20.27 -
*Manusia"
Manusia itu Diciptakan Secitra dengan Allah, namun ...
1. Manusia dari gelap ke gelap, misalnya: sudah miskin, jelek, penyakitan, banyak utang – masih iri hati dan tidak jujur (menuju kebinasaan).
2. Manusia dari terang ke gelap, misalnya: Tuhan sudah memberi berkat, kaya raya, anaknya pinter-pinter tapi masih tak puas; sudah punya mobil satu pingin punya tiga, tidak aktif membantu secara sosial - hartanya tidak membawa berkat bagi dia (menuju kebinasaan).
3. Manusia dari gelap menuju terang, misalnya: miskin, jelek, penyakitan, banyak utang – tetapi hatinya penuh syukur dan belas kasih, rajin berdoa, aktif, sosial, selalu terbuka untuk membantu orang (menuju keselamatan).
4. Manusia dari terang ke terang, misalnya: sudah kaya raya, berkat melimpah dia bagikan, aktif membantu secara sosial – berkat dan keselamatan bagi dirinya dan orang lain (menuju keselamatan).
Untuk menjadi manusia dari gelap menuju terang dan dari terang menuju ke terang, kita harus benar-benar memurnikan gambar Allah dalam pikiran kita. Contoh: Meskipun pada waktu miskin tidak menjadi masalah, karena semuanya itu berasal dari luar.
Sering dalam kenyataan sehari-hari, orang Kristen yang rajin ke gereja, aktifis persekutuan doa, bahkan manusia berjubah pun sering membuat gambar Allah yang salah dalam otaknya, mereka menghadapi suatu masalah bereaksi: marah/emosi/tersinggung/sakit hati dll. sehingga menjadi batu sandungan.
“Tuhan, aku sudah berdoa. Aku sudah baca Kitab Suci. Semua tempat ziarah sudah aku datangi. Aku sudah aktif ini itu. Aku sudah pelayanan, kurang apa aku ini, sehingga Engkau tidak mendengarkan doaku?”
Meskipun sedikit kecewa secara batin - membenarkan tindakan kita dan minta perioritas/tempat khusus di mata Tuhan, membuat gambar Allah menurut kemauannya sendiri.
Inilah yang sering dikritik oleh orang di luar Kristus dan orang Ateis (orang-orang yang tidak percaya Tuhan), bahkan orang beragama mudah bereaksi tidak realistis.
Agama dijadikan candu, terbuai dengan doa-doa dan tidak melakukan tindakan.
Sebagai pengikut Kristus seharusnya dalam kehidupan ini kita benar-benar mencerminkan gambar Allah yang benar. Sehingga tidak ada yang mengkritik lagi seperti Mahatma Gandi (saya sangat menghormati Yesus, tetapi kalau melihat perilaku pengikut Kristus saya kecewa), artinya:
1. Saya sangat menghormati Kristus, tetapi saya tidak dapat mengerti mengapa pengikut Kristus seperti itu.
2. Di jaman ini manusia menciptakan gambaran Allah yang salah di dalam otaknya.
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya (Kej 1:27)
Seharusnya pola pikir kita beraksi (timbul dari diri kita/kreatif: berpikir positif, tidak kuatir) – mempunyai gambaran Allah yang realistis/sesuai dengan kenyataan yang ada sekarang ini.
Meskipun sudah tua - masih bisa bermanfaat
Ketika mohon berkat – berdoa, juga bekerja mati-matian cari nafkah.
Ketika sakit - minta didoakan tetapi juga pergi ke dokter/berobat dan menjaga makan.
Kita diciptakan menurut gambar Allah, tetapi seringkali gambar yang kita buat:
1. Gambar Allah yang menghakimi. Misalnya: suami pernah berselingkuh, bertobat, tetapi kita masih terus memikir dia selingkuh; sudah melakukan pengakuan dosa, tetapi masih menganggap diri sendiri yang salah terus.
Sehingga memandang Allah sebagai hakim yang tidak ada ampun, tidak mau mengampuni orang lain/diri sendiri ... akhirnya depresi/stres/mau bunuh diri.
Padahal Allah tidak menghakimi – Akupun tidak menghukum engkau (Yoh 8:11).
2. Gambar Allah kejam. Misalnya: aku sudah berdoa/pelayanan tetapi mengapa Tuhan tidak menjawab doa-doaku.
Padahal Allah selalu berbelas kasih – tergeraklah hatinya karena belaskasihan (Mat 1:41).
3. Gambar Allah yang tidak peduli/tidak peka. Misalnya: adanya anak jalanan yang meminta-minta di lampu stopan.
Padahal Allah begitu peduli – Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan. Kata Yesus: “Berapa roti padamu? ... Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak (Mat 15:32-38).
4. Gambar Allah yang keras dan tinggi. Misalnya: ada seorang anak dihukum berat oleh gurunya, tetapi dia merasa gurunya memberikan hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahannya yang kecil.
Padahal Allah lemah lembut – Aku lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29).
Supaya kita bisa menceritakan gambar Allah yang benar pada orang lain, marilah kita murnikan pikiran kita tentang gambar Allah yang realistis/ gambar Allah yang selalu memberi kesempatan saat ini. Sehingga kita dapat mengoptimalkan kemampuan diri, bukan dengan kekuatan kita sendiri tetapi dengan kemauan kita sesuai dengan rencana-Nya.
(Sumber: Warta KPI TL No. 46/II/2008; Renungan KPI TL Tgl 24 Januari 2008, Rm Lulus Widodo Pr).