Rabu, 08 Juli 2020

19.38 -

Kuatkan dan teguhkan hatimu

Pada tahun 1988, saya diajak oleh seorang teman saya untuk menghadiri sebuah pertemuan karismatik. Namun, saya menolaknya, karena saya menganggap pertemuan tersebut adalah salah satu “aliran sesat”. 

Pada tahun 1989, ada seorang teman saya lainnya (R) yang tak jemu-jemunya mendesak saya agar mau mengikuti pertemuan karismatik, katanya: “Bu Marsel, di pertemuan ini ada Pujian Penyembahan, kesaksian dan renungan firman. Bagus lho!” Jawab saya: “Saya sudah cukup ikut Misa di Gereja. Nanti-nanti sajalah.” Di bulan Desember 1989, R mendesak saya untuk mengikuti “retret awal”. 

Pada waktu mendengarkan pengajaran di retret tersebut, saya disadarkan bahwa Allah sangat mengasihi umat-Nya. Terlebih lagi saat “Pencurahan Roh Kudus”, air mata saya tak dapat dibendungnya karena merasakan “jamahan kasih-Nya”. 

Sejak saat itu saya merasakan ada perubahan dalam hidup saya. Seperti ada api yang membakar jiwa saya sehingga ada kerinduan untuk selalu membaca Kitab Suci dan mengikuti Misa dengan penghayatan. Bahkan saya juga terlibat dalam pelayanan dengan sukacita meskipun banyak tantangan dari pihak keluarga. 

Melalui komunitas ini saya baru tahu bahwa ada banyak harta karun yang tersembunyi dalam gereja yang harus digali. 

Ketika kita dibaptis, kita berada dalam “Bahtera yang amat besar” (Madah Bakti No. 518) seperti kapal pesiar yang dilengkapi dengan alat keamanan dan alat navigasi yang canggih sehingga perjalanan ziarah di dunia ini menjadi jauh lebih aman. Dalam bahtera tersebut ada banyak kamar dan fasilitas di dalamnya, yaitu tujuh sakramen dan segala kekayaan rahmat dan ajaran yang bisa dinikmati dari Gereja. 

Di dalam Gereja, Allah secara khusus memberikan rahmat melimpah untuk keselamatan siapapun yang percaya kepada Kristus. Melalui pembaptisan kita dilahirkan secara baru dan menerima benih hidup ilahi. Jadi, Gereja tidak saja melahirkan kita ke dalam hidup ilahi, melainkan juga memelihara hidup kita lewat sakramen-sakramennya. 


[Mat 8:22-26] Yesus berkata: “"Ikutlah Aku ...” Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Murid-murid-Nya membangunkan Dia. Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 

» Jika Tuhan mengijinkan sesuatu terjadi pada hidup kita, itu artinya Dia tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor 10:13). 

Tuhan Yesus ada bersama kita dalam bahtera tersebut. Karena kita kurang percaya pada-Nya, maka Dia tidur. Ketika kita percaya dan menyerahkan hidup kita pada-Nya, maka kuasa-Nya bekerja sehingga kita melihat kemuliaan-Nya. Tuhan hanya butuh iman dan ketaatan kita, selanjutnya Tuhan akan bertindak untuk menyelesaikannya. 

Jangan ragukan kuasa-Nya dan jangan membatasi kuasa Tuhan dengan logika kita, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Melangkah dengan iman dan ketaatan, maka kita akan melihat kuasa Tuhan yang ajaib akan bekerja secara luar biasa dalam hidup kita. 

Ada ribuan janji Allah dalam Alkitab. Kita membutuhkan janji-janji tersebut untuk tetap stabil dan kuat di masa sulit. Untuk mengklain janji-janji tersebut, kita harus percaya sepenuhnya kepada Allah. 

[Luk 5:4-6] Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." ... Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 

» Kenalilah Allah dengan baik dan benar. Jika kita tidak menghadapi suatu masalah, maka kita juga tidak akan tahu bahwa Yesus adalah jawaban hidup kita. Ingatlah! Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6), dukacita kita akan diubah-Nya menjadi sukacita (Yoh 16:20). Jadi, kuatkanlah hatimu ketika Tuhan mengijinkan sesuatu yang tidak nyaman terjadi dalam hidupmu. 

