Rabu, 01 Mei 2019

06.54 -

Luk 10:25-37

Sarapan Pagi
Agar Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 8 Oktober 2018: Hari Biasa XXVII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Gal 1:6-12; Mzm 111:1-2, 7-8, 9, 10c; Luk 10:25-37

Minggu, 14 Juli 2019: Hari Minggu Biasa XV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Ul 30:10-14; Mzm 69:14, 17, 30-31, 33-34, 36ab, 37 atau Mzm 19:8, 9, 10, 11; Kol 1:15-20; Luk 10:25-37

Senin, 7 Oktober 2019: PW Santa Perawan Maria, Ratu Rosario - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Yun 1:1-17; 2:10; MT Yun 2:2, 3, 4, 5, 8; Luk 10:25-37; RUybs.


Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"

Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"

Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan (*) ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"


Renungan


1. Pengikut Kristus mengasihi sesama

Bagi orang Yahudi, mereka hanya mau bergaul dengan mereka yang mempunyai status sosial yang baik di mata masyarakat, disimbolkan dengan imam dan orang Lewi. Yang terpandang dalam bidang keagamaan, mempunyai status ekonomi yang baik dan tidak bercacat di mata masyarakat. Dengan kata lain, orang berdosa bukanlah sesama mereka.

Orang yang dicap kotor, pendosa, najis, yang dijauhi digambarkan sebagai orang Samaria, menunjukkan sikap belas kasihan kepada orang Yahudi yang menjauhi orang Samaria.

Pengikut Kristus tidak ditentukan oleh identitas, golongan bahkan jabatan tertentu tetapi tindakan belas kasih kepada sesama. Beranikan kita meninggalkan rasa egoisme demi mengasihi sesama yang menderita? Hanya orang yang mengenal Allah mengasihi Dia dan sesama ciptaan-Nya.


2. Murah hati

Murah hati menjadi topik ajaran Yesus karena secara psikologis, Yesus melihat bahwa, salah satu sikap buruk yang selalu melekat pada setiap orang adalah egoisme.

Egoisme adalah sikap yang menghalangi mengalirnya kemurahan hati. Ketika egoisme mengendap dalam diri seseorang, ia akan menjadi orang yang tidak mudah tergerak oleh karena belaskasihan kepada sesama. Ia justru akan menjadi tega dan cuek terhadap orang yang menderita atau mengalami kesulitan dalam hidupnya.

(*) Biasanya, orang yang pernah mengalami penderitaan, telah mengalami pahit-manisnya hidup, maka mereka akan mudah tergerak hati untuk berbagi dengan yang menderita, soalnya mereka sudah pernah mengalami keadaan seperti itu dalam hidupnya.


3. Kepekaan hati

(*) Orang Samaria itu begitu peka terhadap orang yang membutuhkan bantuan. Kepekaan itu mengarahkannya pada suatu tindakan terpuji yang "sukar" dilakukan orang pada masa itu. Kepekaan itu bahkan menghantarnya masuk dalan zona rasa mencintai dan mengasihi tanpa diskriminasi berdasarkan status, budaya dan pandangan hidup.

Selain orang Samaria itu, kepekaan hati nampak pula dalam diri Bunda Maria. Ia begitu peka terhadap orang yang membutuhkan bantuannya. Kepekaannya itu mengantarnya masuk dalam sikap simpati-empati, peduli, perhatian, cinta kasih yang begitu besar. Karena itu, ia tetap bersedia untuk menolong orang yang mengharapkan bantuannya sehingga ia disebut sebagai Bunda Pengantara (mediatrix).

Hari ini Gereja Sejagad memperingati Santa Perawan Maria, Ratu Rosari. Pada tanggal 7 Oktober 1571 Paus Pius V bersama umat beriman berdoa Rosario di Basilika Santa Maria Maggiore untuk mendoakan pasukan katolik yang terdesak oleh tentara Turki.

Meskipun kelihatan mustahil bisa menang, namun karena kekuatan doa Paus dan umat beriman maka Pasukan Kristen mengalami kemenangan di Perang Lepanto dan dengan demikian maka kekatolikan dapat diselamatkan.

Paus Pius menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tgl 7 Oktober. Kemudian Paus Gregorius XII menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai Hari Raya Rosario Suci dan Bulan Oktober sebagai Bulan Rosario.

Perang terhadap aneka macam kejahatan, dan segala nafsu dosa masih ada di sekitar kita sampai detik ini. Karena itu berdoa dengan pengantaraan Bunda Maria melalui doa Rosario masih senantiasa kita perlukan sampai saat sekarang ini untuk memohon kemenangan atas segala dosa dan kejahatan dalam hidup kita sehari-hari.