Rabu, 11 November 2015

02.43 -

Kedewasaan Iman

Sebagai anak-anak Allah, kita adalah ahli waris Kerajaan Sorga sehingga kita berhak menerima janji-janji Allah (Rm 8:17). 

Tetapi mengapa janji-janji Allah tidak kita dapatkan secara berlimpah? Mungkin Allah melihat kita belum akil balig. Selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia (Gal 4:1-3). 

Hal inilah yang tidak dikehendaki-Nya sehingga Dia memberikan kehidupan yang serba pas-pasan pada kita, pas butuh pas ada. Jadi, sangatlah penting mencapai kedewasaan iman agar kita dapat menikmati janji-janji Allah.

Tantangan eksternal

* Globalisasi dengan modernisari di segala bidang berimplikasi pada melemahnya pengenalan akan Tuhan secara pribadi.

* Merajarelanya ajaran New Age, menguatnya aliran teologi kemakmuran (alkitab tidak dilihat secara utuh), pengajaran yang menyimpang dari ajaran Katolik dll. 

* Umat memiliki ketahanan iman yang dangkal sehingga berakibat fanatisme yang sempit. 

Tantangan internal:

1. Iman yang kekanak-kanakan menyebabkan lunturnya semangat ingin tahu tentang kekatolikan.

2. Kurangnya pengetahuan iman katolik sehingga ketahanan iman katolik lemah dan kita kurang memiliki pengenalan dan pengalaman bersama Yesus secara pribadi.

Manusia tanpa rahmat Allah tidak bisa melakukan kebajikan, maka mohonlah rahmat Allah 

1. Agar dibawa masuk menuju kedalaman dengan Tuhan. 
2. Mengalami persatuan dengan Allah

Tuhan adalah Roh (2 Kor 3:17); manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (1 Tes 5:23), jika kita hidup oleh Roh, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging sehingga dapat mengalami persatuan dengan Allah (Gal 5:16).

3. Menjadi satu dalam penderitaan Tuhan

Penderitaan Tuhan ketika melihat anak-anak-Nya terhilang karena Dia tidak melihat anak-anak-Nya segambar dengan-Nya (Luk 15:11-32; Yoh 6:39). Maukah kita ambil bagian di dalam penderitaan Tuhan?

4. Yang ilahi menggantikan yang jasmani

Karakter kita yang jelek (perbuatan daging: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya - Gal 5:19-21) digantikan buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).

5. Kedewasaan rohani menggantikan yang kekanak-kanakan.

Kita harus memiliki ketahanan iman agar dapat mencapai kedewasaan rohani.

Lima tingkat untuk mencapai kedewasaan rohani

1. Miliki kerinduan yang dalam akan Allah 

Apakah yang kita rindukan dari Tuhan? Berkat-Nya atau pribadi-Nya? 

2. Mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Yesus

Jika kita rindu akan Allah, kita pasti mencari Kerajaan-Nya (Rm 14:17). Maka kita akan mengalami pemulihan setiap hari. Jadi ijinkanlah Tuhan membereskan hidup kita dan mengajak kita berdamai dengan-Nya, diri sendiri, sesama dan alam.

3. Bergaul karib dengan Tuhan (berelasi 2 arah).

Belajar mengenal Allah dan mengasihi-Nya (Luk 10:39). Jika kita tidak mengenal Allah, maka kita tidak tahu apa yang dikehendaki-Nya dalam hidup kita. Waktu kita bergaul karib dengan Tuhan ada satu kepuasan yang dunia tidak bisa berikan, yaitu damai sejahtera (Yoh 14:27). 

4. Mengosongkan diri

Mengalami kekosongan = mengalami kematian. Melalui kekosongan ini kita dapat mengalami persatuan dengan Allah, melalui kematian kita mengalami kebangkitan. 

