Kamis, 19 November 2015

18.43 -

Menjaga Sikap Hati



Meskipun usia Uzia sangat muda (16 th), ia mengawali pemerintahannya secara luar biasa (segala usahanya berhasil). 


Ia mencari Allah dan melakukan apa yang benar di mata Tuhan berkat pembimbing rohaninya (Zakharia), yang mengajarkan supaya takut akan Allah. 

Uzia berhasil bukan karena kekuatannya, tetapi karena ia ditolong dengan ajaib oleh Tuhan.

Setelah ia menjadi kuat, sikap hatinya berubah, menjadi sombong ~ ia melakukan hal yang merusak. Sehingga ia menyeberangi garis yang telah ditetapkan Tuhan di dalam kehidupannya. 

Kesombongannya berkata: “Jika aku berhasil dalam memerintah sebagai raja, aku juga berhak untuk melakukan tugas kewajiban seorang imam.” ~ inilah kesombongan yang luar biasa yang berakibat fatal dalam kehidupannya.

Akhirnya dia diperingatkan imam Azarya bersama-sama delapan puluh imam Tuhan, orang-orang yang tegas: “Hai Uzia, engkau tidak berhak ... Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari Tuhan karena hal ini.”

Ketika kesombongannya tidak terlampiaskan, amarahnya meluap ... akibatnya muncul kusta pada dahi ... sampai kepada hari matinya (2 Taw 26:1-23).

Ini suatu pelajaran bagi kita.

Bahwa siapa pun kita, berapa pun usia kita, seberapa kecil kemampuan kita tapi jika Tuhan beserta kita, maka kita akan menjadi orang yang lebih dari seorang pemenang.

Kalau Tuhan memanggil kita/memberikan banyak talenta, bukan karena kita layak/pantas tapi semuanya itu semata-mata karena kasih karunia Tuhan.

Kalau sampai hari ini kita ada dan menjadi kuat dengan persoalan yang kita miliki bukan karena jasa/kesanggupan kita melainkan karena pertolongan yang ajaib dari Tuhan.

Pada waktu kita belum punya apa-apa/biasa-biasa saja bisa melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan. Dihina orang diam, karena memang nggak punya apa-apa. 

Tapi pada saat sudah mempunyai segala-galanya (kuasa/jabatan), dihina orang dan marah, maka timbullah kusta di dalam hati sehingga damai sejahtera hilang dalam kehidupan kita

Waspadalah! Dan ingatlah! Bahwa yang kita terima itu semata-mata karena kasih karunia Allah. Ceklah hati kita, apakah jalan kita sudah menyimpang dari jalan-Nya sehingga Tuhan mengingatkan kita melalui sesama kita.

Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Ams 27:17)

Ada dua katagori orang mencari Tuhan:

1. Sikap hati (Luk 18:9-14).

Doa orang Farisi: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” ~ selalu merasa lebih baik dari pada orang lain, gampang menghakimi.

Pemungut cukai tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berdoa: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa.”

2. Motivasi

Mencari apa yang Allah punya/berkat-berkatnya.

Rajin berdoa/pelayanan, agar Tuhan memberkatinya ~ kalau Tuhan mengizinkan kitab Wahyu digenapi (Why 13:16-17), orang model begini akan menderita karena tidak bisa membeli atau menjual. Sehingga dia menjual anugerah keselamatan dan tidak akan tiba di garis akhir.

Kalau kita tidak memurnikan motivasi kita mencari Tuhan, waktu semuanya itu hilang dalam kehidupan kita, kita belum tentu bisa cari Tuhan.

Mencari pribadi Allah, maka apa yang Allah punya akan dicurahkan dalam kehidupan kita. Caranya: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).” 

Kalau kita mampu memberikan yang terbaik bagi Tuhan, Tuhan akan menuntun setiap kehidupan kita.

Yang Kuhendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (Mat 9:13; Rm 3:28)

Marilah kita belajar dari Ester (Est 2):

Semua gadis pilihan dikumpulkan dan dirawat sedemikian rupa selama 12 bulan (enam bulan memakai minyak mur, enam bulan lagi memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan) sampai dia dianggap layak menghadap raja Ahasyweros 


» lambang Yesus sebagai Raja akan memilih dan mempersiapkan setiap kita untuk menjadi mempelainya

Tuhan memurnikan kembali kehidupan kita, ketika kita bertobat dan mengakui kesalahan kita ... Tuhan menguduskan kita, sehingga nasib kita berubah.


Apa rahasianya sehingga Ester dikasihi raja Ahasyweros lebih dari semua gadis lain? Karena Ester taat apa yang dikatakan Hegai (tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan) 

» mempunyai sikap hati yang benar di hadapan Tuhan akan menimbulkan kasih pada semua orang yang melihatnya.

Mengapa gadis-gadis yang lain gagal? karena mereka bangga dipilih sehingga lupa mempersiapkan hatinya.

Marilah kita menjaga sikap hati kita, pada waktu masih biasa-biasa saja. Sehingga pada saat diberkati kita tidak lupa diri.

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008 » Renungan KPI TL Tgl 12 Juni 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).