Selasa, 11 Oktober 2016

Jalan menuju Tuhan

Lihatlah pada ciptaan di sekelilingmu, di mana-mana, pohon-pohon, burung, rumput, hewan, seluruh ciptaan itu bersukacita, seluruh ciptaan bahagia. 

Memang, ada penderitaan, ada rasa sakit, ada pertumbuhan dan penurunan, menjadi tua dan mati. Anda dapat menemukan itu semua pada seluruh ciptaan, tetapi tidak ada kegelisahan, tidak ada ketidakbahagiaan kalau anda benar-benar mengerti apa artinya kebahagiaan. Hanya manusia yang tidak bahagia/hatinya gelisah, mereka bagaikan ikan di dalam air yang kehausan.

Mereka kelihatan hidup, bernafas, makan, bercakap-cakap, berkomunikasi dan bergerak. Tentu saja mereka tidak mati, tetapi apakah mereka hidup? Mereka tidak mati tetapi juga tidak benar-benar hidup.

Hidup berarti menjadi diri sendiri, berada di sini dan sekarang ini.

1. Hidup adalah menjadi diri sendiri ~ kamu adalah kamu

Perhatikanlah reaksimu dan setiap kejadian pada hari itu, perhatikanlah pendirianmu, apakah anda terbuka untuk pertanyaan-pertanyaan mengenai pendirianmu? 

Kalau anda tidak terbuka, anda prejudice, anda mekanikal, anda menjadi boneka, menjadi subyek remote control; tingkah laku, perasaan dan pendirian beresponsi terhadap suara-suara, suara dari orang-orang di masa lalu, suara dari pengalaman yang sudah lewat yang berakibat pada dirinya dan mengendalikan mereka.

Cara membuang sifat mekanikal dari kehidupan kita.

Pikirkan sebuah peristiwa yang terjadi belum lama ini, sesuatu yang terjadi kemarin atau minggu lalu, mungkin peristiwa yang tidak enak. 

Bagaimana anda bereaksi secara emosional dan apa sikap dan pendapat anda? Lihatlah bagaimana anda bereaksi. 

Hanya melihat, jangan menghakimi, jangan menyalahkan, jangan menyetujui, jadilah peneliti yang netral. Hanya dengan melihat, maka sifat mekanikal itu akan hilang. Kehidupan dimulai dan anda akan melihat perubahannya.

* Ada seorang pria yang lumpuh berkata: “Saya benar-benar mulai hidup setelah menjadi lumpuh, karena untuk pertama kali dalam hidup, saya punya waktu untuk melihat diri sendiri dan melihat kehidupan saya; melihat bagaimana saya bereaksi dan melihat apa yang saya pikirkan. Sebagai hasilnya, kehidupan menjadi lebih mendalam dan lebih kaya, jauh lebih menarik daripada sebelumnya.” 

Begitu banyak orang yang dapat bergerak dengan bebas tidak dapat menemukan kehidupan, karena mereka lumpuh di dalam. Jadi, penghalang yang terbesar adalah “tidak punya waktuuntuk melihat diri sendiri. Hal inilah yang menjadi kendala yang besar dalam kehidupan spiritual.

* Ada seorang muda yang mengendarai mobil, pergi dengan istrinya, dan dia suka sekali ngebut. Istrinya melihat pada peta dan berkata: “Sayang, kita salah jalan.” Dan dia menjawab: “Tidak apa-apa, kita sedang menikmatinya.”

Ciri kehidupan modern seluruh waktu kita gunakan untuk menghemat waktu dan kita kehilangan masa hidup kita. Kecepatan itu baik, cepat itu luar biasa, ketika cepat itu menjadi tergesa-gesa itu racunnya.

2. Hidup adalah berada di sini

Apa maksudnya? Masa lalu dan masa depan tidak nyata, hidup di masa lalu dan masa depan berarti mati (tidak pernah menikmati hidup). Ya, memang ada hal-hal indah di masa lalu, dan kita dapat belajar dari pengalaman masa lalu. 

Masa lalu pun mempengaruhi kita dan membentuk kita, tetapi itu tidak nyata. Kita harus merencanakan masa depan. Itu baik sekali, tetapi masa depan itu tidak nyata, hanya pengertian yang ada dalam kepala anda.

