07.16 -
SP Lukas
Luk 15:3-7
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 3 Juni 2016: HR. Hati Yesus Yang Mahakudus - Tahun C/II (Putih)
Bacaan: Yeh 14:11-16; Mzm 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Rm 5:5b-11; Luk 15:3-7
1. Domba yang hilang
Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangga serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Renungan:
Kisah domba yang hilang merupakan sebuah narasi tentang cinta Allah yang mahaluas terhadap manusia.
Domba yang hilang adalah gambaran kita manusia. Sering kali kita mengingkari Tuhan yang amat mencintai kita. Kita meninggalkan kasih-Nya, jatuh dalam dosa dan mau memisahkan diri dari kasih Tuhan.
Namun, seperti gembala, Tuhan tidak ingin membiarkan kita hilang dan tersesat. Sekalipun kita menghilang, Ia tetap setia mencari dan menemukan kita. Sebab kasih-Nya pada orang benar dan pendosa tetaplah sama, tanpa pandang bulu.
Inilah cinta Tuhan yang tidak dapat diukur oleh kalkulasi manusia. Sebuah cinta tanpa kalkulator. Tuhan begitu mengasihi manusia, karena kita berharga di mata-Nya.
Betapa Allah benar-benar menghargai setiap manusia, pribadi per pribadi, tanpa membeda-bedakan yang benar dan yang salah. Ia memosisikan dan menempatkan kita manusia sebagai subjek yang patut dikasihi dan dihargai dalam sukacita surgawi.
Betapa Allah benar-benar menghargai setiap manusia, pribadi per pribadi, tanpa membeda-bedakan yang benar dan yang salah. Ia memosisikan dan menempatkan kita manusia sebagai subjek yang patut dikasihi dan dihargai dalam sukacita surgawi.
Semoga kita pun demikian bagi orang-orang yang terdekat dengan kita, orang-orang yang dipercayakan kepada kita, agar menjadi gembala yang baik bagi sesama kita.