05.12 -
SP Lukas
Luk 1:57-66
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Senin, 23 Desember 2019: Hari Biasa Adven IV - Tahun A/II (Ungu)
Bacaan: Mal 3:1-4; 4:5-6; Mzm 25:4bc-5ab, 8-9, 10, 14; Luk 1:57-66
Kemudian genaplah bulannya bagi (1) Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian."
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: (2A) "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya.
Dan (2B) seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea.
Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Renungan
1. Ketika kita mau berserah pada-Nya
(1) Zakharia dan Elisabet tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya (Luk 1:5, 7). Allah adalah penguasa hidup dan matinya manusia, maka Ia dapat menyatakan kuasa-Nya yang melampaui daya pikir manusia atas hukum biologisnya.
(2AB) Zakharia menjadi bisu karena tidak percaya (Luk 1:20). Di sini terbukti bahwa, perpaduan antara iman dan kesetiaan, kesabaran dan pengorbanan, dapat mendatangkan hal-hal yang "ajaib" dalam hidup, mendapatkan ganjaran yang luhur dan suci dari Allah.
Dalam hidup ini, sering kita mengalami kehidupan yang dapat membuat iman, kesetiaan, kesabaran dan daya korban kita menjadi luntur. Ingatlah! Ketika kita mau berserah pada-Nya, percayalah bahwa Allah tidak pernah membiarkan kita berjuang dan menanggung beban hidup kita sendirian, Dia juga ikut menanggung beban hidup kita.