* Sebuah keluarga bermaksud berlibur ke Swiss selama tiga hari. Mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan liburan itu. Dan pada saat mereka tiba di sana, mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merencanakan perjalanan pulang

Jadi, sementara ada di Swiss, mereka tidak menikmati pemandangan yang indah, tidak menikmati udara yang nyaman

Mereka sibuk mengambil foto, yang akan ditunjukkan kepada teman-temannya setelah kembali. Gambar tempat-tempat di mana mereka tidak pernah “berada”, sementara secara fisik mereka berada di situ, sesungguhnya mereka tidak di situ. Mereka ada di tempat lain, liburan yang tidak nyata, kehidupan yang tidak nyata.

* Tukang perahu yang bijak sedang membawa peziarah-peziarah menyeberangi sungai dengan perahunya menuju sebuah kuil. 

Seorang dari mereka bertanya kepada tukang perahu: “Apakah bapak pernah mengunjungi kuil itu?” Tukang perahu itu menjawab: “Belum, karena saya belum habis menikmati apa yang diberikan sungai ini kepada saya. Di sungai ini saya menemukan damai, saya menemukan Tuhan.” 

Tetapi peziarah yang malang itu tidak melihat sungai karena seluruh pikirannya hanya tertuju pada kuil.

3. Hidup adalah sekarang ini

Apa artinya? Keluar dari kepala dan masuk hati nurani anda, keluar dari abstraksi dan kembali pada pengalaman.

* Ada seorang serdadu Amerika yang rindu akan kampung halamannya. Pada hari thanksgiving, dia diundang oleh sepasang orang Korea. 

Pasangan Korea itu sudah menyiapkan daging kalkun dengan saus kesukaannya. Dia mengambil cukup banyak daging kalkun di awal santap malam, dan dia masuk dalam perdebatan dengan tuan rumah

Ketika perdebatan itu berakhir, santapan pun berakhir dan serdadu yang malang itu menyadari bahwa dia tidak menikmati makanannya.

* Ketika kita melihat orang yang berkebangsaan Amerika, kita berkata: “O, orang Amerika.” 

Pandangan, kataorang Amerikaitu dapat menjadi penghalang bagi kita untuk melihat dengan sungguh-sungguh orang Amerika yang sedang berdiri di depan kita (keunikan seorang individu).

Demikian pula dengan kata dan gambaran Tuhan dapat menjadi penghalang untuk melihat Tuhan.

Hati kami diciptakan untuk-Mu, ya, Tuhan dan mereka gelisah sampai mereka menemukan peristirahatan di dalam diri-Mu (St Agustinus)

Ada dua alasan yang membuat manusia tidak bahagia:

1. Ide atau pandangan yang keliru.

* Kebanyakan orang beranggapan bahwa sukacita berarti berada dalam puncak sensasi yang menyenangkan, sedang bersenang-senang

Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa manusia perlu mencaritonik” atau “stimulan” dan berakhir dengan depresi. “Tonik” yang diperlukan manusia adalah “kehidupan” sejenis tonik yang tahan lama.

* Kita dapat mengejar kebahagiaan, kita dapat melakukan sesuatu agar bahagia. Kebahagiaan sesungguhnya hanyalah sebuah memori, hampir bukan sesuatu pengalaman.

* Kebahagiaan ditemukan dalam hal-hal eksternal, kebahagiaan ditemukan pada hal lain, pada orang lain

Misalnya: mungkin saya akan bahagia kalau ganti pekerjaan; pindah tempat tinggal. Kalau saya menikah, mungkin saya bahagia. 

Kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan hal-hal di luar diri kita. Tetapi orang-orang beranggapan bahwa uang, kekuasaan, kehormatan, dan lain-lainlah yang membawa kebahagiaan. Padahal tidak! Orang miskin dapat bahagia.

* Ada seorang tawanan yang malang, dia disekap di antara empat dinding yang sangat kokoh dan rapat, setiap hari dia disiksa. Suatu hari dia dipindahkan ke sel yang lain. 

Dalam sel yang baru terdapat lubang yang dapat dipakai untuk melihat langit biru di siang hari dan bintang-bintang di malam hari. Pria itu sangat gembira karena merasa beruntung dapat melihat langit dan bintang-bintang.

