Selasa, 05 April 2016

05.58 -

Kasih yang terbuka


Manusia diciptakan bermartabat, segambar (secitra) dengan Allah. Akibat dari dosa, melemahkan kemartabatan manusia dan menjauhkan manusia dari cinta Allah.

Dengan baptisan, kemartabatan manusia dipulihkan sehingga manusia memiliki kasih yang terbuka, mengasihi Allah dengan cara mengasihi sesama dengan hati yangmeluber”, yang mementingkan kebaikan dan kebahagiaan bersama.

Jika kita mengikuti Yesus, kita tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup (Yoh 8:12). Kita  tetap berada di dalam terang, di dalam kita tidak ada penyesatan sehingga kita bisa mengasihi saudara kita (1 Yoh 2:10).

Kasih yang terbuka memiliki keluasan untuk berbagi, berbela rasa, memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan orang asing, melawat yang sakit, mengunjungi yang dipenjara, memberi pakaian yang telanjang (Mat 25:31-46).

Ada banyak orang beragama yang mengatakan bahwa mengasihi Allah yang tidak dilihatnya, tetapi mereka membenci saudaranya yang dilihatnya (1 Yoh 4:20). Mereka adalah pendusta, bapanya adalah Iblis, bapa segala dusta (Yoh 8:44).

Mereka berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan, kegelapan itu telah membutakan matanya sehingga mereka tidak tahu tujuan hidupnya (1 Yoh 2:11).

Ingatlah akhir hidup kita jika kita tidak mempunyai hati yang terbuka.

Renungkanlah kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk 16:19-31). 

Lazarus, pengemis yang badannya penuh borok, menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut.

Memang, tidak mudah memiliki kasih yang terbuka. Untuk itu dibutuhkan rahmat dan pertolongan Tuhan agar tetap mampu mengasihi sesama dengan penuh ketekunan, keuletan dan kesabaran.

(Sumber: Warta KPI TL No.131/III/2016 » Renungan KPI  TL Tgl  25 Februari 2016, Bpk Vincent).