suatu gambaran perjalanan hidup kita di dunia menuju tanah terjanji yang sudah disediakan oleh Allah kepada setiap manusia. 

Jika kita melihat dan merenungkan kehidupan orang-orang kudus, kita akan melihat bahwa seluruh kehidupan mereka dipenuhi oleh penderitaan, baik itu berasal dari sesama manusia maupun dari pihak Allah (Ayb 1:12; 2:6 – seizin Allah). Akan tetapi mereka menemukan kehadiran Allah yang mengasihi dan mencintai mereka.

Pengalaman ini sudah dialami oleh bangsa Israel sejak jauh sebelumnya, yaitu di tengah situasi padang gurun yang sangat menyakitkan, tidak ada apa-apa, tetapi justru di situlah mereka menemukan Yahwe yang menyelamatkan dan mencintai mereka

Pengalaman padang gurun oleh bangsa Israel kini sudah menjadi pengalaman kita dewasa ini. Begitu banyak orang yang tidak melihat lagi dunia ini sebagai tempat damai dan merasa aman yang membuat manusia merasakan kehadiran Allah yang mengasihi dan mencintai setiap orang. 

Situasi dunia yang kini semakin panas oleh persaingan yang tidak sehat, kemajuan teknologi yang tidak dapat lagi melihat bahwa Allah adalah yang menguasai seluruh kehidupan manusia 

Inilah realita dunia, inilah padang gurun yang harus dilalui dengan setia oleh manusia. Meskipun demikian, orang kristiani tetap dipanggil untuk menjadi kudus di hadapan Allah. 

Ini merupakan suatu tantangan yang sangat berat bagi orang kristiani, tetapi barangsiapa yang melangkah terus dalam kehendak Allah maka Allah akan menyediakan rahmat yang cukup sehingga kita sampai pada tanah terjanji, yaitu tanah yang disediakan oleh Allah bagi setiap orang yang berharap dan percaya kepada-Nya.

Selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanankarena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama (2 Kor 5:4).


(Sumber: Warta KPI TL No.128/XII/2014 » Orang Kristiani Dipanggil Untuk Melewati Padang Gurun, HDR November-Desember 2007 Tahun XI).