Periode ini adalah periode yang paling sulit dan berat, di sinilah kita dapat mengenal pribadi Allah dan mengasihi-Nya. Hanya manusia yang sudah mengosongkan dirinya yang bisa mempunyai karakter seperti Yesus, misalnya mampu memberi pengampunan (Flp 2:7; Gal 2:20; Luk 23:34). 

5. Berakar, bertumbuh, berbuah (Kol 2:7)

Sebuah pohon dikatakan baik jikalau akarnya baik. Jadi, akar memegang kunci utama pada sebuah pohon yang menghasilkan buah baik. 

Marilah kita belajar dari pohon kurma

Pada waktu ditanam, biji kurma ditaruh di kedalaman dua meter dan ditutupi dengan batu, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah. Pada saat biji kurma itu hendak bertumbuh ke atas, dia tidak dapat karena mendapat tekanan dari batu yang menutupinya. 

Jadi, dia memperkuat akarnya terlebih dahulu sehingga dia mampu menembus batu yang menutupinya. Karena akarnya bertumbuh semakin dalam di tanah, maka dia bisa menyerap nutrisi lebih banyak. Akhirnya ... menghasilkan buah yang manis.

Ilustrasi pohon kurma yang ditanam di padang pasir ini berbicara tentang kedekatan hubungan kita dengan Sang Pencipta sebagai sumber kehidupan kita. 

Jika pohon kehidupan kita berakar dan bertumbuh di dalam Dia, maka Dia yang makin besar dan kita makin kecil (Yoh 3:30) sehingga kita tetap dapat menghasilkan buah yang lebat dan manis sesuai dengan panggilan kita meskipun kita menghadapi tantangan/penderitaan.

Agar kita dapat berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Tuhan, kita harus berelasi dengan Tuhan agar mengetahui visi yang berasal dari-Nya. 

Jika kita

hidup tanpa visi  » hidup kita mbulet, lebih senang tinggal di zona nyaman daripada ke luar.

hidup dengan visi » hidup kita penuh semangat karena visi itu mampu menggerakkan hati kita, menggairahkan apa yang kita kerjakan sehingga kita terpacu terus untuk maju menuju sasaran. Hal inilah yang menyebabkan kita tahu kemana akan pergi dan tahu apa yang harus kita lakukan. 

Jadi, lihatlah visi itu dengan imajinasi (kita harus mempunyai suatu prinsip, pada waktu pulang ke Allah Bapa, kita mau dilihat/dihargai/dikenal sebagai apa?) dan lakukanlah visi itu dengan strategi (misi).

Marilah kita mendengarkan/membaca firman Tuhan tidak hanya sebagai logos, tetapi menjadikan firman itu sebagai rhema sehingga hidup kita diperbaharui dan karakter lama kita diubahkan menyerupai karakter Kristus. 

(Sumber: Warta KPI TL No.100/VIII/2012 » Renungan KPI TL tgl 15 Maret 2012 & 20 April 2012, Dra Yovita Baskoro, MM).




Untuk naik ke sorga kita harus memakai tangga iman yang menghubungkan bumi dengan sorga, menapak tangga naik satu persatu sehingga kita boleh sampai ke Kerajaan Sorga dan bertemu dengan mempelai kita ~ harus dewasa imannya, bukan iman bonsai (kecil ).


Tuhan menghendaki kita untuk mengalami kedewasaan iman. Kedewasaan iman tidak bisa langsung/instant, perlu mengalami suatu proses. Kuasa Allah baru kita rasakan ketika kita mengalami suatu pencobaan/masalah.



Jangan dipikir masuk sorga cukup dengan surat baptis. Dengan adanya surat baptis kita diakui sebagai keluarga Kerajaaan Sorga, tetapi bukan jaminan dapat masuk sorga; tinggal kita, maukah kita senantiasa mengerjakan keselamatan ketika kita berada di dunia ini, sehingga iman kita semakin bertumbuh naik ... dan akhirnya Tuhan berkata: “Ya, ini Putera-Ku.”

