Jumat, 30 Oktober 2015

Gelas Kehidupan

Gelas lambang bejana kehidupan; batu besarTuhan; batu lebih kecilkeluarga; batu krikilpekerjaan/apa yang ada di muka bumi; pasirkesenangan/hobi.

Allah memberi kebebasan pada manusia untuk mengisi kehidupannya.

Kalau gelas diisi batu besar dan batu yang lebih kecil, masih dapat diisi batu kerikil, gelas diguncang-guncangkan masih dapat diisi pasir (memasuki celah-celah lubang antara krikil-krikil tersebut).

Demikian juga kehidupan kita - kalau kehidupan kita pertama kali kita isi dengan Tuhan – keluarga – pekerjaan (waktu kerja kena gesekan) – kesenangan (ada konflik dengan diri kita).

Sedang kalau gelas diisi batu kerikil, lalu diguncang-guncangkan pasir masih bisa masuk, sedangkan batu besar dan batu yang lebih kecil tidak dapat masuk.

Demikian juga dengan kehidupan kita - kalau kehidupan kita dipenuhi dengan kerja aja terus dan kesenangan, maka Tuhan dan keluarga tidak bisa masuk (ada di rumah tapi tidak mengerti perasaan suami/istri/anak-anaknya).

Karena sayangnya Tuhan dengan jiwa kita, maka Tuhan mengambil hobi/kesenangan kita seperti tukang periuk membentuk tanah liat dengan adanya sakit, tidak bisa jalan jalan dan bekerja ... akhirnya pekerjaan hilang.

Ketika kita berada di titik nol (kosong), baru ingat menempatkan Tuhan dan gaya hidup Ilahi di tempat yang pertama. Maka isilah kehidupan dengan yang benar.

Kalau kita mau hidup berlimpah carilah dulu kerajaan-Nya maka semuanya akan ditambahkan karena kekudusan itu di mulai di keluarga.

(Sumber: Warta KPI TL No. 34/II/2007; Renungan KPI TL Tgl 18 Januari 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).