* Ada seorang tawanan di Kamp Konsentrasi Soviet di Sibiria. Pria malang ini dibangunkan pukul 4 pagi. Mereka memberinya sepotong roti dan pria itu berpikir: “Lebih baik saya menyimpan roti ini sebagian, karena mungkin saya memerlukannya nanti malam. Kalau lapar, saya tidak dapat tidur.” 

Demikianlah, setelah bekerja seharian, dia naik ke tempat tidur, memakai selimut yang tidak membuatnya hangat dan dia berpikir: “Ini hari yang menyenangkan, hari ini memang saya bekerja di udara dingin tapi kalau malam ini saya terbangun karena lapar, saya punya sepotong roti, saya akan memakannya dan kemudian tidur nyenyak.” 

2. Sikap yang keliru

* Sikap anak yang merajuk ~ Kebanyakan orang tidak bahagia karena menaruh persyaratan pada kebahagiaannya.

* Ada cerita tentang seorang pria yang selalu mengganggu Tuhan dengan segala macam permintaan. Suatu hari Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berkata: “Saya sudah jenuh, tiga permintaan, tiga permohonan, dan sesudah Saya memberikan itu, Saya tidak akan mengabulkan permintaanmu lagi, jadi ajukan permohonanmu.” 

Pria itu sangat senang, dia berkata: “Anda benar-benar akan mengabulkan tiga permintaan saya?” Dan Tuhan menjawab: “Ya, tetapi tidak lebih dari itu.” 

Pria itu lalu berkata: “Hm ... sebenarnya saya malu mengatakan ini, tetapi saya ingin bebas dari istri saya, karena dia rewel dan dia selalu ... Anda tahu, pokoknya saya tidak tahan hidup bersamanya, kalau bisa saya ingin bebas dari dia." 

Tuhan lalu menjawab: “Baiklah, permohonanmu dikabulkan.” Dan istrinya meninggal, pria itu merasa bersalah walaupun dalam hatinya dia merasa lega. Dia merasa senang. Dia berpikir: “Saya akan menikah dengan orang lain yang lebih menarik.” 

Ketika keluarga dan teman-temannya datang ke pemakaman, mereka mulai memuji wanita yang baru meninggal itu dan tiba-tiba pria itu sadar

Dia berkata: “Ya, Tuhan, dia wanita yang baik dan saya tidak pernah menyadarinya, saya tidak menghargainya ketika dia masih hidup.” Dia merasa sangat tidak enak dan berlari kepada Tuhan dan berkata: 

Kembalikan dia, hidupkan kembali dia.” Lalu Tuhan berkata: “Baiklah, permohonan kedua dikabulkan.” 

Sekarang dia masih punya satu permohonan, dia berpikir: “Apa yang harus saya minta?” Dia menanyakan pendapat teman-temannya. Yang seorang mengatakan, untuk minta uang, kalau kamu punya uang dapat membeli apa saja. Teman lainnya memberi saran, apa gunanya uang kalau tidak sehat. Yang lainnya lagi menasehati, apa gunanya kesehatan kalau kamu harus mati suatu hari, mintalah keabadian. 

Pria itu tidak tahu apa yang harus dimintanya karena yang lain akan berkata apa gunanya hidup selamanya kalau tidak ada yang mencintaimu, minta cinta. 

Dia berpikir dan berpikir, satu tahun berlalu, lima tahun, kemudian sampai sepuluh tahun dan dia belum mengajukan permohonan. 

Suatu hari Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berkata: “Kapan kamu mengajukan permohonan yang ketiga?” Dan pria malang itu berkata: “Tuhan, saya bingung, saya tidak tahu harus meminta apa. Maukah Anda memberitahu saya?” 

Tuhan tertawa ketika mendengar itu, lalu Dia berkata: “Baiklah, saya beritahu apa yang harus kamu minta, mintalah kebahagiaan, tidak peduli apa pun juga yang kamu dapatkan.” 

* Sikap anak yang lekat ~ anda tahu, kalau lekat pada emosi negatif, anda tidak akan bahagia. Bukan berarti anda tidak boleh memiliki emosi negatif. Anda tidak manusiawi kalau sekali-kali tidak mengalami depresi, merasa gelisah dan sedih karena kehilangan. Anda dapat merasa emosi negatif itu dan biarlah berlalu, yang jelek kalau anda lekat padanya.

