Sabtu, 27 April 2019

04.47 -

Mat 28:8-15

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)

Penanggalan liturgi

Senin, 22 April 2019: Hari Senin dalam Oktaf Paskah - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kis 2:14, 22-32; Mzm 16:1-2a, 5, 7-8, 9-10; Mat 28:8-15)


Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.

Tiba-tiba (1) Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan (2) tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa."

Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.


Renungan


1. Perjumpaan yang mengubah hati

(1) Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit menjadi sebuah pengalaman yang penuh rahmat. Yesus yang bangkit membawa suatu perubahan besar bagi para pengikut Yesus untuk berani mewartakan kebenaran dengan penuh sukacita.

Dalam sukacita kebangkitan Kristus inilah, kita dituntut untuk berani mewartakan kebenaran dan bukan malah mewartakan berita bohong.

Apakah sukacita Paskah membuat kita berani mewartakan kebenaran di tengah-tengah kehidupan kita? Kebenaran kabar gembira itu akan menjadi sebuah ketakutan ketika orang tidak berani untuk mengakui kesalahan dan tidak mau merubah diri.


2. Kabar gembira VS kabar bohong

(1) Kabar gembira mengalir dari perjumpaan para murid dengan Yesus yang bangkit. Dalam perjumpaan tersebut, para murid diperkenankan mendekati, memeluk kaki Yesus, dan bersembah sujud menyembah-Nya.

Perjumpaan tersebut merupakan anugerah iman yang menguatkan hati mereka untuk membebaskan diri dari rasa takut. Tidak ada lagi alasan untuk membiarkan diri dikuasai rasa takut, sebab Tuhan selalu menyertai mereka dan cinta-Nya sudah mengalahkan maut.

Dalam kebangkitan Yesus, Allah telah menunjukkan cinta-Nya kepada kita. Dalam kebangkitan, hidup iman kita diperbarui. Keraguan dan ketidakpercayaan diganti dengan keyakinan dan jaminan bahwa janji Allah adalah “ya dan amin!”

(2) Kabar bohong bertumbuh dari perhitungan untung rugi. Kabar ini mengajak orang untuk tunduk pada rasa takut dan kemudian menggantungkan diri pada kekuatan uang.

Kabar gembira menyuburkan iman, mengikis rasa takut, dan mendorong hati untuk secara spontan bersujud menyembah Tuhan. Sementara itu kabar bohong, membekukan hati, mengajak berlindung pada kekuasaan uang, serta menggembungkan gengsi pribadi.

Sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita menyebarkan kabar gembira. Maka mohonlah rahmat-Nya agar Tuhan menuntun kita untuk membebaskan diri kita dari rasa takut, ketergantungan pada kekuasaan uang, dan ketamakan akan gengsi.