Senin, 03 Oktober 2016

20.11 -

Bimbingan Roh

Keponakan saya tahun ini masuk perguruan tinggi. Dia diterima di Universitas Petra lewat jalur prestasi. Dengan banyak pertimbangan, mamanya menyarankan dia masuk PTN saja.

Lalu dia mengikuti test PMDK di ITB ... ternyata dia tidak diterima, sedangkan kesempatan kuliah di Universitas Petra sudah dilepas. Saya juga ikut mikir tapi saya menguatkan hati saya bahwa Tuhan pasti punya rencana yang indah buat keponakan saya itu. Lalu tante-tantenya dan pendoa syafaat berdoa memohon rahmat Tuhan agar dia dapat di terima di PTN.

Di akhir bulan Juni, setelah berdoa pagi, ada dorongan di hati saya untuk menelpon kakak saya. Hal ini saya tunda karena ada sesuatu yang harus saya kerjakan. Tetapi dorongan itu semakin kuat sehingga akhirnya saya menelpon kakak saya. Saya bertanya: “Anakmu bagaimana?” Jawabnya: “Daripada nggak kuliah, anakku tak masukkan di Malang saja, meskipun jurusannya tidak sesuai. Tahun depan biar dia coba test lagi.”

Tiba-tiba saya berkata: “Mengapa anakmu tidak ikut test SMNPTN di ITS saja?”

Lalu saya mencari informasi untuk pembelian formulir di ITS. Setelah mendapat informasi, saya langsung ke Bank Mandiri untuk membayar formulir tersebut. 

Tetapi pada saat antri, hati saya merasa tidak yakin pembayarannya di situ. Sambil antri, saya dan anak saya berusaha menelpon teman-teman untuk mencari informasi. 

Ketika antri kurang empat orang, anak saya baru bisa menghubungi temannya untuk menanyakan informasi pembayaran formulir di ITS fakultas DKV (Design Komunikasi Visual). 

Ternyata benar, pembayaran formulir bukan di Bank Mandiri tetapi di BNI. Jadi kami antri di Bank Mandiri selama satu setengah jam kelihatannya sia-sia. Akhirnya kami cabut dari situ ke BNI bayar formulir.

Singkat cerita, setelah mengisi formulir dan mengikuti test ujian masuk ... akhirnya dia diterima di fak yang diingininya.

Di sinilah saya mengerti bahwa keponakan saya tidak diterima di ITB karena biaya hidup di sana lebih tinggi, uang pangkalnya juga lebih tinggi. Di ITB uang pangkalnya minimal lima belas juta, sedangkan di ITS hanya tiga setengah juta.

Jadi doa itu harus sabar karena jawabannya indah pada waktunya.

Karena dia diterima di ITS, dengan sendirinya saya mondar-mandir untuk mengantarnya untuk keperluan daftar ulang dan keperluan lain-lainnya. 

Ketika mengantar kakak saya ke Bungurasih, saya berjuang untuk tidak ngrasani orang lain sesuai pesan Rm Kees. Ternyata... saya gagal. Karena asyiknya ngorol, tanpa sadar mobil saya berada di antara aspal dan tanah. Jarak antara aspal dan tanah kurang lebih dua puluh lima senti ... stir saya putar ke kanan tetapi mobil tetap tidak bisa jalan. 

Dalam hati saya berteriak: “Bagaimana ini Tuhan! Saya takut Tuhan.” Tiba-tiba ada suara halus di dalam hati yang memberitahu agar belok ke kiri ... ke kiri. 

Langsung saya menyuruh kakak saya masuk mobil. Saya berterima kasih pada Tuhan dan memohon Roh Kudus menolong saya. 

Sungguh luar biasa, setelah saya taat belok ke kiri, saya merasa tangan saya dibimbing oleh sebuah tangan lain secara ajaib sehingga mobil dapat meluncur dengan enak, seperti keluar dari garasi.

Untunglah ketika mobil tidak dapat jalan, saya tidak turun dari mobil. Andaikata saya turun, pasti ada perasaan kuatir di hati saya melihat keadaan ban depan dan belakang sebelah kiri menggantung.

Itulah kemurahan dari Tuhan yang luar biasa, ketika kita memohon dan mau menyerahkan segala persoalan sepenuhnya kepada Dia, Dia mengaturnya sedemikian rupa.

(Sumber: Warta KPI TL No. 65/IX/2009)