Senin, 09 November 2015

Bertolaklah ke Tempat yang Dalam

Panggilan Allah akan kesediaan kita untuk menjalin relasi yang mendalam dengan Dia (Luk 5:1-11).


Yesus berdiri di pantai ... orang banyak mengerumuni Dia  » Bertolaklah ke tempat yang dalam ~ Selama ini Simon berada di tempat yang dangkal; pengenalan dan pemahaman akan Yesus dangkal padahal dia bergaul dengan-Nya setiap hari



Relasi yang mendalam tercermin di dalam kehadiran kita, seharusnya kita tidak hadir dengan pikiran, tetapi hadir dengan hati, punya empati, maka belas kasihan dari Allah itu bisa hadir di dalam hati kita. Kita dapat anugerah/belas kasihan Tuhan tergantung dari reaksi kita.



Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa » Kebiasaan menangkap ikan di malam hari. Kedangkalan imannya membuat putus asa/kecewa dengan apa yang dialaminya. Ternyata kegagalannya itu sebagai peluang/kesempatan untuk berjumpa dengan Yesus yang akan menunjukkan kepadanya jalan kehidupan.

... karena Engkau yang menyuruhnya » Syarat utama untuk berani bertolak ke dalam yaitu percaya dan pasrah pada Tuhan, sehingga orang berani untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan logikanya.

... mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak » Pada waktu mereka taat pada Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam, mereka menerima keberhasilan dalam karya.

Ketika melihat hal itu iapun tersungkur ... karena .. .»  Ketika melihat kemuliaan Allah, mereka mengenal dirinya sendiri, mereka menyadari bahwa seringkali bereaksi yang salah di hadapan Allah

Mengalami Dia yang kudus, manusia menyadari kedosaannya, maka akan terjadi pertobatan dan perubahan yang besar di dalam kehidupan.

Mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia » bersedia menerima sebuah visi/panggilan mengikuti Yesus.

Beda penjala ikan dan penjala manusia

Penjala ikan » yang untung penjalanya tanpa memperdulikan nasib ikannya, ikannya pihak yang dirugikan.

Penjala manusia » yang senang /untung manusia yang dijala.

Ketika kita mengalami kedalaman dengan Yesus, maka kita akan menerima panggilan mengikuti dia. Tak ada yang bisa menghalangi meskipun orang berkomentar apapun. 

Kepasrahan dituntut hal-hal yang berikut ini:

Bertindak di luar kebiasaan, berani bertolak ke dalam. Berani keluar dari pengertian biasa masuk dalam pengertiaan-Nya, walaupun nalar kita mengatakan sia-sia. Misalnya: Kebiasaan Simon menangkap ikan di malam hari, tetapi Tuhan menyuruhnya menangkap ikan di siang hari.

Tanggalkan kasutmu (membebaskan diri dari semua belenggu-belenggu kehidupan – status sosial, kekayaan, rasa benci dll). 

Ketika Musa berjumpa dengan Allah di tengah-tengah semak berduri, Ia berfirman: “... tanggalkanlah kasutmu ...” ~ perlunya kita menanggalkan sesuatu yang mengikat kita (formalisme, ritualisme dan kepura-puraan), yang dapat menjadi penghalang terbesar di dalam membangun relasi kita dengan Tuhan, yang lebih dalam lagi.

Jangan kembali ke perbudakan masa lalu, harus berani masuk dalam kematian daging – kebiasaan buruk di masa lampau (cara pandang yang keliru dalam bergaul/beribadah), yang seakan-akan memberikan rasa aman dan bahagia dalam kehidupan kita, tetapi semuanya itu adalah palsu.

Kalau kita kembali ke masa lalu diperbudak oleh daging kita, kita nggak akan pernah bisa masuk ke dalam keintiman dengan Allah.

Exodus bangsa Israel mengajarkan kita untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam, untuk menjadi patner dengan perjanjian dengan Allah.

(Sumber: Warta KPI TL No. 42/X/2007 » Renungan KPI TL Tgl 30 Agustus 2007, Dra Yovita Baskoro, MM)