Minggu, 30 Juni 2019

20.13 -

Kej 16:1-12, 15-16

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 27 Juni 2019: Hari Biasa XII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 16:1-12, 15-16; Mzm 106:1-2, 3-4a, 4b-5; Mat 7:21-29


Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.

Berkatalah Sarai kepada Abram: (1A) "Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan (2A) Abram mendengarkan perkataan Sarai.

(1B) Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, — yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan —, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

(2B) Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; Tuhan kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau." 

Kata Abram kepada Sarai: (2C) "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.


Renungan


1. Ujian besar dalam beriman

(1AB) Ini merupakan tindakan yang lazim pada zaman mereka. Pilihan yang ditempuh untuk “menyelesaikan” apa yang dianggap Sarai sebuah masalah dalam dirinya, justru kemudian menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup serius. 

(2ABC) Abram menuruti rencana Sarai, tetapi pada saat masalah lain muncul, ia menolak menyelesaikan masalah.

Tindakan Sarai dan Abram ini bukanlah tindakan iman. Dengan mengikuti kebiasaan waktu itu, mereka telah menunjukkan keraguan akan janji Tuhan.

Berhadapan dengan situasi kacau buatan manusia yang tidak beriman dan tidak sabaran ini, Allah ternyata adalah Allah yang tetap menyatakan kuasa-Nya untuk turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm 8:28). 

Allah tetap setia pada janji-Nya. Allah menyadari kekurangan anak-anak-Nya dan tidak membiarkan masalah-masalah yang mereka hadapi ditanggung sendiri. Maka Sarai dan Abram pada akhirnya tetap mendapatkan anak mereka sendiri.

Ujian besar dalam beriman adalah membiarkan Allah bekerja sesuai waktu-Nya di dalam kehidupan, dan menanti waktu-Nya itu dengan iman, harapan, dan kasih.