Musuh kemerdekaan bukan di luar kita, musuh itu di sini, di dalam diri kita. Rantai yang mengikat kita di sini, di dalam hati.

Rantai yang mengikat dan menghalangi kita untuk merdeka dan hidup:

* Pengalaman masa lalu

Pengalaman buruk masa lalu

Untuk memutuskan rantai ini diperlukan iman dan sikap syukur (caranya: lih  [Yoh 21:1-19] Hypnoterapi ala Yesus).

* Ada seorang anak yang kehilangan ibunya ketika berumur 8 tahun. dia sangat terluka oleh pengalaman itu, sehingga sekarang dia tidak mau dekat dengan siapa pun juga.

- Ada seorang wanita yang di waktu kecil mengalami kekerasan seksual sehingga sekarang takut pada laki-laki.

- Ada seorang pria yang dituduh secara tidak adil dan dipecat dari pekerjaannya, sehingga seluruh kehidupannya diracuni oleh kepahitan.

Pengalaman indah masa lalu

Karena pengalaman indah masa lalu, pengalaman saat ini anda hancurkan. Pengalaman indah tentu baik, bahkan sungguh baik kalau sekali-kali kita mengenangnya kembali dan disegarkan kembali olehnya, tetapi ada bahaya di situ. Anda tahu bahayanya? 

Kalau anda diserang penyakit yang disebut nostalgia. Apa yang akan terjadi? Anda berhentihidup”, karena anda mengabaikan saat ini” dan kemungkinan akan melakukan hal lain, yaitu menghancurkan yang sekarang ini.

* Anda mempunyai pengalaman yang baik dengan seseorang teman. Anda duduk bersamanya menikmati matahari terbenam, suatu pengalaman yang indah. 

Kemudian suatu hari anda pergi makan bersama teman itu atau berjalan-jalan dan bercakap-cakap, anda tahu apa yang mungkin terjadi? 

Anda cenderung untuk mengambil pengalaman baik di masa lalu itu. Anda menempatkan “pengalaman senja hari itu” pada “sebuah kotak perak” dan membawanya ke mana pun pergi. 

Jadi, sementara berjalan bersama teman, anda secara sembunyi-sembunyi membuka “kotak perak” itu, melihat ke dalam dan berkata: “Ah, kali ini tidak sebaik pengalaman yang lalu.”

* Banyak orang tua tidak pernah benar-benar hidup dan tidak pernah menikmati seluruh keindahan, kedalaman dan kekayaan yang dibawa usia tua, karena mereka tidak pernah melepaskan masa muda, kekuatan dan vitalitas mereka. 

Banyak orang kehilangan periode terbaik dari kehidupan masa tua mereka, karena mereka terlalu terpusat pada masa lalu, mereka terikat pengalaman masa indah di masa lalu.

* Khawatir dan takut akan masa depan

Untuk mengatasi ketakutan, kita dapat meneladan Yesus dengan berkata: “... bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42). 

Rantai batin yang memperbudak kita yang berhubungan dengan masa depan yaitu: ambisi. Berambisi dapat saja merupakan hal yang baik, tetapi diperbudak oleh ambisi, itu mengerikan.

* Melekat pada benda-benda masa kini

Hati manusia sangat mudah melekat terhadap orang, benda-benda, tempat, jabatan, kesehatan, reputasi dll., kita tidak mau dipisahkan dari mereka, kita menjadi tergantung, akhirnya... kita kehilangan “kemerdekaan”, dan seringkali ketika ada orang yang terlibat, kita juga tidak membiarkan ia bebas.

Cara melepaskan rantai kelekatan: bayangkan orang atau benda-benda itu ada di depan anda dan berbicaralah dengan orang itu atau benda-benda itu dalam imajinasi, katakanlah dengan penuh kasih: “Engkau begitu berharga bagi saya, begitu indah, tetapi engkau bukan kehidupan saya, saya punya kehidupan yang harus dijalani, tujuan yang harus dicapai yang terpisah darimu.” 

