Minggu, 30 Juni 2019

19.50 -

Mat 16:13-19

Sarapan Pagi 
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 22 Februari 2018: Pesta Takhta St. Petrus, Rasul - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: 1 Ptr 5:1-4; Mzm 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Mat 16:13-19

Sabtu, 29 Juni 2019: Hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus, Rasul - Tahun C/I (Merah)
Bacaan: Kis 12:1-11; Mzm 34:2-3, 4-5, 6-7, 8-9; 2 Tim 4:6-8, 17-18; Mat 16:13-19


Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 

(*) Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."


Renungan


1. Bertobat dan terbuka, Tuhan akan mendidik kita

Hari ini kita merayakan dua rasul besar dalam Perjanjian Baru: Petrus sang pemimpin para rasul dan Paulus sang misionaris bangsa-bangsa. 

Petrus menjalankan mandat Yesus sebagai pemimpin Gereja (*) dari Yerusalem menuju ke Roma, sedangkan Paulus dengan kegiatan misinya membuat banyak bangsa dari Asia dan Eropa bertobat (2 Tim 4:17).

Keduanya bekerjasama sebagai pimpinan umat setelah peristiwa Kenaikan Yesus ke Sorga. Menurut tradisi, keduanya wafat di Roma sebagai martir di bawah kepemimpinan Nero: Paulus dipenggal, Petrus disalibkan. Sampai saat ini, tahta Petrus masih berlangsung dan semangat misi Paulus kepada bangsa-bangsa juga masih meresapi Gereja.

Menarik apabila kita merenungkan perjalanan hidup kedua rasul besar ini. Mereka tokoh besar yang punya kelemahan di masa lalu. 

Petrus terkenal karena perkataannya yang penuh semangat, tetapi ketika Yesus menderita, dia menyembunyikan diri dan menyangkal Yesus 3x. Paulus yang menguasai Kitab Taurat sejak muda memiliki peran dalam penganiayaan dan pengejaran orang-orang Kristen, termasuk persetujuannya membunuh Stefanus (Kis 8:1-3). Petrus dan Paulus memiliki kelemahan di masa lalu, Tuhan mempertobatkan dan mendidik mereka sampai mereka menjadi rasul-rasul yang berani.

Jadi, kalau kita mau bertobat dan membuka diri, Tuhan juga akan mendidik kita seperti yang Ia kerjakan pada Santo Petrus dan Paulus.


2. Pesta Takhta St. Petrus

Mengapa kita merayakan pesta Takhta St. Petrus? Menurut cerita lisan yang beredar di kalangan gereja, St. Petrus yang diberi kuasa oleh Yesus untuk memimpin Gereja dengan mendirikan dua buah tahkta keuskupan.

Yang pertama didirikan di Antiokhia, di tengah-tengah kaum Yahudi dan orang orang kafir pada tahun 35. Disana Petrus memimpin jemaatnya selama tujuh tahun. Setelah dua kali mengunjungi Roma, maka pada tahun 65 ia menetap disana sebagai Uskup pertama.

Maksud pesta Tahkta suci Santo Petrus adalah untuk menghormati Petrus sebagai Wakil Kristus dan gembala tertinggi gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota gereja dan semua gereja setempat. Kuasa Petrus ini yang lazim disebut Primat Petrus – diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh 21:15-19).

Kisah panggilan Petrus menjadi murid Yesus hingga terpilih menjadi pemimpin jemaat adalah sesuai rencana dan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus sendiri yang mengundang Simon Petrus dan memberi kuasa kepadanya untuk menjadi abdi dan pelayan bagi para rasul dan seluruh Gereja.

Kita merayakan Pesta Takhta Suci berarti merayakan Martabat kepausan. Takhta biasa disebut cathedra, tempat duduk bagi Uskup untuk melayani, mempersatukan dan mengajar umat Allah di keusukupannya. Itu sebabnya kita mengenal Gereja Katedral yakni bangunan Gereja di mana terdapat kursi atau Takhta dari uskup setempat.

Uskup sebagai pemersatu dan pelindung seluruh gereja lokal atau keuskupannya. Paus adalah Uskup di Roma. Ketika ia duduk di Takhtanya, ia juga melayani, mengajar dan mempersatukan seluruh Gereja universal. Paus adalah servus servorum Dei (hamba dari para hamba Allah).

Petrus dalam bacaan hari ini mengingatkan para penatua, khususnya pengganti rasul-rasul untuk menggembalakan kawanan domba Allah yang telah dipercayakan kepada mereka, bukan dengan terpaksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, bukan untuk mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri (1 Ptr 5:2).

Pesan Petrus bagi para penatua masih aktual hingga saat ini. Sebuah pesan yang sangat menantang bagi para gembala. Artinya bahwa dalam menjalankan tugas kegembalaan, para gembala haruslah menjalaninya dengan sukarela sesuai kehendak Allah dan tidak mencari keuntungan, popularitas dan lain sebagainya. Para gembala membawa umat Allah kepada Kristus bukan bagi dirinya sendiri.

Para gembala menurut Petrus, bukanlah orang yang berbuat seolah-olah mau memerintah dengan kuasa penuh, dengan tangan besi, tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba. Gembala yang baik bagi kawanan domba selalu mencari domba untuk melayani dan menyelamatkan.