Minggu, 28 April 2019

19.59 -

Mat 5:43-48

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
  

Penanggalan liturgi

Selasa, 19 Juni 2018: Hari Biasa XI - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Raj 21:17-29; Mzm 51:3-4, 5-6a, 11, 16; Mat 5:43-48

Sabtu, 16 Maret 2019: Pekan I Prapaskah - Tahun C/I (Ungu)
Bacaan: Ul 26:16-19; Mzm 119:1-2, 4-5, 7-8; Mat 5:43-48

Selasa, 18 Juni 2019Hari Biasa XI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 8:1-9; Mzm 146:2, 5-6, 7, 8-9a; Mat 5:43-48 


Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: (1) Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian. Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?

Karena itu (2) haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."


Renungan


1. Kesempurnaan dalam kasih

Membalas orang yang menyakiti kita merupakan hal yang biasa dilakukan orang lain, tetapi (1) kita dituntut untuk melakukan lebih daripada yang biasa dilakukan orang lain. 

Ada dua alasan mengapa kita dituntut bukan hanya mengampuni tetapi juga memberkati orang yang jahat kepada kita. 

Pertama, karena kita sudah mendapatkan pengampunan dari Bapa atas dosa-dosa kita, bahkan lebih daripada itu Ia memberkati kita dengan limpahnya. Kesalahan orang lain kepada kita, betapa pun besarnya tidak pernah dapat melampaui keberdosaan kita di hadapan-Nya. 

Kedua, Bapa memberikan berkat yang sama kepada orang baik dan orang jahat, maka kita pun wajib menjadi saluran berkat yang sama untuk mereka. 

(2) Tuntutan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan dalam kasih sama seperti kasih Bapa yang sempurna. Waktu kita menyatakan kasih kepada sesama, kita sedang mencurahkan kasih Bapa ke hati yang gersang.

Bila dunia hidup dengan prinsip mengalahkan dan menguasai, anak-anak Tuhan harus hidup dengan prinsip ilahi, yakni menjadi berkat bagi sesama.


2. Para pendoa permohonan yang hebat

Dalam seruan Apostolik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil), Paus Fransiskus mengatakan bahwa ada sebentuk doa yang memotivasi kita untuk mengupayakan kebaikan orang lain, yaitu doa permohonan (No. 281).

"Mengupayakan kebaikan orang lain" melalui doa permohonan bisa ditujukan untuk siapa pun, termasuk untuk musuh atau orang-orang yang perlakuannya menyakitkan kita atau membuat kita menderita. Itulah sebabnya, Yesus mengajar, "Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian" (Mat 5:44).

Paus Fransiskus juga menegaskan, Perempuan dan laki-laki hebat dari Allah adalah para pendoa permohonan yang hebat. Doa permohonan bagaikan 'ragi di jantung Tritunggal', (No. 283).

Anda ingin menjadi perempuan dan laki-laki hebat dari Allah? Lakukan yang Yesus ajarkan dan minta, berdoalah bagi yang menganiaya kalian! Maka, mereka akan menjadi baik dan Anda menjadi hebat di mata Allah!


3. Jalan menuju kesempurnaan

Dalam pengalaman hidup berkeluarga, berkomunitas dan bertetangga pastilah pernah mengalami saat-saat sengsara ketika berhadapan dengan orang lain yang karakternya tergolong "orang sulit". Maksudnya, sulit diatur, sulit mendengarkan, sulit mengerti tentang orang lain dan sulit hidup seirama dengan anggota yang lain. 

Seringkali kehadiran "orang sulit" tersebut menyakiti perasaan kita. Apa yang harus kita lakukan ketika berhadapan dengannya? Yesus mengajarkan kita untuk BERBUAT LEBIH dari sebagaimana diatur oleh hukum alam (1).

Jadi, kehadirannya janganlah dibenci atau dimusuhi melainkan sapalah dengan kasih dan doakanlah dia. Itulah jalan menuju kesempurnaan (2).