Jumat, 30 Oktober 2015

Kemunduran Rohani

Strategi iblis di dalam menyeret dan menggoda manusia ke dalam dosa perlahan-lahan tapi pasti … sehingga menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja dalam kehidupannya, yang pada akhirnya … terlambat dan menyesal seperti ilustrasi kodok (lih. 7 Dosa Pokok).


Ciri-ciri kemunduran rohani:


Mengabaikan perkara-perkara rohani - terjadi tidak hanya karena kita berbuat dosa yang besar seperti berzinah/membunuh/mencuri hak orang lain, tetapi terjadi ketika kita suam-suam kuku/ala kadarnya/tidak menghargai anugerah keselamatan yang Tuhan berikan (Why 3:16); misalnya: doa ala kadarnya/berdoa tidak menyenangkan Tuhan karena kerakusan hati, kalau diajak bicara tentang Tuhan kurang berminat, tidak tertarik melayani sesamanya (tidak ketaatan pasif). 

Banyak orang hanyut terbawa oleh arus duniawi yang menggoda, saking hanyutnya terbawa arus sehingga tanpa dia sadari sudah semakin jauh dari Tuhan; maka kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut di bawa arus (Ibr 2:1). 

Contoh: orang yang berenang di tepi pantai. Saking asyiknya berenang, lama-lama semakin ke tengah … semakin nyaman, tetapi tanpa sadar dia sudah berada sangat jauh dari tepi pantai. Terkadang kita tidak terlalu peduli dengan sikap rohani ketika hidup di zona kenyamanan/seringkali masa bodoh/acuh tak acuh perkara rohani - kalau Tuhan menganugerahkan kesehatan dan berkat jasmani.

Seharusnya: Pikirkanlah perkara di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah (Kol 3:2-3) - belajar memahami dan mengenal Allah, mencintai Allah dengan tulus bukan karena apa yang Tuhan punya; melayani sesama dan Tuhan – memikirkan perkara rohani bukan duniawi.

Marilah kita hargai anugerah Allah yang sangat luar biasa yang Dia berikan dengan korban darah/nyawa/harga diri/mau menghinakan diri sebagai manusia, sedang kita adalah debu yang tidak berguna tetapi sering kita lupa diri merasa hebat terhadap anugerah keselamatan yang sudah Tuhan berikan.

Mengeraskan hati dalam kegeraman (bersungut-sungut/mengeluh) karena tipu daya dosa (Ibr 3:8, 12-13) - jangan pernah cari pembenaran dalam hidup, karena semua orang berdosa/bersalah pada Tuhan. 

Kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin (Mat 24:12), makin bertambahnya kedurhakaan, sehingga Tuhan tidak bisa mencurahkan perkara-perkara rohani.

Marilah kita mengampuni, jangan mengeraskan hati/sibuk menghitung-hitung kesalahan orang lain.

Tidak meningkatkan menu rohani - lamban dalam mendengar … karena itu perhatikan cara kamu mendengar (Ibr 5:11-14; Luk 8:17). Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh untuk menambahkan pada imanmu kebajikanpengetahuan penguasaan diriketekunankesalehan kasih akan saudara-saudara dan semua orang (2 Ptr 1:5-7).

Begitu banyak orang yang suka firman Tuhan yang encer-encer seperti susu (hal-hal ringan, sederhana, lucu-lucu - tidak memahami ajaran kebenaran), tetapi begitu masuk pengajaran firman (makanan keras) mereka mengatakan membosankan.

Malas beribadah (Ibr 10:23-25

Jangan sampai kita beribadah tapi hati kita tidak ada getaran kasih Allah, mis: menyanyi tidak merasa urapan Tuhan, berdoa tidak merasa senang jadi anak-Nya, ketika mendengar kotbah yang disampaikan ngantuk/mengangguk-angguk meskipun tidak diminta/tertarik pada anak kecil/mengobrol. 

Dalam pertemuan-pertemuan ibadah ketika kita mendengarkan kesaksian orang berarti ‘transfer spirit dari orang-orang yang lebih dekat kepada Tuhan’.

(Sumber: Warta KPI TL No. 34/II/2007; Renungan KPI TL Tgl 11 Januari 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).