Tuhan harus kamu jadikan tujuanmu yang tertinggi dan terakhirjika kamu sungguh-sungguh ingin bahagiaKarena tujuan ini maka keinginan hatimu, yang biasanya terlalu sering cenderung kepada diri sendiri dan makhluk-makhluk lain, akan menjadi bersih dan murni (Mengikuti Jejak Kristus pasal IX-1, Thomas a Kempis)

Latihan spiritual untuk dapat membawa damai

1. Latihan kesadaran akan sensasi tubuh – anda akan menemukan kebijaksanaan, penerimaan, perspektif dan banyak lagi rahmat spiritual dalam latihan ini. 

Caranya: Tutuplah mata dan simaklah tubuh anda. Sadarilah bagaimana rasanya baju menyentuh bahu anda. Sadarilah bagaimana tangan anda, sadarilah perasaan yang ada pada tangan yang menyentuh benda lain atau saling menyentuh. Sadarilah paha anda yang menyentuh kursi. Kaki yang menyentuh sepatu atau lantai. Sekali lagi ... bahu, punggung, tangan, paha, kaki anda. Sekali lagi bahu... punggung... tangan.... paha... kaki. Sekarang secara perlahan-lahan bukalah mata dan akhiri latihan.

Apakah yang terjadi pada waktu anda melakukan latihan kesadaran ini? Apakah anda merasa santai? Apakah anda merasa tegang? 

Kebanyakan orang akan merasa santai, sangat sedikit yang merasa tegang. Jika anda merasa tegang, sadarilah bagian yang tegang itu sebisa mungkin, perlahan-lahan anda akan santai kembali.

2. LatihanSlow Down” atau “lakukan satu hal di satu saat

Buatlah pola mundur pada setiap detik yang anda luangkan pada segala hal yang anda lakukan, misalnya: jika kita makan pagi 10 menit, buat 11 menit; jika kita pergi ke tempat kerja 20 menit, buatlah 21 menit.

Kalau anda ucapkan secara lisan setiap gerakan yang sedang anda lakukan, misalnya: “sekarang saya sedang mengambil pena”, sekarang saya sedang menulis di buku”, dll. 

Kedengarannya janggal, bukan? Tetapi, anda tidak dapat menilai latihan ini sebelum anda mencobanya. Jadi, cobalah. 

Ada seorang guru besar yang berbicara di depan kelompok bisnis eksekutif dan dia berkata: “Seperti ikan, tidak bisa bernafas dan menggelepar di darat, demikian juga anda akan musnah bila terjerat dalam kesibukan dunia. Ikan harus kembali ke dalam air kalau dia mau hidup, dan anda harus kembali ke hati anda.” 

Kelompok bisnis eksekutif yang malang itu berkata: “Maksudmu kami harus melepaskan bisnis kami dan kembali ke biara?” 

Guru itu menjawab: “Tidak, saya tidak mengatakan anda harus kembali masuk ke biara, tetap jalankan bisnis anda dan kembali ke hati anda.” 

Jadi, kembali ke hati bukanlah hal misterius, mistik, sama sekali tidak. Anda kembali pada diri anda sendiri, berarti anda berada pada saat ini dan anda akan hidup

Ada seorang pengusaha India yang mengatakan bahwa dia takut untuk bermeditasi. Dia enggan bermeditasi karena takut usahanya akan terlantar. Sesudah dia melakukan latihan meditasi, usahanya berjalan lebih baik dari sebelumnya. Anda tahu, apa sebabnya? Karena dia lebih terintegrasi, lebih terpusat dan melakukan satu hal pada satu saat

3. Latihan penerimaan

Banyak hal dalam hidup ini yang tidak dapat kita ubah, kita tidak berdaya, dan kalau kita belajar berkata “ya” pada hal-hal ini, kita akan menemukan kedamaian karena damai ditemukan dalam “ya”. 

Anda tidak dapat mengubah detik-detik waktu, anda tidak dapat mengubah kematian orang yang kita cintai, anda tidak dapat mengubah cuaca, anda tidak dapat mengubah keterbatasan tubuh anda.

Berdoalah: “Ya, Tuhan, berilah kami rahmat untuk mengubah apa yang dapat diubah, menerima apa yang tidak dapat diubah dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.”

