Jumat, 03 Mei 2019

16.32 -

Mat 22:1-14

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 23 Agustus 2018: Hari Biasa XX - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 36:23-28; Mzm 51:12-13, 14-15, 18-19; Mat 22:1-14

Kamis, 22 Agustus 2019: PW St. Perawan Maria, Ratu - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Hak 11:29-39a; Mzm 40:5, 7-8a, 8b-9, 10; Mat 22:1-14; RUybs.


Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. (1) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.

(2) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.

Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.

Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan (5A) undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.

Maka pergilah (3) hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, (5B) orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.

Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat (4) seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: (6) Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."


Renungan


1. Kelayakan pakaian pesta

(1, 2) Mereka diundang tetapi menolak untuk datang ialah orang-orang pilihan Allah, yakni orang Israel. Allah menyampaikan undangan pertama-tama melalui para nabi-Nya, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Sampai genap waktunya, Allah mengutus Putra-Nya, Yesus untuk menyampaikan undangan pertobatan ini. Akan tetapi, lagi-lagi mereka tidak mengindahkannya.

Seakan-akan Allah berbicara kepada orang-orang yang tuli telinganya, sehingga penolakan semacam ini mengakibatkan terbukanya pintu bagi orang-orang kafir (3; Rm 11:11 - oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain).

Melalui para rasul dan misionaris, perjamuan kawin ini terbuka untuk semua orang. Akan tetapi, mereka yang baru diundang ini, yang membentuk komunitas umat Allah, tidak dapat hanya mengandalkan fakta bahwa mereka adalah anggota Gereja, tetapi harus disertai dengan usaha.

Sebab, (4) pada akhir zaman mereka akan diadili berdasarkan kelayakan pakaian pesta yang mereka kenakan untuk menghadiri perjamuan kawin, yakni hidup seturut dengan panggilan Allah (Why 19:8 - perbuatan-perbuatan yang benar). Sungguhkah kita memahami bahwa undangan itu pun tertuju pada kita? Sudahkah kita membuktikan bahwa kita pantas menerima kasih karunia ini? 


2. Pakaian yang pantas

(5AB, 6) Keselamatan tersedia bagi setiap orang. Namun Tuhan menentukan kriteria pakaian apa yang harus dipakai oleh kita. Pakaian yang dimaksud adalah cara hidup kita. 

Sebagaimana kita sering memilah-milah pakaian yang pantas kita kenakan untuk menghadiri peristiwa tertentu, kita juga perlu memilah-milah cara hidup yang pantas, yang sesuai dengan iman kita agar kita dianggap pantas masuk dalam kerajaan sorga.

Jika kita menghadap Tuhan dengan cara hidup lama kita yang penuh dosa dan kesalahan, kita dianggap tidak pantas untuk masuk dalam perjamuan abadi di sorga.

Oleh karena itu, marilah kita berjuang untuk hidup apa adanya dengan segala ketulusan dan kesederhanaan.