Selasa, 05 April 2016

06.35 -

Kasih yang terlibat


Paus Fransiskus meminta umat Katolik Eropa, lembaga-lembaga Katolik di seluruh benua, untuk menunjukkan belas kasih kepada para pengungsi yang tiba di pantai mereka dengan menawarkan tempat berlindung.

"Semoga setiap paroki (sebuah wilayah administrasi lokal dalam Gereja Katolik), komunitas agama, biara, tempat perlindungan di Eropa menjadi tuan rumah bagi sebuah keluarga, mulai dari keuskupan saya di Roma," kata Fransiskus pada akhir doa Angelus di Vatikan, Minggu (6/9/2015).

Paus mengatakan kepada umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus bahwa umat tidak cukup hanya dengan memberi tahu pengungsi dengan kalimat seperti "memiliki keberanian, bertahanlah".

"Dalam menghadapi tragedi puluhan ribu pengungsi yang melarikan diri dari kematian akibat perang dan kelaparan dan yang berada di jalan menuju harapan untuk hidup, Injil mengajarkan kita untuk menjadi tetangga bagi orang-orang kecil dan orang yang paling ditinggalkan, untuk memberi mereka harapan nyata," kata Fransiskus.

Vatikan sendiri punya dua paroki, dan masing-masing akan menampung satu keluarga pengungsi. "Dua paroki di Vatikan akan menerima dua keluarga pengungsi," kata Paus.

Kardinal Italia, Angelo Bagnasco, memperkirakan bahwa jika setiap 27.000 paroki di Italia masing-masing menampung satu keluarga yang terdiri dari empat orang, maka sekitar 108.000 pengungsi bisa tertampung. "Saya berharap, keinginan ini menjadi kenyataan," kata Bagnasco kepada TV2000. "Ini memberikan ide tentang kemungkinan yang ada di negara kita."

Dalam sebuah pesan terpisah hari Minggu itu, Paus, yang merupakan cucu migran Italia di Argentina, terdengar mengkritik Hongaria yang mendirikan pagar di perbatasannya dengan Uni Eropa. "Adalah kekerasan, membangun pagar dan perintang untuk mencegah orang yang mencari tempat damai.

Merupakan kekerasan jika mendorong kembali mereka yang melarikan diri dari keadaan tidak manusiawi dengan harapan mendapatkan masa depan yang lebih baik," katanya dalam surat kepada pertemuan asosiasi gereja di Albania seperti dikutip VOA.

Seruan Paus itu terjadi saat lebih dari 12.000 migran tumpah ruah ke Austria pada hari Minggu. Mereka tiba di stasiun kereta api dan disambut tepuk tangan, sorak-sorai, dan tepukan di pundak dari warga Austria yang ingin membantu mereka.

Setiap murid Kristus dipanggil untuk membawa kasih-Nya kepada semua orang tanpa pandang bulu, sebab kasih Kristus bersifat universal.

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah,
sebab Allah adalah kasih.
(1 Yoh 4:8)

Praktek kasih membutuhkan keterlibatan. “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:26).

Marilah kita belajar dari Luk 10:25-37

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

» Ahli Taurat adalah ahli dalam mempelajari hukum Taurat. Mereka memelihara hukum Taurat, juga menyampaikan keputusan-keputusan hukum tak tertulis yang telah muncul  dalam usaha mereka menerapkan hukum Musa pada kehidupan sehari-hari. Mereka menyatakan bahwa hukum lisan ini lebih penting dari hukum tertulis (Mrk 7:5).

Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

Jawab orang itu: “Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”

» Ahli taurat adalah pakar Kitab Suci, sudah mempunyai segudang ilmu pengetahuan. Dalam perikop ini, seorang ahli Taurat  ingin berdiskusi tentang kebenaran, tetapi motivasinya hanya ingin memuaskan hasrat pengetahuannya, menjebak lawan bicaranya bahkan ingin mempermalukan orang lain di depan umum.

Untuk dapat mengerti “kebenaran” sesuai dengan iman gereja Katolik, kita bisa mempelajarinya dari “Magisterium (Wewenang Mengajar) Gereja”.

Banyak sekali orang mencari kebenaran yang hakiki dalam kehidupannya, tetapi ketika kebenaran itu sudah dimengertinya, dia tidak mau berjuang untuk melakukan apa yang dia mengerti itu.

Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu, ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”

Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

» Baik imam maupun orang Lewi adalah orang-orang yang terkemuka dalam komunitas Yahudi, mereka dikhususkan untuk melayani Bait Allah dan tahu betul hukum Allah.

Akan tetapi mereka lebih taat dengan hukum “Orang yang kena kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya” (Im 21:1, 11, Bil 19:11) sehingga mereka takut untuk melakukan hukum utama, yaitu kasih.

Perumpamaan orang Samaria yang baik hati menggambarkan cinta kasih yang tak terbatas, melepas sekat-sekat perbedaan, mempunyai visi ke depan yakni memperjuangkan dan membebaskan sampai tuntas.

Kita pun dipanggil oleh Tuhan untuk membawa kasih kepada semua orang. Untuk mewujudkan kasih yang terlibat bukan suatu hal yang mudah, banyak tantangan dan hambatan, perlu ketekunan, keuletan dan kesabaran.

(Sumber: Warta KPI TL No.131/III/2016 » Renungan KPI  TL Tgl  3 Maret 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).