17.57 -
SP Markus
Mrk 8:27-35
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 16 September 2018: Hari Minggu Biasa XXIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yes 50:5-9; Mzm 116:1-2, 3-4, 5-6, 8-9; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35
Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."
Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia.
Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.
Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: (1) "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: (2) "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya
Renungan
1. Hati-hati terjebak oleh pola pikir dan konsep yang keliru
(1) Apa yang dipikirkan Petrus merupakan penyelewengan dari rencana Allah. Bagi Yesus, jalan sengsara dan salib bisa menjadi jalan mesianis yang menyelamatkan. Tampak bahwa apa yang dipikirkan Petrus sangat dangkal, sehingga pikiran manusia seperti itu harus dienyahkan.
Kadangkala kita terjebak oleh pemikiran yang sama, oleh pola pikir dan konsep yang keliru. Kita sering merasa nyaman dalam pola itu sehingga tidak mau keluar dari padanya. Padahal, sesungguhnya rasa nyaman tidak selalu menjadi jalan keselamatan, tetapi penderitaan sengsara bahkan kematian bisa menjadi jalan untuk menyelamatkan. Karena itu Yesus menegaskan (2).
Penderitaan dan kesengsaraan tidak selalu buruk dan harus dihindarkan, melainkan harus dijalani sebagai bagian dari rencana besar Tuhan dalam hidup kita.
Kecenderungan bertahan dalam zona nyaman dan menghindari setiap kesulitan dan sengsara bisa jadi merupakan pikiran iblis yang harus segera kita enyahkan dari hidup kita sehari-hari.