Sabtu, 06 Juli 2019

00.51 -

Mrk 8:1-10

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 10 Februari 2018: PW St. Skolastika, Perawan - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: 1 Raj 12:26-32; 13:33-34; Mzm 106:6-7a, 19-20, 21-22; Mrk 8:1-10; RUybs.


Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: (*) "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh."

Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh."

Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak.

Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang.


Renungan


1. Memberi makanan

(*) Yesus menangkap kebutuhan dasar dari manusia, yaitu makanan. Makanan memberi kekuatan tertentu untuk melanjutkan proses kehidupan. Kepekaan ini muncul dari ketergerakan hati-Nya oleh belas kasihan kepada orang banyak ini.

Sesungguhnya Yesus mengarahkan hati dan pikiran banyak orang dari makanan jasmani ke makanan rohani. Yesus adalah sumber kehidupan. Ia memberikan diri-Nya seutuhnya agar kita mengalami keselamatan.

Siapa yang berpaut pada Yesus akan mengalami hidup dan akhirnya terarah kepada kebahagiaan orang lain, bukan untuk diri sendiri.

Sudahkan kita memberi makan kepada orang-orang di sekitar kita? Memberi makan bukan hanya kepada mereka yang lapar, tetapi kita memberi makanan kepada mereka yang membutuhkan perhatian, kasih sayang, solidaritas dan kehidupan orang lain.

Tidak hanya itu, kita memberi makan dalam arti spiritual dengan hadir dalam penderitaan orang lain, ikut mendoakan mereka yang sakit, mereka yang mengalami kemalangan dan berempati dengan keluarga yang mengalami kedukaan. Itu semua sangat mungkin terjadi karena kita belajar dari Tuhan Yesus sendiri.