Selasa, 06 September 2016

22.20 -

The praying hands

Di Jerman pada tahun 1492 ada 2 orang bersahabat. Namanya Albrecht Durer dan Franz Knigstein. Keduanya bercita-cita menjadi seniman lukis. Tetapi mereka bukanlah anak orang kaya. 

Maka keduanya bersepakat - salah satu dari mereka akan bekerja mencari uang untuk membayar ongkos kuliah sahabatnya sampai selesai, dan bila sudah lulus maka bergantian membiayai kuliah sahabatnya. Mereka membuat undian, dan hasilnya Durer yang pergi kuliah dulu dan Knigstein yang bekerja.


Setelah beberapa tahun kuliah dan lulus, Durer kembali ke kampung halamannya untuk menepati kesepakatan yang pernah dibuat dengan sahabatnya. 


Pada suatu hari, Durer melihat jari-jari sahabatnya yang sebenarnya sangat berbakat dalam melukis telah rusak karena bekerja keras agar dapat mengumpulkan uang untuk ongkos kuliah Durer. Meskipun demikian Knigstein tidak pernah menyesalinya, bahkan ia bergembira dengan keberhasilan sahabatnya.

Pada suatu siang, pada waktu istirahat kerja, tanpa sengaja Durer melihat sahabatnya itu sedang berlutut khusuk berdoa. Maka dengan cepat-cepat, Durer menggambar sketsa kedua telapak tangan sahabatnya yang sedang berdoa itu. Dan jadilah sebuah lukisan, yang sekarang kita kenal berjudul The Praying Hands (Tangan yang sedang berdoa).

Tidak ada kasih yang lerbih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13)

(Sumber: Warta KPI TL No. 59/III/2009 » Through Seasons of the Heart, John Powell SJ).