Rabu, 22 Juni 2016

18.54 -

Doa yang terus-menerus


Ekaristi merupakan alat yang dahsyat dalam kehidupan kita. Karena pada saat kata-kata konsekrasi diucapkan di dalam Misa, Tubuh Kristus benar-benar hadir di antara kita. Dia senantiasa sanggup menjadi Pengantara kita kepada Allah, menyelamatkan semua orang dengan sempurna  (Ibr 7:25).

Meskipun doa kita mungkin kosong/lemah/tidak berguna, tapi doa Yesus sempurna. Karena itu penting bagi kita untuk memusatkan semua doa-doa kita pada perayaan Ekaristi.

Dengan memasuki korban dari Yesus Kristus, kita juga memasuki kemenangan bersama-Nya. Kita tidak perlu takut akan kejahatan-kejahatan yang sekarang menyebar di seluruh dunia (Paus Yohanes Paulus II).
Di sebuah desa kecil di Amerika Latin, orang-orang di situ sangat miskin  tetapi di situ iman mereka dalam sekali.

Pada saat Suster Bright  (mempunyai karunia penyembuhan) menghadiri perayaan Ekaristi di situ, ia melihat seorang wanita yang datang dengan membawa bungkusan.

Dia bertanya pada wanita itu apa yang dibawanya. Jawabnya: “Anakku laki-laki yang seluruh tubuhnya terbakar karena jatuh dalam api.”

Suster itu bertanya: “Maukah saya berdoa untuk anakmu?”  Wanita itu menjawab: “Ya.”

Selama Misa Suster Bright  meletakkan anak laki-laki itu di bawah altar.
Pada akhir misa, suster itu lupa akan anak laki-laki itu. Tapi tiba-tiba dia ingat dan bertanya pada wanita itu: “Di manakah anakmu? Mari saya doakan.”
Wanita itu menjawab: “Dia ada di sana berlari-lari dengan anak-anak yang lain. Dia betul-betul sembuh total.”

***
Bila kita berdoa syafaat untuk menjadi pengantara orang lain, seakan-akan kita mengumpulkan semua darah-darah Yesus yang mengalir dari salib-Nya. Kita mengumpulkannya dalam satu ember dan kita menaburkan darah-darah itu kepada orang-orang yang paling memerlukan kerahiman dan belas kasih Tuhan (Suster Catarina dari Siena).

Suster Catarina dari Siena mempunyai hati yang besar untuk orang-orang yang di penjara.

Ada seorang laki-laki muda di Siena yang akan dihukum mati karena kejahatannya. Dan Suster itu berdoa pada Yesus, minta pada darah Yesus untuk menyentuh hati laki-laki itu.

Pada saat dia mengunjungi laki-laki itu di penjara dan mengingatkan bahwa laki-laki itu harus membuka hatinya untuk Yesus. Awalnya dia menolak. Tetapi akhirnya Tuhan membuka hatinya untuk menerima Tuhan Yesus. Dan laki-laki itu minta pada Suster Catarina  untuk bersama-sama dengan dia pada saat dia akan dijatuhi hukuman mati yaitu dipenggal kepalanya.

Pada saat laki-laki itu dipenggal dengan pisau besar, kepala itu jatuh ke pangkuannya. Suster Catarina sangat gembira karena dia tahu bahwa jiwa laki-laki itu telah pergi ke Allah Bapa di sorga.

Karena itu apabila ada seseorang yang mempunyai hati sekeras berlian, kita dapat meminta pada darah Yesus yang amat suci untuk mematahkan hati itu, sehingga hati itu menjadi lunak kembali dan dapat merasakan cinta kasih Allah.

***
St Theresia Lisieux mempunyai hati yang besar untuk mereka yang terhilang.

Pada saat berusia 12 th dia mendengar seorang pembunuh yang terkenal akan dijatuhi hukuman mati atas kejahatannya. Pembunuh itu tidak menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya

St Theresia Lisieux takut pembunuh itu masuk neraka. Lalu dia berdoa dan berdoa dituntun oleh Roh Kudus.
Ketika membaca koran keesokan harinya dia sangat gembira karena doanya terkabul. Pembunuh tersebut pada saat mau menjalani hukuman mati dia berbuat sesuatu yang sangat baik yaitu: sebelum dihukum mati dia memegang salib besar dan menciumnya, kepunyaan seorang imam yang sedang mendoakannya.