Tuhan mengizinkan pencobaan itu terjadi karena:

1. Tuhan tidak mau kita besoknya mengalami penghukuman kekal (neraka).

2. Tuhan memberikan didikan pada anak-Nya yang dikasihi-Nya (Ibr 12:5).

3. Untuk menunjukkan kebesaran Allah (2 Kor 12:9 – justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna).

Tuhan mau memperindah kita, dengan itu hati kita perlu diproses menjadi tulus dan murni di hadapan-Nya, seperti periuk di tangan tukang periuk yang selalu dibentuk (Yer 18:4) ~ ini kenyempluken ... ndak baik, dipeyokkan; tutupnya kurang moncong, dimoncongkan; masih ketinggien, ndak baik, dikenyot-kenyot lagi - inilah kita ditangan Tuhan.

Kalau kita ingin memperindah pasangan kita dan anak-anak di hadapan Tuhan; serahkan mereka pada Tuhan melalui doa, bukan dengan diomeli, sehingga mereka berkomentar semakin ikut persekutuan semakin cerewet.

Bagaimana kita bisa menaiki tangga iman itu tanpa merosot? (Ibr 12:1-17)

1. Berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita ~ Ujian iman seumur hidup ketika kita masih hidup di dunia, harus dengan tekun/tabah/sabar berjalan bersama Tuhan.

Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji ( 2 Kor 13:5).

Kalau kita ada masalah jangan bingung, cari orang pintar/sedih nggak karuan/merengek-rengek seperti anak gampangan (Ibr 12:8). 

Tapi ambil saat hening, tarik nafas, rasakan nafas itu; bersyukurlah dan sadarlah bahwa Tuhan bertahta/ada di dalam diri kita, mengatur kehidupan kita, berkarya, mengontrol kehidupan kita. Kalau kita melekat pada Dia, kita akan merasakan kehadiran-Nya.

Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan ... ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan (Yak 1:2-3).

Melatih diri kita menjadi sabar seperti Yesus dalam menanggung penderitaan-Nya sampai di Kalvari tanpa memberontak. Kita harus seperti Guru Agung kita agar dapat menjadi saksi-Nya.

Mungkin kita belum mampu untuk menerima pencobaaan itu, tapi ingat ‘Tuhan tidak membiarkan kita dicobai melebihi kekuatan kita’ (1 Kor 10:13). 

Dan setiap orang percaya lahir dari Allah ... sudah lahir baru dapat mengalahkan dunia (1 Yoh 5:14).

2. Menanggalkan beban dan dosa yang begitu merintangi kita ~ serahkanlah beban itu pada Yesus (Bdk. Mat 11:28). 

Janganlah kita berlaku bodoh seperti orang yang yang membawa pikulan, meskipun sudah ada di dalam truk, pikulannya masih dipikul.

3. Melakukannya dengan mata tertuju kepada Yesus ~ karena Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui-Nya (Yoh 14:6). Yesus sebagai teladan dan gembala yang baik (Mzm 23).

Kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah ~ belajarlah memuji dan menyembah Dia dalam roh dan kebenaran/masuk dalam hadirat-Nya (Yoh 4:23), karena Dialah satu-satunya kekuatan kita.

Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Allah ~ Orang kudus baru bisa merasakan jamahan Allah. 

Caranya: pikirkan pekara-pekara rohani, tekun dalam doa, jika dosanya berat segera minta sakramen pengampunan dosa. Kalau kita mempunyai komunitas, Tuhan selalu mengingatkan kita melalui firman-Nya. 

Kejar kekudusan dengan cara berdoa dan membaca firmanTuhan supaya kita bisa mendengarkan suaranya, memperoleh kekuatan untuk menjalani hidup ini dengan ujian-ujian yang wajib kita hadapi

(Sumber: Warta KPI TL No. 44/XII/2007; Renungan KPI TL Tgl 15 November 2007, Jane Hanjaya).

Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar 
dan rebutlah hidup yang kekal.
Untuk itulah engkau telah dipanggil 
dan telah engkau ikrarkan yang benar di depan banyak saksi.
(1 Tim 6:12)