Hampir 95% hal yang mengganggu kedamaian kita adalah hal yang tidak dapat kita ubah 

Ada dua orang biarawan yang sudah hidup bersama selama 40 tahun dan tidak pernah bertengkar walaupun hanya sekali. 

Seorang dari antara mereka berkata: “Bukankah sudah waktunya kita bertengkar walaupun cuma satu kali?” 

Biarawan yang kedua berkata: “Baik, ayo kita mulai. Apa yang kita pertengkarkan? Dan biarawan pertama berkata: “Ah, bagaimana kalau mengenai sepotong roti?” 

“Baiklah, kita bertengkar mengenai sepotong roti. Bagaimana caranya?” Biarawan pertama berkata: “Ini roti milik saya.” Biarawan kedua memandang dengan tak berdaya kepadanya dan berkata: “Ya, ambillah!” 

Maksud cerita ini adalah bahwa damai tidak perlu dihancurkan oleh pertengkaran atau perkelahihan. Apa yang menghancurkan kedamaian? Saya ... ini milik saya dan saya tidak mau membaginya dengan orang lain. 

Ketika seseorang bersikap seperti itu, ketakutan dan egois timbul dalam hatinya dan hatinya menjadi keras, itulah musuh kedamaian.

Jika kita dapat berkata seperti di bawah ini, maka anda adalah oasis, sumber kedamaian dalam gurun pasir luas di dunia ini. Karena inti doa adalah untuk menyebarkan oasis ke mana-mana.

* Ada sejumlah pertengkaran, perkelahian dalam hidup saya, tetapi tidak ada dengki, tidak ada dendam, tidak ada kebencian.

* Ada penderitaan dan sakit dalam hidup saya, tetapi tidak ada kekacauan dan konflik.

* Ada sejumlah besar kegiatan dan tindakan dalam hidup saya, tetapi tidak ada ketegangan.

Di dalam kehendak-Nya letak kedamaian kita (Dantepenyair Itali)

4. Latihan perspektif

Apa itu? Pikirkan ketika anda masih kecil dan begitu melekat pada sesuatu, anda tidak mau kehilangan dan merasa tidak dapat hidup tanpa itu. Atau pikirkan hal yang tidak anda sukai, hal yang anda benci ketika masih anak-anak atau hal yang anda takuti. 

Berapa dari ketakutan, dari yang anda sukai, dan dari yang tidak anda sukai yang masih bertahan sampai sekarang? Apa yang terjadi dengan semua itu? Mereka berlalu, bukan?

Buatlah daftar
Hal-hal yang lekat dengan anda, anda tergantung padanya dan tidak mau kehilangan. 
Hal-hal yang tidak anda sukai, yang anda benci, anda tidak tahan dengan hal-hal itu. 
Hal-hal yang membuat anda ketakutan dan khawatir akan masa depan. 

Katakanlah pada setiap kekuatan itu: “Ini pun akan berlalu.”

Semua orang rindu akan damai, tetapi apa yang perlu untuk memperoleh damai sejati, tidak semua orang memperdulikan. Damaiku beserta mereka yang rendah hati dan lemah lembut. Damaimu akan terdiri dari banyak kesabaran. Asal kamu mendengarkan Aku dan menurut perkatan-Kukamu akan menikmati damai yang besar (Mengikuti Jejak Kristus pasal XXV-1, Thomas a Kempis)

Jalan menuju Tuhan harus melalui keheningan, ada tiga hal yang harus anda lakukan agar mengalami keheningan

1. Mengerti bahwa Tuhan tidak seperti ide yang kita miliki tentang-Nya.

* Jika kita tidak pernah mencium harumnya bunga mawar, tentunya kita tidak dapat menjelaskan harumnya bunga mawar. 

Demikian pula dengan Tuhan, jika kita tidak pernah mengalaminya secara pribadi, kita tidak dapat menjelaskannya.

* Jika kita berjalan menuju Bombay. Setiba di papan petunjuk yang bertuliskan “Bombay”, kita berhenti dan berkata: “Ya... inilah Bombay.” Kita melihat lalu pulang. 