St Theresia Lisieux ingin menjadi misionaris/imam/pengkotbah. Tetapi semua hal itu tidak mungkin, karena dia hanya seorang suster karmelit yang tinggal di dalam biara. Ketika membaca ayat dalam 1 Korintus 13, dia menyadari bahwa panggilan hidupnya adalah kasih itu sendiri. Maka semua hal sekecil apa pun yang dia lakukan, dia persembahkan itu semua  untuk Allah demi mereka yang belum mengenal kasih Allah.

***
Dalam keadaan bahaya, kita juga harus minta perantaraan Bunda Maria dan St. Mikael. Doa ini sangat kuat di dalam peperangan rohani.

Pada tahun 1571 ada pertempuran yang sangat hebat dalam sejarah manusia. Armada Turki akan menyerang Eropa. Bila mereka memenangkan peperangan ini, tidak akan ada lagi orang-orang Kristen.

Ketika itu Paus Pius V meminta awak kapal untuk menaikkan gambar Bunda Maria di atas tiang kapal dan seluruh Eropa diharuskan berdoa rosario.

Meskipun armada orang-orang Turki jauh lebih dari pada orang Kristen, orang Kristen memenangkan pertempuran itu.

***

Di Australia kalau lagi musim panas, daun-daun kering dapat terbakar sendiri karena terlalu panasnya. Apalagi kalau ditiup angin mudah menjalar apinya.

Ada satu biara Benediktin yang berada di dekat padang. Ketika ada api yang menjalar ke biara, pemimpin biara itu tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Tiba-tiba dia mendapat inspirasi untuk berdoa dan membawa gambar Bunda Maria. Gambar tersebut diacungkan di depan api yang sedang membara itu. Tiba-tiba arah angin itu berubah menjauhi biara. Sehingga biara itu selamat dari kebakaran.

***

Rintangan terbesar dalam doa adalah tidak dapat mengampuni, sehingga akan mencegah karya Tuhan.

Baru-baru ini ada salah satu anggota komunitas kami (MGL) yang mengindap penyakit tumor di leher, yang tidak bisa dioperasi karena berbahaya.

Lalu saya mengirimkan pesan ke semua komunitas untuk mendoakannya (komunitas kami ada 15 lokasi di Australia). Mereka meminta seorang imam yang mempunyai karunia penyembuhan untuk datang mendoakannya. Sesudah berdoa, imam itu mengatakan: “Dalam 24 jam tumornya akan hilang.” Ternyata hal itu terjadi. Puji Tuhan. Dia sangat baik dan berbelas kasih.

***

Ada seorang biarawati yang bernama Ludy. Pada saat perang ada serdadu-serdadu yang memasuki biaranya dan memperkosanya. Pada mulanya dia begitu marah sekali pada Tuhan, karena dia telah membaktikan dirinya tetapi mengalami hal itu sehingga dia harus meninggalkan biara karena hamil.

Suster itu membutuhkan waktu yang lama sekali untuk bisa mengerti mengapa hal itu terjadi padanya. Setelah dia menyadari bahwa ada seorang bayi tumbuh di rahimnya, dia mempersembahkan semua penderitaan yang dialaminya untuk menjadi pendoa syafaat bagi wanita-wanita yang mengalami hal-hal yang sama yang dia alami yaitu diperkosa/dilecehkan.

Kemanapun saya pergi, saya selalu mengajarkan pada anak saya “Bahwa hal yang terbesar yang bisa kita lakukan adalah mengampuni, hal ini penting dilakukan di mata Tuhan.”

***

Ada sebuah keluarga yang saya kenal, mereka kehilangan anak perempuannya yang sangat cantik berusia 23 tahun karena diperkosa dan dibunuh.

Penjahat itu telah dibawa ke pengadilan. Pada waktu memasuki ruang pengadilan dan melihat penjahat itu; orang tua perempuan itu merasakan ada tantangan yang besar untuk dapat mengampuni penjahat itu.
Seorang reporter koran  mewawancarai ayah dari perempuan yang diperkosa dan dibunuh itu. Hal ini menjadi berita besar di koran.

Kemudian dia mendapat telp dari seluruh dunia yang menanyakan: “Apakah benar anda dapat mengampuni penjahat itu? Dan dia menjawab: “Ya, memang benar. Itulah satu-satunya jalan yang Yesus teladankan supaya kita bisa betul-betul menjadi manusia.” - hanya dengan rahmat Tuhanlah seseorang bisa mengampuni.

***
Ada seorang wanita yang sedang sakit kanker di perutnya, dia minta didoakan seorang Romo.

Pada saat mendoakan Romo tersebut merasa ada yang tidak benar. Dan dia bertanya pada wanita itu: “Apakah ada seseorang dalam kehidupan anda yang belum anda ampuni? Jawabnya: “Lho. Kok tahu? Kemudian dia menceritakan: “Saat ini saya lagi perang masalah warisan. Karena saudari saya mengambilnya sangat banyak.”

