Selasa, 10 November 2015

Kegagalan Membawa Kebahagiaan Bagi Orang Lain

Di sebuah gereja kecil di Broklyn New York, gerejanya sudah rusak, dindingnya rontok-rontok. Pada saat mau merayakan hari Natal, pastornya mengumpulkan kolekte yang sedikit untuk membeli bahan-bahan ... agar gerejanya kelihatan bagus.

Tetapi belum selesai merenovasi gerejanya; hujan turun dan merontokkan semua plesteran yang dia kerjakan.

Karena dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli bahan-bahan lagi; maka dia melihat-lihat barang apa yang bisa pakai free market (pasar yang berjualan barang-barang bekas yang masih bagus) untuk membuat tembok yang rontok itu menjadi bagus.

Lalu dia membeli beberapa taplak yang bisa dipakai untuk menutupi tembok yang rontok itu. Ketika pastor itu menempelkan taplak untuk menutupi tembok yang rontok itu, ada seorang ibu tua yang sedang berdoa.

Sesudah selesai berdoa ibu itu mendekati pastor itu dan berkata: “Pastor, saya mau tanya, apakah di pojok taplak itu ada tulisannya GHK?” Jawab pastor itu: “O..ya.” “Itu taplak saya, taplak ini saya buat sendiri. Saya adalah pelarian dari Austria, ketika Nazi masuk, Jerman berkuasa di sana. Suami saya diambil Nazi, maka saya lari dan terpisah dengan suami saya. Saya tidak tahu, apakah suami saya sekarang masih hidup apa sudah mati.”

Lalu pastor itu bertanya: “Ibu, apakah ibu mau memiliki kembali taplak itu?”

Ibu itu berkata dengan bijaksana: “Ndak usah pastor, biar saja menjadi hiasan di gereja, kan di taplak itu ada salibnya.”

Pada saat perayaan Natal sudah selesai, ada seorang bapak tua yang tidak pulang, dia masih berdoa. Selesai berdoa, ia mendekati pastornya dan bertanya: “Apakah di dunia ini ada sesuatu yang persis sama?”  “Maksud bapak?” “Beberapa puluh tahun yang lalu istri saya pernah membuat taplak yang seperti yang ada di dinding pastor ini. Apakah ada produk buatan tangan persis sama kembar dibuat dengan orang yang berbeda?” 

Pastor itu bertanya lagi: “Apakah ciri-cirinya?” Jawabnya: “Ya... dipojoknya ada tulisan GHK.” Jawab pator itu: “Oh...ya. Bapak, mari saya antarkan pulang.”

Pastor itu tidak tanya di mana rumah bapak itu, sampai bapak itu bingung dan bertanya. Jawab pastor itu: “Saya akan membawa bapak ke sebuah tempat dan engkau akan bersuka cita luar biasa di sana.”

Singkat cerita pastor itu membawa bapak itu ke rumah ibu yang diantarnya kemarin. Di sanalah terjadi pertemuan suami istri yang sudah terpisah selama 35 tahun.

Kegagalan pastor itu di dalam merenovasi gerejanya ternyata membawa kebahagiaan bagi orang lain.

(Sumber: Warta KPI TL No. 43/XI/2007; Renungan KPI TL Tgl 25 Oktober 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).