Kamis, 25 Februari 2016

03.25 -

Teman Yang Memberkati



Sebagai orang Kristiani, kita dipanggil untuk memperoleh berkat dan memberkati orang lain (1 Ptr 3:9). Akan tetapi, seringkali tanpa sadar kita tidak memberkati tetapi justru menghancurkan orang lain. 

Hal ini terjadi karena adanya perasaan benci atau permusuhan, sakit hati atau iri hati sehingga kita tidak bisa memberikan yang baik bagi orang lain.

Marilah kita belajar dari teman-teman disekitar Naaman (2 Raj 5: 1-14):

[1] Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta

» Orang Aram menyembah dewa Baal-shamain dan bentuk-bentuk Baal lainnya. Meskipun demikian, Tuhan sangat baik kepada Naaman, melaluinya Tuhan telah memberikan kemenangan sehingga dia sangat disayangi oleh rajanya.

Dalam menjalankan tugasnya, Naaman selalu memakai baju kebesarannya yang menutup kustanya sehingga tidak ada satu orang pun dari prajuritnya yang tahu, kecuali rajanya.

[2] Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak (X, berumur ± 11 tahun) perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada istri Naaman.

» Hukum perang (Ul 20:13-14): Setelah Tuhan, Allahmu menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. 

Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, boleh kaupergunakan). 

Di depan istrinya, Naaman tidak bisa menutupi tentang penyakit kustanya, karena dialah yang merawatnya

Ketika membersihkan kamar, X melihat kusta Naaman. Tetapi Naaman tidak merasa malu karena menganggap X adalah seorang anak kecil.

[3] Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”

» Meskipun X ditawan dan dijadikan pelayan oleh pihak musuh, tidak ada perasaan dendam di hatinya. Ketika melihat Naaman telah berobat kemana-mana dan tidak sembuh-sembuh, maka sebagai anak Tuhan, X mencoba menjadi teman yang memberkati. Maka dia memperkenalkan Allah yang disembahnya dengan memberi kesaksian kepada istri Naaman. 

Istri Naaman juga berfungsi sebagai teman yang memberkati. Meskipun beda status sosialnya (tuan dan pelayan), istri Naaman mau membuka hati untuk mendengarkan perkataan X yang terdengar mustahil

[4-5] Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” Maka jawab raja Aram: “Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel.”

» Walaupun Israel musuh Aram, tetapi raja Aram adalah teman yang memberkati. Dia tidak mengatakan “haram/najis” untuk memohon pertolongan pada musuh, tetapi mendukungnya.

[6] Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.

» Permohonan belum dikabulkan, belum bertemu dengan nabi yang akan menyembuhkan, tetapi Naaman tahu cara memberikan persembahan yang baik.

Naaman membawa rombongan tentara dan rombongan yang mengangkut peti berisi barang persembahan. Barisan rombongan itu panjang, menarik perhatian rakyat Israel yang berada di jalan sehingga mereka berbondong-bondong melihatnya. 

[6-9] Ia menyampaikan surat itu kepada raja Israel, yang berbunyi: “Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman, pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya.”

Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: “Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.”

Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: “Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.”

Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa.

» Dalam perjalanan dari Kerajaan Israel ke rumah Elisa, ada begitu banyak rakyat Israel yang tertarik ketika melihat rombongan Naaman. Akhirnya mereka pun ikut bergabung dalam rombongan sehingga rombongan bertambah panjang. 

[10-12] Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”

Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata: “Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang keluar (1) dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! (2)

Bukankah Abana dan Parpar sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” (3)

Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.

» Naaman sangat kecewa dan marah. Pikirnya, (1) sebagai orang terpandang, Nabi Elisa akan menyambut kedatangannya. (2) Cara penyembuhannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. (3) Sungai-sungai Damsyik airnya bersih, sedangkan sungai Jordan airnya keruh. 

[13] Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.”

» Pegawai-pegawai Naaman adalah teman-teman yang memberkati.

[14] Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.

» Naaman membuka hati dan berani mengambil suatu keputusan yang luar biasa. Sesungguhnya keputusan ini sangat memalukan dirinya sendiri karena dia harus membuka topengnya. Tetapi Naaman belajar taat dengan nubuatan nabi Elisa.

Akhirnya ... Naaman dipulihkan seperti pada saat diciptakan, kulit yang hancur akibat sakit kusta menjadi seperti tubuh seorang anak.

(Sumber:Warta KPI TL No. 130/II /2016; Renungan KPI TL Tgl 21 Januari 2016, Bpk Mikael Jatmiko).