22.25 -
*Manusia"
Kehendak bebas manusia
“Apabila tak ada kebebasan, mana mungkin ada cinta?” demikianlah ungkapan yang sering kita dengar dari kalangan muda. Memang tidak ada cinta yang keluar dari hati yang terpaksa; cinta mengalir dari hati yang rela. Allah memanggil manusia untuk mencinta, itulah sebabnya Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia (Sir 15:14; GS 17).
Kebebasan adalah kemampuan yang berakar dalam akal budi dan kehendak, untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan ini atau itu dari dirinya sendiri melakukan perbuatan dengan sadar.
Dengan kehendak bebas, manusia dapat menentukan diri sendiri, dan dengan kebebasannya ini manusia harus tumbuh dan menjadi matang dalam kebenaran dan kebaikan.
Dan kebebasan itu baru mencapai kesempurnaannya apabila diarahkan kepada Allah, kebahagiaan kita.
Selama kebebasan belum sepenuhnya terikat sepenuhnya kepada Allah maka di dalam diri manusia akan timbul kemungkinan untuk memilih antara yang baik atau yang jahat, bisa tumbuh atau jatuh dalam kegagalan dosa.
Sesungguhnya, semakin seseorang melakukan yang baik, semakin ia bebas. Kebebasan yang sejati hanya terdapat dalam pengabdian kepada yang baik dan adil.
Keputusan memilih ketidaktaatan dan kejahatan adalah penyalahgunaan dan membuat orang menjadi hamba dosa.
Banyak orang mengira Tuhan mengikat manusia dengan banyak peraturan sehingga manusia tidak bebas lagi. Pandangan ini salah besar. Karena sebetulnya perintah-perintah Tuhan bukanlah belenggu, melainkan jalan agar kita dapat sungguh-sungguh bebas dari maut dan menjadi anak-anak Allah yang merdeka (Rm 6:22; 8:22).
Oleh karena adanya kebebasan ini maka manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sejauh ia menghendakinya. Akan tetapi, tanggung jawab ini tidak dapat dituntut lagi secara penuh atau bahkan bisa dihapus apabila ia melakukannya karena kesalahpahaman, ketidaksadaran, paksaan, perasaan takut, kebiasaan, emosi yang berlebihan, serta faktor psikis atau faktor sosial lain.
Pada awal kisah penciptaan manusia telah melakukan kesalahan besar, yaitu melakukan dosa dengan sukarela. Dengan demikian, manusia telah menolak rencana cintakasih Allah dan akhirnya menjadi hamba dosa.
Dalam belenggu dosa manusia mempunyai konsep yang salah tentang kebebasan. Bagi mereka kebebasan berarti bisa melakukan apa saja untuk dapat memuaskan kepentingan diri sendiri dalam menikmati harta benda duniawi.
Akibatnya segala tindakan mereka melawan cintakasih, menciptakan banyak ketidakadilan dan kejahatan, dan manusia semakin terbelenggu dalam ikatan dosa akibat “kebebasan”-nya yang ‘ngawur’ itu
Dengan salib-nya yang mulia, Kristus telah memperoleh keselamatan bagi semua manusia. Ia telah membebaskan kita dari dosa yang membelenggu (Gal 5:2).
Semakin kita mengikuti bimbingan Roh Kudus, semakin kita memiliki kebebasan batin dan ketabahan kita pun meningkat pula dalam menghadapi setiap pencobaan hidup (2 Kor 3:17).
Melalui karya rahmat ilahi, Roh Kudus mendidik kita menuju kemerdekaan rohani, supaya menjadikan kita rekan kerja yang bebas bagi karya-Nya dalam Gereja dan dunia.
(Sumber: Warta KPI TL No. 64/VIII/2009/No.158/VI/2018 » Kehendak Bebas Manusia, Vacare Deo Edisi Januari-Februari/Tahun VII/2005).