Selasa, 27 Oktober 2015

04.20 -

Iman Anugerah Berharga

Apabila hubungan antar manusia membutuhkan rasa percaya, maka hubungan antara manusia dengan Tuhan dibutuhkan kepercayaan. Untuk dapat menjalin relasi dengan Allah, manusia membutuhkan iman

Dengan demikian, iman merupakan kebutuhan utama seorang kristianiakan membimbing kita kepada kebenaran-kebenaran sejati yang membuat kita mengejar kebaikan dan menghindari kejahatan.

Menurut St. Thomas Aquino iman mempunyai peran sebagai berikut:

Iman mempersatukan jiwa dengan Allah 

Dengan iman, jiwa dibawa ke dalam suatu pernikahan rohani dengan Allah penciptanya (Aku akan menjadikan engkau istri-Ku untuk selama-lamanya … dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang, dalam kesetiaan, sehingga engkau mengenal Allah – Hos 2:18-19). 

Pada saat dibaptis itulah keselamatan turun atas kita, hubungan yang mesra antara jiwa dan Allah pun mulai terjamin

Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan (Mrk 16:16); tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6). Baptisan - untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus (1 Ptr 3:21).

Iman memperkenalkan kita kepada hidup kekal

Mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang diutus (Yoh 17:3).

Iman merupakan penuntun kita dalam kehidupan

Jika ada seseorang yang mengandalkan kemampuannya sendiri untuk menentukan pedoman hidup baik, hasilnya ada dua kemungkinan:

1. Ia tidak akan pernah menemukannya.

2. Ia akan mengira sudah menemukannya, padahal ia melakukan hal yang sama itu-itu saja seumur hidupnya. 

Iman menolong kita untuk melawan setiap godaan

Sepanjang sejarah kehidupan manusia harus terus berjuang melawan setiap godaan.

1. Godaan dari si jahat – selalu menggoda kita untuk memberontak dan tidak taat kepada Allah. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling … lawanlah dengan iman yang teguh (1 Ptr 5:18-19).

2. Godaan dari dunia – dengan segala kenikmatannya, namun juga menggoda kita untuk kuatir dan takut akan berbagai kesengsaraan. 

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat 16:26). Semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita (1 Ptr 5:4).

3. Godaan dari kedagingan diri sendiri – mendorong kita untuk melampiaskan setiap hawa nafsu demi kenikmatan-kenikmatan semu dalam hidup.

Sebelum Yesus Kristus turun ke dunia menjelma sebagai manusia, tak seorang filsafat dan teolog pun dapat menerangkan dengan baik tentang Allah dan hidup kekal, sebesar apa pun usaha mereka. 

Akan tetapi, kini dengan mudah hal itu dapat diterangkan oleh seorang perempuan tua sederhana sekalipun, asal ia mempunyai iman.

Memang saat ini banyak orang yang mengatakan bahwa iman merupakan suatu kebodohan. Mengenai hal ini, St. Thomas Aquino memberikan penjelasan bahwa iman sama sekali bukan kebodohan, karena:

1. Akal budi kita sama sekali tidak sempurna – sangat lemah, wajarlah jika kita percaya kepada Allah yang tak dapat dilihat dan dimengertinya secara sempurna. Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita (Ayb 36:26).

2. Pengetahuan kita sangat terbatas. Jika seorang ilmuwan membuat sebuah pernyataan yang berkaitan dengan cabang ilmunya, seorang yang tak terpelajar akan menjadi kelihatan bodoh jika ia berhadapan dengan sang ilmuwan – apa yang dinyatakan itu tak dimengertinya. 

Sekarang, tanpa diragukan lagi kepandaian seorang malaikat melampaui kepandaian seorang filsafat paling terkenal sekalipun. 

Oleh karena itu suatu kebodohan jika ada ahli filsafat/teolog yang tak percaya apa yang dikatakan malaikat, dan lebih bodoh lagi jika tak percaya apa yang dikatakan Tuhan.

3. Kehidupan di dunia ini semuanya menjadi omong kosong belaka jika kita hanya percaya kepada apa yang kita lihat

Bagaimanakah seseorang dapat hidup tanpa dapat mempercayai orang lain? Demikian hubungan kita dengan Tuhan. Mereka yang tidak mempercayai apa yang dinyatakan iman sangatlah tidak bijaksana dan sombong. Kerendahan hati seseorang justru diukur dari seberapa ia dapat mempercayakan hidupnya kepada Allah. … aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa … (2 Tim 1:12).

(Sumber: Warta KPI TL No. 31/XI/2006; Iman Anugerah Berharga, HDR September-Oktober 2006 Tahun X).