Alkitab secara tegas menyatakan bahwa Kristus memegang segala kunci maut dan kerajaan maut, telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (Why 1:17-18; 2 Tim 1:10). Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut (Ibr 12:28). 

[Baca jugaKunci-kunci sorgawi

Syarat untuk dapat melihat kemuliaan Tuhan (2 Taw 7:14): (1) merendahkan diri (2) berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu (3) berbalik dari jalan -jalannya yang jahat. 

Pada tahun 1999, kami sekeluarga harus keluar dari Timor Timur karena adanya refrendum. Mendengar kabar itu kami sekeluarga benar-benar “down”. Namun kami masih dapat bersukacita karena telah dipersiapkan Tuhan selama 10 tahun untuk mengenal-Nya secara pribadi. Jadi semua persoalan tersebut kami bawa dalam doa sehingga di masa-masa sulit kami tetap ekses dalam kehidupan ini. 

Suami saya mendapatkan dua pilihan tempat tugasnya, di Kupang atau Surabaya. Saya memilih di Kupang karena banyak keluarga dan teman. Berkat Doa Novena, suami saya mendapatkan inspirasi lalu memutuskan untuk tinggal Surabaya sebagai tempat tinggal kami. 

(Refrendum (KBBI): menyerahkan suatu masalah kepada orang banyak supaya mereka yang menentukannya. Jadi, tidak diputuskan oleh rapat atau oleh parlemen. Refrendum kemerdekaan yang diadakan di Timor Timur pada 30 Agustus 1999. Asal usul refrendum bersamaan dengan permintaan yang dibuat oleh Presiden Indonesia, B.J. Habibi ke-sekretaris Jendral PBB, Kofi Annan pada 27 Januari 1999, bagi PBB untuk mengadakan refrendum, di mana provinsi Indonesia akan diberikan pilihan lebih besar otonomi dalam Indonesia atau merdeka). 

Suami saya tidak bercerita bahwa 3 bulan lagi akan pensiun. Dia tidak ingin keluarganya bertambah “down”. Puji Tuhan, berkat pertolongan-Nya melalui teman kuliahnya di Unair, dia dapat bekerja kembali di bagian penelitian selama 10 tahun sehingga ketiga anak saya dapat menyelesaikan kuliahnya. 

Saya merasakan indahnya berjalan bersama Tuhan. Oleh karena itu saya membesarkan anak-anak saya menurut firman Allah. Pikir saya, jika anak-anak saya keluar dari kehendak Allah dan tersesat ke dalam gaya hidup yang berdosa, pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Ams 22:6). Karena para malaikat akan melindunginya dan Roh Kudus akan terus menarik mereka sampai mereka mengarahkan hidup mereka kembali kepada Allah sehingga hidup mereka selaras dengan firman-Nya. 

Jadi, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi (Yos 1:7-9)." 

Ini adalah kesaksian B, anak bungsu saya (Musibah yang membawa berkat). 

Di akhir bulan Maret, ada kerinduan di hati saya untuk memberikan hadiah yang terbaik untuk ulang tahun, anak pertama saya. Lalu saya menanyakan pada istri saya apa yang kira-kira dibutuhkan. Dia menjawab: “Sepatu.” 

Sesudah itu saya berselancar di online untuk mencari sepatu. Saya menemukan sepatu yang saya inginkan, namun saya memikirkan selama dua hari untuk memutuskan membelinya karena saat itu keadaan ekonomi saya benar-benar terpuruk akibat dari Covid-19. Jadi, sekarang, jika menginginkan segala sesuatu harus difilter terlebih dahulu harganya sebelum memutuskan. Kalau dulu, membeli bukan hanya melihat modelnya saja, tapi juga mereknya. 

Sebelum memutuskan itu, saya berdoa: “Tuhan, saya punya keinginan untuk memberikan hadiah ulang yang terbaik buat anak saya yang pertama. Jika Engkau berkenan, saya akan membelinya.” Saya juga berunding dengan istri saya mengenai keinginan saya untuk membeli dua sepatu memakai kartu kredit, satu untuk anak pertama dan satunya lagi untuk anak ke dua. Istri saya pun menyerahkan keputusan tersebut kepada saya. 

