Minggu, 07 Juli 2019

23.20 -

Pelangi kasih-Nya



Jumat sore (28 September 2018) saya ditelpon oleh anak saya (X) yang berada di Palu. Karena listrik dan jaringan telkomsel mati, maka X memohon kami untuk melihat keadaan Palu melalui TV, bagian mana saja yang kena gempa dan tsunami. Karena baterai hpnya habis (hp lainnya, yang XL), maka kami kehilangan kontak dengannya. Untuk keselamatan X, maka saya menghubungi komunitas saya untuk mohon dukungan doa. 

Suami saya memantau keadaan Palu melalui TV. Sebagai orang tua, kami merasa sangat sedih karena anak kami berada di kota Palu yang hancur akibat gempa, tsunami dan likuifaksi (pencairan tanah, tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan sehingga kehilangan kekuatannya). 

Pada saat melihat deru dan gelora laut yang begitu dahsyat, semua orang ketakutan, termasuk saya karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, tetapi saya dikuatkan dengan janji-janji-Nya 

Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. 

Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi." (Kej 9:12-16). 

Aku mengasihi engkau, akan melindungi engkau dari hari pencobaan, memagari dengan anugerah-Ku seperti perisai (Why 3:9-10; Mzm 5:13). 

[Istilah pelangi digambarkan seperti "busur seorang pemanah". Busur adalah senjata perang yang sangat ditakuti, karena dapat melukai lawan walaupun di tempat yang sangat jauh dan tersembunyi. 

Namun dalam kitab Kejadian ini disebutkan bahwa Allah sendiri meletakkan senjatanya seraya mengumumkan damai. Senjata perang diubah menjadi tanda perdamaian. Senjata yang seringkali melukai, membuat musuh takut, gentar dan bersembunyi, sekarang dipakai sebagai alat perdamaian sorga dan bumi.] 

Pikiran saya berkata seperti Nabi Yeremia, “Tuhan adalah bagianku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. Tak berkesudahan kasih setia-Nya, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Rat 3:22-24). Namun sebagai manusia yang lemah, hati kecil saya masih ada perasaan kuatir. Beriman sepenuhnya tidaklah mudah. 

Minggu siang, X menelpon dan mengatakan bahwa akan dievakuasi ke Makassar. Mendengar kabar itu, seluruh syaraf saya yang terasa kaku langsung menjadi kendor dan mata saya tidak bisa dibuka lagi karena sangat mengantuk

Hari Seninnya, anak saya dipulangkan ke rumah. Semua karyawan diberi cuti selama seminggu agar dapat menenangkan diri dari trauma yang terjadi di Palu. 

Kami membayangkan anak kami kelaparan dan harus berebut pulang dengan naik herkules. Namun Tuhan memberikan padanya yang terbaik, yaitu 

1. Ia dapat makan (teman kantor saling berbagi dengan apa yang mereka punyai, ada rendang, nugget dll, dimakan bersama di depan kantor). 

2. Karena banyak karyawan kantor yang tidak bisa ikut ter-evakuasi naik herkules, maka mereka menghubungi kantor pusat, kebijaksanaan kantor pusat menyewa pesawat Garuda untuk mengevakuasi para karyawan dan keluarganya yang ada di Palu ke Makassar. 

[X tidak dapat ikut naik herkules karena yang didahulukan adalah ibu dan anak, wanita hamil dan orang sakit]. 

Kami sebagai orang tua sangat bersukacita karena Tuhan benar-benar telah memagari anak kami dengan anugerah-Nya. 

1. Minggu, 30 September 2018 kota Palu akan mengadakan HUT-nya. X dan teman-temannya mau mengikuti lari maraton. Karena sorenya ada acara perpisahan dengan orang kantor, maka tanda peserta dan kaosnya diambil siang hari pada waktu istirahat siang. 

2. Entah mengapa sesudah jam pulang kantor, X dan teman-temannya seperti dilupakan untuk segera berangkat ke Hotel Mercure Palu. 

Andaikata rencana X berjalan sesuai dengan rencananya, maka X hanya tinggal nama saja. Karena kedua tempat tersebut hancur lebur. 

Sebagai pengikut Kristus, kita diutus untuk mewartakan kabar baik (Rm 10:15). Namun seringkali tanpa sadar kita membawa kabar yang menakutkan seperti yang banyak dikotbahkan orang tentang Kitab Wahyu. 

Padahal Kitab Wahyu tidak ditulis untuk menakut-nakuti, atau menyebabkan ketegangan pada kita, melainkan untuk mewartakan kebahagiaan bagi kita (yang setia dalam iman) yang membacanya dan mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya (Why 1:3; 22:7). 

Ingatlah pada janji-Nya! Pelangi ada sesudah turunnya hujan. Penderitaan akan merobek jiwa. Maksud pencobaan untuk membuktikan kemurnian imanmu. Jika orang tetap bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan. Tujuan imanmu untuk keselamatan jiwamu (Ams 27:9; Mat 24:13; 1 Ptr 1:6-7, 9). 

Jadi, bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya (Mzm 136:1).