Minggu, 10 November 2019

Bergumul dengan Tuhan itu enak

Beberapa waktu lalu saya mengalami kesalahpahaman dengan seorang pembimbing rohani di sebuah persekutuan doa. Saya merasa kecewa dan memutuskan untuk tidak datang lagi ke persekutuan doa tersebut. Saat itu saya berpikir bahwa itu adalah keputusan yang terbaik, karena saya takut dikecewakan kembali. Namun hati saya merasa tidak enak, tidak ada damai dan sukacita. 

Ada beberapa teman yang tau saya mau mundur memberikan saya nasehat-nasehat, ayat-ayat Firman dan video-video yang menguatkan saya dan mereka mendoakan saya. Saya pun berdoa kepada Tuhan dan meminta tanda dari Tuhan. 

Malamnya saya membaca Kitab Suci dan mendapat teguran dari Tuhan melalui Yohanes 21:15-17, disitu Tuhan bertanya kepada Petrus sampai 3x, apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Saya berkata dalam hati kepada Tuhan bahwa saya mengasihi Tuhan, tetapi saya juga mengevaluasi diri saya, apakah saya hanya mengasihi Tuhan di mulut saja. 

Tiga hari sesudah kejadian, waktu doa pagi, saya seperti disadarkan. Saya bisa berkata bahwa saya ini keras kepala, sangat keras kepala. Tidak mudah hati saya mau menerima nasehat ataupun Firman apalagi melakukannya. Saya sering merasa diri saya sudah benar. 

Siang harinya saya mengantarkan anak saya ke sekolah. Waktu perjalanan ke sekolah, saya berpikir kalau saya butuh waktu hening untuk menata pikiran saya, karena begitu banyak kejadian yang saya alami baik di rumah maupun di luar rumah. Sampai di sekolah ternyata tidak ada satu pun teman yang bisa diajak mengobrol sehingga saya pergi berdoa di gua Maria. 

Saya sampaikan apa yang ada di hati saya kepada Yesus dan Bunda Maria dan saya tidak tahu harus berbuat apa, saya berserah saja. Setelah selesai berdoa tiba-tiba saya merasakan kerinduan untuk kembali ke persekutuan tersebut. 

Lalu saya menelepon teman saya dan teman saya cerita kalau orang yang berkonflik dengan saya ini juga menelepon dia dan menanyakan pendapatnya. Dan teman saya meluruskan masalah ini kalau ternyata ini hanya salah paham. 

Seketika itu juga saya merasa beban saya telah diangkat. Saya bersyukur kepada Yesus dan Bunda Maria telah menyelamatkan jiwa saya dari kekecewaan. 

Dari peristiwa ini saya belajar untuk menghadapi konflik. Saya biasanya takut menghadapi konflik dan suka “mutung”. 

Saya mau membagikan kepada teman-teman bahwa apapun permasalahanmu datanglah kepada Tuhan, bergumullah dengan Tuhan dalam doa, jangan mengandalkan pikiranmu dan kekuatanmu sendiri, serta milikilah teman-teman yang bisa menguatkan dan mendoakan kita. Hidup kita pasti tak lepas dari konflik, percayalah bergumul dengan Tuhan itu enak. EL SHADDAI