Orang-orang bertanya: “Apakah kamu ke Bombay?” “Ya, kami ke Bombay.” “Bagaimana rupanya?” “Hm ... seperti sebuah papan dicat kuning dan ada tulisannya seperti huruf B... lalu O ...” Papan itu hanya petunjuk, bukan gambaran tentang Bombay. 

Demikian pula dengan Kitab Suci, hanyalah sebuah petunjuk, tidak memberikan gambaran/penjelasan tentang Tuhan.

* Apabila seorang bijak menunjuk pada bulan, yang dilihat si pandir hanyalah telunjuk. Bayangkan kita sedang menunjuk ke bulan dan kita berkata: “Bulan.” Kemudian orang pandir berlari-lari dan berkata: “Oh, inikah bulan? Dan orang pandir tersebut melihat pada jari. Inilah bahaya dan tragisnya kata-kata. 

Misalnya kita mengucapkan kata “Bapa” sepatah kata indah yang menunjuk pada Tuhan, tetapi kita akan mengalami kesukaran, karena ada orang yang bertanya: “Bapa macam apa ini, kok membiarkan banyak penderitaan?”

* Ada seorang yang lahir buta bertanya: “Orang-orang berkata soal warna hijau, seperti apa sih? Panas atau dingin? Kasar atau lembut?” 

Jika kita menjawabnya dengan sembarangan, misalnya: warna hijau itu seperti musik yang lembut, maka pada saat dia dapat melihat, dia gagal untuk mengenali warna hijau. Karena dia terpaku pada ide bahwa warna hijau itu musik yang lembut.

* Seekor ikan kecil yang berada di samudra mendengar seseorang berkata: “Alangkah hebatnya samudra itu, benar-benar menakjubkan.” Dan ikan kecil itu berenang ke segala penjuru mencari samudra, di dalam samudra, dan apa yang dia temukan hanyalah air. Jadi, dia gagal untuk mengenali, dia terpaku pada kata “samudra”. 

Mungkinkah hal seperti itu sedang terjadi pada diri kita? Mungkin Tuhan sedang memandang kita di depan kita, tetapi karena kita melekat pada ide-ide tertentu, kita gagal mengena-lNya. Alangkah tragisnya, bukan?

2. Melihat dengan hati

* Ada sebuah cerita yang menarik dari India tentang Tuhan.

Tuhan merasa bosan pada manusia, yang selalu mengganggu dan memohon bermacam-macam hal. Maka Dia berkata: “Saya mau pergi untuk sementara waktu dan bersembunyi.” 

Dia mengumpulkan seluruh penasehatnya dan bertanya: “Di mana Saya dapat bersembunyi, mana tempat yang terbaik bagi Saya untuk bersembunyi?” beberapa penasihat menjawab: “Sembunyi di puncak gunung yang paling tinggi di dunia.” Yang lain berkata: “Jangan, sembunyi saja di dalam lautan, mereka tidak dapat menemukan Anda.” Dan yang lain berkata: “Tempat yang paling baik tentunya sisi terjauh dari bulan, mereka tidak mungkin menemukan Anda di situ?” 

Tuhan lalu berpaling kepada malaikat yang paling dipercayai-Nya dan berkata: “Dan kamu, menurutmu di mana sebaiknya Saya bersembunyi?” 

Dengan tersenyum malaikat itu berkata: “Sembunyilah di dalam hati manusia, itulah satu-satunya tempat yang tak akan terpikir oleh manusia untuk mencari Anda.”

* Ada seorang petani yang bertanya: “Apa yang kamu lihat? Kamu kelihatannya seperti terpesona dengan matahari terbenam.” Jawabnya: “Saya terpesona oleh keindahan.” Akhirnya ... setiap senja, petani yang malang itu mencari keindahan, “di mana keindahan?” tanyanya. 

Petani itu dapat melihat matahari, dapat melihat awan, dapat melihat pohon-pohon, tetapi tidak melihat keindahan. Dia tidak sadar bahwa keindahan itu bukan benda, keindahan adalah cara untuk melihat benda. Jadi, jangan mencari hal-hal yang sensasional jika kita ingin melihat ciptaan. Jika kita melihat, kita akan mengenalnya.

