Sabtu, 24 Oktober 2015

03.45 -

Bunga cantik dalam pot yang retak


Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal di lantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada pasien yang ke klinik itu. 

Suatu petang dimusim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. 



Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria yang bungkuk dan sudah serba keriput dengan wajah yang mengerikan, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah, hiiiihh...! 


Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata: “Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi.” 

Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, mungkin karena wajahku...

Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menentramkan dan meyakinkanku: “Oh aku bisa kok tidur di kursi goyang di luar sini, di beranda samping ini. Toh bis ku esok pagi-pagi juga sudah berangkat.” 

Sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata: “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal di sini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Anak-anak anda membuatku begitu kerasan seperti di rumah sendiri.”

Ketika ia datang lagi, ia tiba pagi-pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. 

Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar. Selama tahun-tahun ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan/kerang oyster/sayur mayur dari kebunnya. 

Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan kerang oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih. 

Mengetahui ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semuanya itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman-kiriman dia menjadi makin bernilai ...

Baru-baru ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman-tanaman bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan yang paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas

Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok dan berkarat pula. Dalam hati aku berkata, “Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam di dalam bejana terindah yang kumiliki.” Tapi temanku merubah cara pikirku. 

Mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik hati itu. Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu di dalam badan kecil ini.

Jangan pandang parasnya atau perawakan yang tinggi ... manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati (1 Sam 15:7).

(Sumber: Warta KPI TL No. 21/I/2006 » Bunga Cantik Dalam Pot Yang Retak, Vacare Deo edisi Oktober/Tahun V/2003)