Rabu, 29 Juni 2016

07.37 -

Luk 2:41-51

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh -Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 30 Desember 2018: Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: 1 Sam 1:20-22, 24-28; Mzm 84:2-3, 5-6, 9-10; 1 Yoh 3:1-2, 21-24; Luk 2:41-52

Sabtu, 4 Juni 2016: Peringatan Hari Tersuci Santa Perawan Maria - Tahun C/II (Putih)
Bacaan: 2 Tim 4:1-8; Mzm 71:8-9, 14-15a, 16-17, 22; Mrk 12:38-44 atau Yes 61:9-11; MT 1 Sam 2:1, 4-5, 6-7, 8abcd; R 1a; Luk 2:41-51


Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. 

Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 

Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. 

Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." 

Jawab-Nya kepada mereka: (1) "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (2A)Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. 

Lalu (3) Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan (2B) ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.


Renungan



1. Teladan keluarga kudus


Allah telah menetapkan beberapa hal untuk kebaikan rohani kepada Israel. Yusuf dan Maria secara teratur melaksanakannya bersama-sama.

Hal ini seharusnya juga terjadi dengan semua suami dan istri Kristiani. Mereka harus saling membantu dalam hal-hal rohani, dan mendorong satu sama lain dalam melayani Tuhan.

Jika kita berdoa, membaca Alkitab, pergi ke rumah Allah bersama-sama, dan berbicara satu sama lain mengenai hal-hal rohani, kita akan menjadi sarana rahmat bagi satu sama lain.

Ingatlah! Perkawinan adalah suatu keadaan hidup yang memiliki pengaruh terbesar pada jiwa orang-orang yang masuk ke dalamnya, membuat mereka lebih dekat ke sorga atau lebih dekat ke neraka. Itu semua sangat tergantung pada pasangan kita. 

Karakter kita dibentuk oleh orang-orang yang bersama kita dalam melewati waktu-waktu dalam hidup kita.



2. Salah didik, berakibat fatal

Kelahiran Putra Allah di dalam keluarga Yusuf dan Maria menunjukkan kepada kita bahwa keluarga adalah suatu tempat di mana Allah tinggal dan berkarya.

(1, 2AB, 3) Yusuf dan Maria menyadari bahwa ditengah-tengah mereka ada Putra Allah, tetapi mereka tetap memberikan pembelajaran yang sangat berharga di dalam keluarga.

Mereka berusaha menjadi seorang ayah dan ibu yang baik dengan memberikan penghidupan dan pembelajaran spiritual, walaupun kadang mereka bingung dan tidak tahu apa yang akan terjadi.

Sebagai seorang ayah dan ibu di zaman now ini juga membutuhkan bentuk dan cara tepat dalam mendidik anak, terlebih-lebih lagi menyangkut permintaan mereka.

Jadi, pendidikan bukan hanya berkaitan dengan pemenuhan apa yang disenangi atau menyenangkan anak, tetapi termasuk kebutuhan hati, mental dan etika. Salah asuh dan salah didik dari orang tua akan berakibat fatal bagi anak di kemudian hari.