Nasehat Romo: “Kamu harus mengampuni saudarimu.” Jawabnya: “Lebih baik saya mati dan masuk neraka dari pada harus mengampuni.”

Romo tersebut hanya bisa berdoa dengan hati yang tulus memohon rahmat pengampunan dari Tuhan, agar wanita itu dapat diubahkan.

Ternyata setelah enam bulan terjadi mujizat, wanita itu dapat mengampuni dan sakit kankernya sembuh total.

Percayalah pada Allah.
Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah ...
Supaya Bapamu yang di sorga
mengampuni kesalahan-kesalahanmu.
(Mrk 11:22-25)

Pada tanggal  24 Juni 1981 Bunda Maria menampakkan diri pada enam orang anak di Medjugorie (Yugoslavia). Salah satu anak itu bernama Mirjana (lahir 1965), dia mempunyai karunia untuk mendoakan orang lain. Sampai saat ini pun setiap bulan Bunda Maria masih datang padanya dan mengajak berdoa bersama.

Pada saat saya berada di Medjugorie, saya bertanya pada Mirjana: “Bagaimana Bunda Maria berdoa.”  Jawabnya: “Cara berdoa Bunda Maria itu di luar dugaan kita.

Bunda Maria mendoakan para kafir/pembunuh/penjahat, tetapi tidak menyebutkan status mereka.

Dia mengatakan: ‘Marilah kita berdoa untuk mereka yang masih membutuhkan cinta kasih Allah.”

Saya terkejut mendengar jawaban itu karena ternyata nama itu sama dengan nama ordo saya. Saya berkata: “Ternyata Bunda Maria adalah misionaris pertama dari cinta kasih Allah. Sebetulnya kita semua dimaksudkan untuk menjadi para misionaris dari cinta kasih Allah.”
 ***

Pada saat mau mendirikan komunitas baru yaitu Missionaries of God Love (MGL), saya pernah merasa kecewa karena ada pencobaan-pencobaan besar. Si jahat mencoba membuat saya menyerah.

Saya berjalan-jalan di sekeliling rumah dan berpikir kalau pulang akan mengatakan pada para frater: “Sudah! Saya menyerah!”

Ketika saya tiba di rumah, saat itu para frater sedang berdoa. Mereka begitu antusias memuji dan menyembah Tuhan. Sehingga tanpa sadar saya juga memuji Tuhan dan melupakan masalah saya. Di sinilah saya mulai melihat rencana Tuhan untuk Kerajaan-Nya.

Pada saat puji-pujian ada salah seorang frater yang mendapatkan nubuatan dari Tuhan. Dia berkata: “Pada saat saya berdoa, saya melihat gambar seorang laki-laki yang sedang menundukkan kepalanya dan sedang melihat pusatnya. Pada saat dia melihat pusatnya, hidungnya bertambah lama bertambah panjang. Sampai hidungnya mencapai tali pusatnya di sini dan tertancap di sana seperti Timotius.”

Frater itu lalu bertanya pada Tuhan: “Apa arti semua ini?” Jawab Tuhan: “Kamu ya, seperti itu kalau kamu memusatkan semuanya pada masalahmu dan bukan pada-Ku.”
Hidup ini penuh dengan pencobaan. Bila kita menghadapi pencobaan tanpa memusatkan diri pada Tuhan, maka akan mengalami keputusasaan ... depresi.

Tetapi kalau dalam perang rohani, mata kita selalu tertuju pada Tuhan, memuji dan menyembahNya, dan selalu bersyukur, maka hal itu akan memerdekakan kita.

Marilah kita belajar dari

Paulus dan Silas (Kis 16:19-40)

Di Filipi, Paulus dan Silas di masukkan penjara yang paling tengah dan kaki mereka dibelenggu dalam pasungan yang kuat. Sebelumnya mereka berkali-kali didera.

Kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah ... seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.

Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!” Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.

Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” jawab mereka: “Percayalah pada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepada semua orang di rumahnya... seketika itu juga ia dan sekeluarganya memberi diri dibaptis.

Petrus dan Yohanes (Kis 4:23-31)

Setelah dilepaskan dari ancaman penjara, Petrus dan Yohanes menceritakan segala sesuatu kepada teman-teman mereka. Hal pertama yang mereka katakan adalah: mengingat janji-janji Tuhan dan mohon keberanian untuk memberitakan firman. Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

(Sumber: Warta KPI TL No. 53/IX/2008 » Renungan KPI  TL 28 Agustus 2008, Fr. Ken Barker MGL)