Senin, 04 April 2016

20.07 -

Luk 4:21-30

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya



Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
 (Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 3 Februari 2019: Hari Minggu Biasa IV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Yer 1:4-5, 17-19; Mzm 71:1-2, 3-4a, 5-6ab, 15ab, 17: 1 Kor 12:31 - 13:13; Luk 4:21-30


Minggu, 31 Januari 2016: Hari Minggu Biasa IVTahun C/II (Hijau)
Bacaan: Yer 1:4-5a, 6-7, 9-11; Mzm 71:1-2, 3-4a, 5-6ab, 15ab-17; 1 Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30



Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."



Dan (1) semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: (2) "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"



Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"

Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.

Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.

Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 

Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."

Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


Renungan


1. Mengapa menolak?

Pengenalan akan seseorang bisa merubah pandangan seseorang: bisa semakin mengagumi atau sebaliknya, menolak.

Pengalaman seperti itu juga dialami oleh Yesus sendiri. Pada awalnya mereka mengagumi dan heran. Tetapi setelah mereka mengenali siapa Yesus, asal-Nya, keluarga dan saudara-saudara-Nya, maka mulailah keluar kata-kata sindiran dan penolakan.

Kita pun sering bersikap seperti itu. Pikiran dan cara pandang manusiawi kita membelokkan apa yang baik menjadi sikap mencibirkan dan menolak, gosip-gosip negatif terus keluar.

Hal ini terjadi karena sabda Tuhan belum mengakar dan meresap sampai ke dalam hati dan budi kita.

Sabda Tuhan belum mengubah prilaku dan cara kita bertindak. Sabda Tuhan baru sampai pada mulut kita, belum menjadi makanan dan sari-sari makanan yang merasuki sumsum, tulang dan daging kita.

Marilah kita memberi waktu pada sabda Tuhan dalam keheningan dan mendengarkan Tuhan bersabda lewat hati kita sehingga hidup kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Tuhan Yesus memberkati.



2. Pola pikir menjadi penghalang

(1, 2) Banyak dari kita menilai sesuatu atau seseorang dari latar belakangnya, bukan dari hasil atau bukti yang ada di hadapan kita.

Latar belakang memang berpengaruh dalam kualitas hidup seseorang, namun bukanlah penentu utama. Sebab Allah turut bekerja di dalam sejarah hidup manusia (Yer 1:4-5).

Mereka menolak Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah karena tidak sesuai dengan konsep-konsep yang ada dalam pikiran mereka, mengenai datangnya Mesias. Mereka tidak melihat apa yang dilakukan Yesus, tetapi justru memvonis hanya berdasarkan latar belakang keluarganya. Pola pikir mereka menghalangi Allah menunjukkan mujizat besar bagi mereka (Mat 13:58).

Bagaimana dengan kita? Jangan-jangan kita juga menerima Yesus hanya kalau apa yang dilakukan-Nya dalam hidup kita sesuai dengan apa yang kita harapkan dan cocok dengan pikiran kita. Kalau suatu saat ternyata pikiran kita berbeda dengan cara kehadiran Yesus, apakah kita tetap menerima dan percaya kepada-Nya?

Tuhan Yesus memberkati.