Senin, 26 Oktober 2015

22.20 -

Aku dan Kasih Tuhanku



Suatu pagi aku menikmati keindahan dan kehangatan mentari pagi. Sementara duduk terpaku, aku merasakan kehadiran Tuhan

Ia seolah bertanya melalui hati kecilku: “Anak-Ku, apakah engkau mengasihi-Ku?” “Tentu Tuhan, Engkau adalah Juruselamat-Ku,” jawabku singkat. 


“Seandainya tubuhmu cacat, apakah kau akan tetap mengasihi-Ku?” Aku memandangi ke dua tanganku, kakiku dan seluruh tubuh lainnya sambil memikirkan betapa banyak pekerjaan yang tidak dapat kulakukan bila aku cacat, namun aku menjawab: “ Akan sangat berat Tuhan, tetapi aku akan tetap mengasihi-Mu.” 

Kemudian Tuhan berkata: “Seandainya engkau buta/bisu/tuli/lumpuh, apakah engkau akan mengagumi ciptaan-Ku dan mengasihi-Ku?” Aku berpikir, bagaimana aku dapat mengagumi sesuatu tanpa dapat melihatnya, bagaimana aku dapat mendengar firman jika tuli, dstnya. 

Kemudian dengan penuh keyakinan aku menjawab: “Ya Tuhan, aku mengasihi-Mu karena hanya Engkaulah satu-satunya Allah yang hidup.” 

Kupikir aku telah menjawab dengan benar, tetapi kemudian Dia bertanya: “Jika demikian mengapa engkau masih melakukan dosa? Mengapa engkau berdoa dan menghampiri-Ku hanya di saat dalam kesusahan saja?” Aku terdiam dan hanya air mata yang terus mengalir membasahi pipiku.

Tuhan melanjutkan: “Anak-Ku, kasih karunia-Ku ada atasmu, jangan sia-siakan hidupmu. Aku memberkati engkau dengan talenta untuk melayani-Ku, tetapi engkau selalu berusaha menghindari panggilan-Ku. Aku banyak menyingkapkan rahasia firman-Ku kepadamu, tetapi engkau tidak melakukannya. Aku berusaha berbicara kepadamu, tetapi hatimu tidak peka. Aku menunjukkan belaskasih-Ku kepadamu, tetapi mata hatimu tidak melihatnya.” 

Mendengar itu aku malu karena segalanya begitu tranparan di hadapan Tuhan. Hatiku menjerit dan air mata tak henti-hentinya mengalir di pipiku. 

Akhirnya aku memberanikan diri untuk berkata: “Ampunilah aku Tuhan, aku tidak layak menjadi anak-Mu.”

Kemudian dengan suara yang lembut Dia berkata: “Karena engkau adalah ciptaan-Ku dan anak yang Kukasihi, sekali-kali Aku tidak akan meninggalkanmu!

Ketahuilah bahwa jika engkau menangis, hati-Ku juga hancur menangis bersamamu. Jika engkau bersukacita, Aku tertawa bersamamu. Jika engkau putus asa, Aku menyemangatimu. Jika engkau jatuh, Aku akan mengangkatmu. Jika engkau lelah, aku akan menggendongmu. Aku akan selalu menyertaimu dan akan mengasihimu selamanya.”

(Sumber: Warta KPI TL No. 29/IX/2006: Aku dan Kasih Tuhanku, Mansor April 2005 No. 85 Tahun VIII).