Suatu hari mobil yang saya kendarai ditabrak oleh sebuah truk. Kami sepakat untuk membawa masalah itu ke kantor polisi. Sesampainya di sana, kami dianjurkan untuk berdamai. Akhirnya kami berdua ke bengkel untuk memperbaiki mobil yang rusak tersebut. Karena kerusakannya agak berat, maka biaya perbaikannya cukup besar. Si penabrak mau bertanggung jawab dan dia hanya mampu membayar 950.000, maklumlah dia hanya seorang sopir bukan pemilik truk tersebut. Semua masalah ini saya ceritakan sejujur-jujurnya pada pemimpin perusahaan di tempat saya bekerja, bahkan tentang uang dari si penabrak itu juga saya serahkan padanya. 

Dua minggu kemudian, saya dipanggil oleh bagian transportasi di kantor, katanya: “Mobil ini masih dalam tanggungan asuransi. Jadi kita hanya membayar 300.000 untuk membayar biaya resiko sendiri. Oleh karena penabrak membayar kamu sebesar 950.000, maka sisanya adalah berkat buat kamu.” 

Melalui peristiwa ini saya sangat bersyukur karena sejak kecil saya dibimbing oleh ibu saya untuk selalu melibatkan Tuhan dalam segala sesuatu yang akan saya jalani dalam kehidupan ini. 

Pada tahun 2009, saat saya mulai bekerja, Tuhan mulai menarik hati saya untuk mengenal-Nya. Bahkan saya dimampukan oleh-Nya untuk berani bercerita sejujur-jujurnya tentang keadaan saya. Jadi, saat dalam keadaan terpuruk, baik ibu maupun kakak saya adalah pendoa bagi saya. Melalui dukungan doa mereka, saya beroleh kekuatan dalam menjalani kehidupan. 

Terlebih lagi sejak tahun 2017, di dalam komunitas, saya ditarik-Nya lebih dan lebih dalam lagi untuk mengenal-Nya. Melalui pertobatan, saya berjuang hidup melekat pada-Nya sehingga dalam keadaan terpuruk saya dimampukan oleh-Nya untuk tetap bangkit dan tetap dapat bersukacita meskipun menghadapi kehidupan yang berat ini. 

Supaya iman kita benar-benar mampu mengubah situasi, maka iman itu harus disertai dengan perbuatan (ketaatan). Iman yang disertai dengan ketaatan pasti menghasilkan kuasa yang dahsyat! 

Yesus yang kita sembah telah mengalahkan dunia (Yoh 16:33). Sewaktu kita percaya dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Ketika kita mempunyai iman (1 Yoh 5:1, 4-5), maka kita diberi-Nya kuasa (Yoh 1:12; 1 Kor 4:20; Mrk 16:17-18) untuk mengalahkan dunia (1 Yoh 2:16 » keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup). 

Keinginan daging (Gal 5:19-21 » percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya). Keinginan daging adalah maut (Rm 8:6). Contoh: Anak-anak Imam Eli memakan yang tidak haknya (1 Sam 2:11-17). 

Keinginan mata (Ams 27:20 » Mata manusia tak akan puas). Contoh: Tampak kepada Daud dari atas sotoh seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. ... Daud menyuruh orang mengambil dia ... lalu tidur dengan dia ... lalu mengandunglah perempuan itu (2 Sam 11). 

Keangkuhan hidup. dapat membutakan rohani kita, yang membuat kita lupa bahwa semuanya yang kita miliki adalah semata-mata berkat dari Tuhan. 

Jika kita rindu untuk menjadi pemenang, gunakanlah iman di dalam Yesus Kristus, maka kita akan dimampukan mengalahkan dunia dan segala keinginannya. Jadi, kita tak perlu takut dan kuatir menghadapi hidup ini karena janji Tuhan adalah jaminan bagi kita. 

Orang yang dilahirkan kembali (1 Yoh 5:1b; Yoh 3:8 » yang lahir dari Allah, yang lahir dari Roh) tidak lagi berbuat dosa, hidup dalam pertobatan. Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya (1 Yoh 5:18). 

Orang yang hidup dalam ketaatan menuruti perintah-perintah-Nya. Sebenarnya melakukan perintah Tuhan atau firman Tuhan itu tidak berat. Yang membuatnya berat karena kita belum menjadi manusia baru, belum hidup dalam Roh (1 Yoh 5:2-3). Karena itu milikilah iman yang teguh di dalam Kristus! 

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 31 Mei 2020, Ibu Yohana).