Rabu, 22 April 2020

Misa pemberkatan hewan



Masa Liturgi Penciptaan (Musim Penciptaan) yang dimulai sejak 1 September dan berpuncak pada penerjemahan Hari St. Fransiskus Assisi pada 4 Oktober, orang kudus pelindung ekologi.

Paskalis, Ordo Ketiga Fransiskan Sekular (OFS) mengulas St Paskalis di Cempaka Putih, dan KPKC KPK-Indonesia. Terlihat banyak orang yang sangat antusias mengikuti perayaan tahunan ini.

Ursula Maria Widya Astuti, ketua Seksi Lingkungan Hidup paroki Paskalis, mengungkapkan bahwa Misa pemberkatan hewan pada perayaan puncak Masa Liturgi Penciptaan memungkinkan orang untuk menimba semangat hidup St. Fransiskus Assisi yang berusaha menyapa dan merangkul setiap pembuatan ciptaan sebagai pengikut dan saudara.

Selain itu, menurut Widy, begitu ia akrab disapa, Perayaan ini juga mengingatkan manusia yang serakah terhadap bumi, Ibu Pertiwi. Perayaan ini merupakan doa dan harapan Gereja Katolik untuk bumi, Ibu Pertiwi yang 'menangis' karena melakukan eksploitatif manusia yang semena-mena.

"Dengan ini, kita mau mendorong dan mengajak orang untuk semakin peduli, menerima dan memperbaiki lingkungan dan menjadi sadar apa yang terjadi jauh di luar sana tetapi menjadi bagian dari diri kita yang membentuk ekosistem kehidupan bersama," pungkasnya.

Kebiasaan yang harus dipelihara: agar semakin menumbuhkan Iman umat. Nixon Tamba, anggota Ordo Fransiskan Sekular (OFS) menyatakan bahwa acara ini telah diadakan pada setiap tahun yang membutuhkan partisipasi aktif umat agar dapat juga mempelajari gereja yang luas.

“Perayaan ini telah dirayakan sejak tahun 2012 hingga sekarang. Melalui perayaan ini, umat berunding akan membahas Gereja, baik itu soal iman dan moral yang berkaitan dengan manusia, tetapi juga menyangkut kepedulian di lingkungan dan segenap ciptaan. Puji Tuhan, animo umat sangat positif, ”kesannya.

Hal tersebut diamini oleh RP. Jimmy Hendrik Tnomat OFM, pastor rekan, paroki St. Paskalis. Menurut Jimmy, perayaan ini menjadi sarana untuk menggugah kecintaan umat terhadap ciptaan.

“Perayaan ini menggugah kecintaan orang terhadap ciptaan yang ada. Pesertanya tidak hanya berasal dari St. Paskalis karena umat dari paroki tetangga, seperti Katedral, Pulo Mas, dan Kelapa Gading juga hadir. Dua tahun lalu, kami mengadakan Misa pemberkatan tanaman. Mereka membawa beragam jenis tanaman yang indah, ”jelasnya.

Selain itu menurut Pastor Jimmy, perayaan ini juga kerinduan umat terhadap roh Fransiskan. “Umat selalu bertanya,“ Kapan akan diadakan lagi Misa (yang peduli Lingkungan, merah) semacam ini? Ternyata ada yang antusias dan berpartisipasi dari umat untuk mengenal dan menghidupi nilai-nilai spirit Fransiskan. Maka, kita selalu berhasil pada hari Minggu setelah tanggal 4 Oktober agar lebih banyak umat yang dapat terlibat, ”tambahnya.

Pendeta asal Kefamenanu juga berharap agar perayaan ini dapat mendorong iman umat. “Semoga perayaan ini tidak hanya berhenti pada ritual tetapi sekaligus bisa mewujudkan iman orang akan Firman Allah yang hidup dan hadir dalam alam ciptaan. Selain itu, semoga juga menggerakkan orang untuk menjadi lawan Firman yang terlibat untuk merawat dan menyelamatkan ciptaan yang ada. Semangat persaudaraan St. Fransiskus Assisi ikut memenangkan dalam diri umat dan niscaya berbuah dalam kesaksian hidup beriman di masyarakat, ”harapnya.

Perayaan ini menjawab kerinduan umat. Natasya, salah seorang peserta mengungkapkan kegembiraannya atas perayaan ini.

