Rabu, 03 Juni 2020

Titik buta



Semua petinju profesional memiliki pelatih. Bahkan petinju sehebat Mohammad Ali sekalipun juga memiliki pelatih. Padahal jika mereka berdua disuruh bertanding jelas Ali-lah yang akan memenangkan pertandingan tersebut. Kalau disuruh adu jotos, pasti babak belur tuh pelatihnya.

Kalau begitu tentu kita bertanya-tanya, kenapa Mohammad Ali butuh pelatih kalau jelas-jelas dia lebih hebat dari pelatihnya? Kita harus tahu bahwa Mohammad Ali butuh pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, tapi karena ia butuh seseorang untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dia lihat sendiri. Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata sendiri itulah yang disebut dengan "Titik Buta" atau "Blind Spot". Kita hanya bisa melihat "Blind Spot" tersebut dengan bantuan orang lain. 

Dalam hidup, kita butuh seseorang untuk mengawal kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser.

Jadi tidak heran kenapa di Eropa sana, profesi pelatih, entah itu pelatih sepak bola, basket, dan berbagai jenis olahraga lain begitu berharga. Pelatih bisa dikatakan adalah profesi elit karena tanggung jawabnya yang memang tidak mudah. 

Tugas mereka adalah mencari, melihat dan menggali potensi yang bahkan kita sendiri tidak sadari. Mereka juga mampu melihat dan menunjukkan pada kita apa yang jadi kekurangan diri kita. Baik itu sisi positif atau negatif, keduanya berpotensi terhalang kabut hingga terjebak dalam ranah blind spot. Itu sebab pekerjaan mengenal diri sendiri adalah usaha seumur hidup

Karena memang melihat kekurangan diri sendiri itu lebih sulit. Susah untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri. Akhirnya kita sulit menentukan mana yang harus dimaksimalkan dan mana yang harus diperbaiki. 

Tapi seperti kisah Mohammad Ali di atas, dia pun tak akan bisa jadi salah satu petinju terhebat sepanjang sejarah kalau dia tak mau “dimuridkan” oleh pelatihnya. Mau untuk dimuridkan bukanlah sesuatu yang mudah. Butuh kerendahan hati serta hati yang lapang untuk menerimanya. Seorang murid harus siap menjalankan dan tunduk di bawah instruksi gurunya. Sebab apa yang diperintahkan untuk kita lakukan adalah cara pelatih untuk mengganti “kacamata kuda” yang selama ini kita kenakan. Seorang pelatih mempunyai cakrawala yang lebih luas dalam memandang diri kita. Pertama-tama dia akan merubah paradigma serta kebiasaan lama kita.

Dia kemudian akan mengoreksi keyakinan-keyakinan lama kita yang salah. Lalu seiring berjalannya waktu, latihan yang diberikannya pada kita akan memunculkan potensi diri kita hingga kita jadi manusia yang lebih baik. Ingat bukan karena dia lebih hebat dari kita, tapi kita butuh orang yang lebih kompeten, bijaksana, dewasa, serta memiliki lebih banyak pengalaman hidup untuk melihat apa yang diri kita sendiri tak bisa lihat.

(Sumber:https://www.kompasiana.comtokapelawi/59361dd7f47e610d35f8fd88/blind-spot-alasan-manusis-butuh-orang-lain-untuk-melihat-diri-sendiri)