3. Mendengar dengan hati. Ini rahmat yang akan dianugerahkan kepada kita, jika kita mencari.

* Seorang murid menghadap gurunya, dia berkata: “Anda menyembunyikan rahasia terakhir kontemplasi.” Sang guru menjawab: “Tidak, saya tidak menyembunyikannya.” Dan murid itu berkata: “Anda benar-benar merahasiakannya.” 

Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan di lereng gunung, mereka mendengar seekor burung berkicau. Guru itu berkata kepada muridnya: “Kamu mendengar burung berkicau?” Murid itu berkata: “Ya.” Guru itu melanjutkan: “Sekarang kamu tahu bahwa saya tidak menyembunyikan apa-apa darimu.” Murid itu berkata: “Ya.”

* Ada sebuah kuil yang dibangun di atas sebuah pulau yang berjarak 2 mil dari daratan. Dalam kuil itu ada 1000 buah lonceng perak, besar dan kecil yang dibuat oleh para ahli dari seluruh dunia. Setiap kali angin bertiup atau badai menerpa, lonceng-lonceng itu akan berdentang dan konon siapa saja yang mendengar dentang lonceng tersebut akan terpesona dan dibawa pada pengalaman yang dalam dengan Tuhan.

Berabad-abad telah berlalu, pulau itu tenggelam bersama dengan kuil dan lonceng-loncengnya. Tetapi orang-orang tetap percaya bahwa lonceng-lonceng itu tetap berdentang terus-menerus dan siapa saja yang memperoleh rahmat mendengarnya, orang itu akan berjumpa dengan Tuhan.

Seorang pemuda tertarik pada legenda itu. Dia melakukan perjalanan beratus-ratus mil dan tiba di seberang tempat kuil itu pernah berada. 

Dia duduk di bawah sebuah pohon kelapa yang besar dan mulai menelusuri untuk mendengar suara lonceng itu. Tetapi apa pun yang dilakukannya, dia hanya mendengar suara ombak yang pecah di tepi pantai dan yang menerpa karang di dekatnya. 

Hal ini membuat kesal pemuda itu, karena dia sudah mencoba sekuat tenaga untuk menolak suara tersebut agar dia dapat mencapai keheningan dan mendengar suara lonceng itu. Sayang, dia tidak berhasil. Dia mencoba selama seminggu, 4 minggu, 8 minggu dan akhirnya selama 3 bulan. 

Kadang-kadang ketika dia sedang kecil hati, dia mendengar cerita orang-orang tua di kampung tentang legenda tersebut, tentang orang-orang yang mendapat rahmat itu dan hatinya berbunga-bunga, tetapi dia tahu hati yang berbunga-bunga tidaklah sama dengan mendengar sendiri suara lonceng tersebut.

Setelah mencoba selama delapan bulan, dia memutuskan untuk menyerah. Mungkin legenda itu tidak benar atau mungkin rahmat itu bukan untuknya. Dia berpamitan dengan penduduk di situ dan pergi ke pantai untuk berpamitan pada pohon kelapa kesayangannya, pada langit, pada laut, dan sementara dia duduk di situ, dia mulai mendengar suara ombak, aneh ... suara itu tidak membisingkan. 

Dia menyadari untuk pertama kalinya bahwa suara itu halus dan membuat dia rileks dan hening. Dan ketika keheningan itu makin mendalam dan makin dalam sesuatu terjadi, dia mendengar sebuah lonceng kecil dan dia melompat. “Ah... ini pasti khayalan yang timbul dalam diri saya sendiri.” 

Sekali lagi dia mulai mendengar suara laut dan menjadi santai, menjadi hening dan keheningan itu makin dalam dan dia mendengar lagi dentingan itu diikuti dengan dentingan lain dan lain lagi dan tak lama kemudian dia mendengar sebuah simfoni yang indah dari seribu lonceng yang berdenting dengan harmonis dan dia terangkat keluar dari dirinya dan mendapat rahmat untuk bersatu dengan Tuhan.

Jadi, jika kita mau mendengar suara lonceng, simaklah suara laut. Demikian pula jika kita mau mengenali sang penari, simaklah tarian. Jika kita mau mendengar suara seorang penyanyi, simaklah lagunya.

(Sumber: Warta KPI TL No. 79/XI/2010 » Jalan Menuju Tuhan, Anthony de Mello).