“Sangat bersemangat ya karena berkat hewan seperti ini jarang sekali. Yang pasti bersyukur banget, ternyata bukan cuman kita tapi piaraan kita juga terima kasih dari Tuhan. Saya membawa piaraan saya, Eliot dan Elios. Kemudian ngajak temen dan piaraannya juga, Mika dan Kenji (nama piaraan anjing, red). Selain di rumah, mereka udah kita anggap bagian dari keluarga kita. Harapannya, mengajak orang-orang lebih sadar dan peduli sama mengumpulkan hidup lainnya, ”paparnya.

“Terus, bicarakan banget ya karena bisa ngajak temen lain dari lintas paroki. Terimakasih untuk panitia dan Gereja St. Paskalis yang ngadain acara ini. Semoga setiap tahun acara ini selalu ada dan makin mengundang orang agar menjadi kesaksian dalam hidup kita bersama, ”ungkapnya.

Misa pemberkatan hewan di Gereja St. Paskalis dilaksanakan terus sejak tahun 2012. Pada tahun 2015, berhubung Gereja sedang disetujui dengan konsep pembangunan gereja hijau, panitia menggantinya dengan Misa pemberkatan tanaman dan lomba Foto: “Aku dan Pet Kesayanganku.” Lalu , tradisi Misa pemberkatan hewan ini berlanjut hingga tahun 2018 ini.

Kita semua adalah saudara dari ciptaan dan rekan kerja Allah

Dalam khotbahnya pastor Kepala Paroki St. Paskalis, RP. Agung Suryanto OFM, menyinggung tentang Misa pemberkatan hewan dan alam ciptaan sebagai pengakuan bahwa kita adalah saudara dari segenap ciptaan.

Dengan nada jenaka, dia berkomentar, “Itu bukti penghormatan kita pada hewan dan sekaligus tanaman karena mereka kita panggil sebagai 'saudara tua'. Apakah dalam tatanan ciptaan, hewan dan tanaman diciptakan lebih dulu dari manusia? ”Ungkapnya disambut tawa umat.

Pastor Agung, menambahkan ajakan untuk hidup bersaudara dengan menjalankan pertobatan ekologis.

“Mengutip Paus Fransiskus, kita semua harus hidup dalam pertobatan ekologis yang terus-menerus. Tanpa sadar, ternyata dosa yang kita perbuat selama ini turut berdampak buruk pada ibu pertiwi, rumah kita bersama. Jangan sampai lupa akan tugas utama kita sebagai rekan kerja Allah yang ikut membentuk keutuhan alam ciptaan yang adalah saudara dan saudari kita,” tutupnya.

Saat ritus pemberkatan hewan dipegang setelah berkat penutup di halaman Gereja.

Perlindungan terhadap hewan yang dilindungi

Panitia juga melibatkan tim dokter hewan dari Glorius Z Pet dalam acara ini. Drh. Arsentina Panggabean, MAP mengungkapkan kegembiraannya karena menjadi pengalaman setuju bisa dipahami di Gereja St. Paskalis.

“Bagus banget ya. Gereja Katolik memang luar biasa karena tidak hanya melayani manusia semua makhluk hidup, tetapi juga menciptakan hewan-hewan ini. Saya seorang Kristen tetapi bukan Katolik. Di Gereja saya belum ada acara seperti ini. Saya menghargai benar acara ini. Karena apapun yang menjadi ciptaan Tuhan harus kita jaga,” ungkapnya.

Drh. Arsentina berharap agar Gereja turut mendukung dalam mendukung hewan yang dilindungi.

“Lebih bagus lagi, pihak Gereja ikut menyuarakannya, bahkan ikut serta memberkati alam ciptaan agar hewan-hewan yang lalu ini juga lebih dekat dengan manusia. Maka, yang perlu kita waspadai adalah orang yang membawa hewan. Kita ganti agar orang tidak melepaskan hewan yang dilindungi, bahkan meminta untuk melepaskannya ke habitat asalnya, ”harapnya.

Selain itu, ia juga mengharapkan perlunya kerjasama antara Gereja dengan Pemerintah.

“Pemerintah juga memiliki agenda Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional di bulan November. Acara seperti ini meminta tolong kerja sama sambil membahas kepada Pemerintah Gereja juga memiliki kepedulian terhadap Lingkungan Hidup, ”ungkapnya. 

(Sumber: jpicofmindonesia.com)