18.41 -
*Padang gurun*
Kegagalan Membawa Kebahagiaan Bagi Orang Lain
Di sebuah gereja kecil di Broklyn New York, gerejanya
sudah rusak, dindingnya rontok-rontok. Pada saat mau merayakan hari Natal,
pastornya mengumpulkan kolekte yang sedikit untuk membeli bahan-bahan ... agar
gerejanya kelihatan bagus.
Tetapi belum selesai merenovasi gerejanya; hujan turun
dan merontokkan semua plesteran yang dia kerjakan.
Karena dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli
bahan-bahan lagi; maka dia melihat-lihat barang apa yang bisa pakai free market
(pasar yang berjualan barang-barang bekas yang masih bagus) untuk membuat
tembok yang rontok itu menjadi bagus.
Lalu dia membeli beberapa taplak yang bisa dipakai
untuk menutupi tembok yang rontok itu. Ketika pastor itu menempelkan taplak
untuk menutupi tembok yang rontok itu, ada seorang ibu tua yang sedang berdoa.
Sesudah selesai berdoa ibu itu mendekati pastor itu
dan berkata: “Pastor, saya mau tanya, apakah di pojok taplak itu ada
tulisannya GHK?” Jawab pastor itu: “O..ya.” “Itu taplak saya, taplak ini saya
buat sendiri. Saya adalah pelarian dari Austria, ketika Nazi masuk, Jerman
berkuasa di sana. Suami saya diambil Nazi, maka saya lari dan terpisah dengan
suami saya. Saya tidak tahu, apakah suami saya sekarang masih hidup apa sudah
mati.”
Lalu pastor itu bertanya: “Ibu, apakah ibu mau memiliki
kembali taplak itu?”
Ibu itu berkata dengan bijaksana: “Ndak usah pastor,
biar saja menjadi hiasan di gereja, kan di taplak itu ada salibnya.”
Pada saat perayaan Natal sudah selesai, ada seorang
bapak tua yang tidak pulang, dia masih berdoa. Selesai berdoa, ia mendekati
pastornya dan bertanya: “Apakah di dunia ini ada sesuatu yang persis
sama?” “Maksud bapak?” “Beberapa puluh
tahun yang lalu istri saya pernah membuat taplak yang seperti yang ada di
dinding pastor ini. Apakah ada produk buatan tangan persis sama kembar dibuat
dengan orang yang berbeda?”
Pastor itu bertanya lagi: “Apakah ciri-cirinya?” Jawabnya: “Ya... dipojoknya ada tulisan GHK.” Jawab pator itu: “Oh...ya. Bapak, mari saya antarkan pulang.”
Pastor itu bertanya lagi: “Apakah ciri-cirinya?” Jawabnya: “Ya... dipojoknya ada tulisan GHK.” Jawab pator itu: “Oh...ya. Bapak, mari saya antarkan pulang.”
Pastor itu tidak tanya di mana rumah bapak itu, sampai
bapak itu bingung dan bertanya. Jawab pastor itu: “Saya akan membawa bapak ke
sebuah tempat dan engkau akan bersuka cita luar biasa di sana.”
Singkat cerita pastor itu membawa bapak itu ke rumah
ibu yang diantarnya kemarin. Di sanalah terjadi pertemuan suami istri yang
sudah terpisah selama 35 tahun.
Kegagalan pastor itu di dalam merenovasi gerejanya
ternyata membawa kebahagiaan bagi orang lain.
(Sumber: Warta KPI TL No. 43/XI/2007; Renungan KPI TL
Tgl 25 Oktober 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).