Senin, 30 Desember 2019

23.25 -

Luk 24:35-48

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 5 April 2018: Hari Kamis dalam Oktaf Paskah - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis 3:11-26; Mzm 8:2a, 5, 6-7, 8-9; Luk 24:35-48


Minggu, 15 April 2018: Hari Minggu Paskah III - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis 3:13-15, 17-19; Mzm 4:2, 4, 7, 9; 1 Yoh 2:1-5a; Luk 24:35-48


Lalu (1) kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, (3) Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?

Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.

Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."

Lalu (2) Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.


Renungan


1. Allah beserta kita

(1) Pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit mengubah hati dan pikiran mereka menjadi manusia baru. Pengalaman iman akan Paskah inilah yang membuat mereka kembali ke komunitas dan hidup dalam semangat berbagi kasih.

(2) Mereka sekarang mengerti secara baru akan arti firman dan ajaran Yesus tentang diri-Nya. Dulu mereka pikir Yesus akan memimpin mereka keluar dari penjajahan orang Romawi saat itu. 

Akan tetapi, kenyataannya Yesus malah ditangkap dan dihukum mati. Rupanya pemahaman yang salah mempengaruhi kepercayaan mereka sehingga mereka melakukan tindakan yang salah dengan meninggalkan Yerusalem.

Akhirnya, Yesus yang bangkit diyakini bukan hanya sebagai Mahakuasa dan Mahakasih tetapi sebagai (3) Allah yang Mahahadir. Ia secara nyata hadir sungguh dalam komunitas para murid dengan membawa shalom, damai sejahtera-Nya.

Jadi, sebagai murid Kristus kita harus menyadari dan percaya bahwa Dia adalah Imanuel, Allah beserta kita. Yesus selalu hadir di setiap persekutuan orang-orang yang percaya pada-Nya. Yesus selalu hadir di setiap saat kita bercakap-cakap dan bertukar pikiran mengenai Dia. Yesus selalu hadir bagi setiap orang yang memanggil nama-Nya dalam doa terutama dalam Ekaristi Kudus. Bahkan, Dia rela berjalan bersama dengan kita saat suka maupun duka.


2. Jadilah pendamping dan pembimbing bagi sesama

Kisah Emaus menjadi kisah yang kaya makna. Setidaknya kita dapat menemukan bagaimana Yesus yang bangkit tidak membiarkan murid-murid-Nya mencari jalan lain, tetapi mendampingi dan membimbing kedua murid dari Emaus: mulai dari menemari mereka berjalan, menjawab kebingungan mereka dan membuat mata mereka terbuka sendirinya untuk melihat kehadiran-Nya.

Para murid Emaus yang mengalami kematian karena kematian Yesus, kini mengalami kebangkitan Yesus dalam hidup mereka. Dengan segera mereka kembali ke Yerusalem.

Pengalaman Emaus menjadi inspirasi bagi kita juga untuk mendampingi saudara-saudara kita yang mengalami keterpurukan atau mengalami kematian dalam hidup. Kadang diperlukan kesabaran untuk menemani, mendengarkan, berdialog, mengalami kebersamaan sampai pada suatu saat mata mereka terbuka dan mengalami “kebangkitan” dalam hidup mereka.