Sabtu, 27 April 2019

04.10 -

Luk 24:13-35

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


 Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 1 April 2018: Hari Minggu Paskah Kebangkitan Tuhan - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis. 10:34a, 37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4 atau 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9; Misa Sore: Luk. 24:13-35

Rabu, 24 April 2019: Hari Rabu dalam Oktaf Paskah - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kis 3:1-10; Mzm 105:1-2, 3-4, 6-7, 8-9; Luk 24:13-35


Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 

Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, (1A) datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi (1B) ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. 

Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" 

Maka berhentilah mereka dengan (1C) muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"

Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: (4) "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. (1D) Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. 

Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.

Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."

Lalu Ia berkata kepada mereka: (5) "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"

Lalu (2A) Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. 

Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.

Waktu Ia duduk makan dengan mereka, (3A) Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. (3B) Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. 

Kata mereka seorang kepada yang lain: (2B) "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.

Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.


Renungan


1. Misteri Ekaristi

(1A-D) Karena mengalami kesedihan, kekecewaan, maka kedua murid Yesus tidak mengenali Yesus yang berjalan bersama mereka. Mereka mengalami "kegelapan iman" sehingga harapan yang dijanjikan seakan-akan sirna.

Perjalanan kedua murid ke Emaus mewakili kita yang sedang melakukan perjalanan batin untuk menemukan apa yang sungguh menyelamatkan kita. Itulah jalan dalam misteri Ekaristi.

(2AB) Lewat Sabda Tuhan kita mendapatkan suatu pengajaran, didikan, bahkan teguran dari Tuhan.

(3AB) Melalui Ekaristi, lewat pemecahan roti kita sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Setiap orang yang bertemu dengan Tuhan dalam Ekaristi akan mengalami suatu perubahan dalam hidupnya sama seperti yang dialami oleh kedua murid itu. Ekaristi yang mengubah hidup kita sehingga menjadikan kita saksi kebangkitan-Nya yang mulia.


2. Perjumpaan yang meneguhkan

(4) Kematian Yesus membuat segala usaha para murid terasa sia-sia, mereka berputus asa, kehilangan harapan dan arah hidup. Kekecewaan batin ini berasal dari pola pikir yang terkungkung dalam cita-cita duniawi, yaitu ingin bebas dari penjajahan. Hal ini terjadi karena gambaran yang keliru mengenai siapa tumpuan harapan hidup mereka.

Pengalaman putus asa ini menyebabkan mereka memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, hidup sesuai dengan pekerjaan mereka dulu.

(5) Dalam bahasa kita kata-kata ini terasa sebagai celaan. Tapi dalam cara berdiskusi para cendekia di zaman itu, kata-kata seperti itu dimaksud sebagai ajakan untuk bersama-sama memikirkan kembali perkaranya guna menemukan penjelasan yang lebih memuaskan.

(2A) Kedua murid itu diminta mengingat-ingat kembali semua yang sudah pernah didengar tentang-Nya. Tapi kali ini mereka diajak membaca kembali pengalaman itu dengan pikiran yang merdeka yang tidak dikuasai oleh agenda yang tersembunyi. Mereka dihadapkan kepada sumber-sumber kepercayaan yang sejati.

Yesus datang memberi "peneguhan" kepada para murid-Nya. Seperti mereka, kita juga diajak agar membuka hati untuk menerima peneguhan, bersedia berdialog dengan sabda Tuhan sendiri dan membiarkan diri diperkaya oleh-Nya sehingga tidak mengalami kekecewaan batin.


3. Kebangkitan-Nya merupakan dasar iman kita

Hari ini kita merayakan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kebangkitan Kristus yang merupakan kemenangan-Nya atas maut ini adalah kunci untuk memahami misteri seluruh kehidupan-Nya. Kebangkitan-Nya ini merupakan dasar iman kita, sebab jika Kristus tidak sungguh bangkit, maka sia-sialah iman kita (1 Kor 15:17).

Sebab puncak pernyataan kasih Allah di dalam Kristus yang mengambil rupa manusia, adalah untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan maut. Dan untuk itulah, Kristus wafat dan bangkit dari kematian.

Kebangkitan Kristus bagi kita merupakan bukti bahwa kasih Allah adalah kasih yang dapat dipercaya, sebab kasih-Nya tiada berakhir dan melampaui segala sesuatu, bahkan kematian sekalipun. Tiada seorangpun yang dapat memberikan kasih semacam ini.

Kebangkitan Kristus membawa kepada kita pengharapan, bahwa kalau kita beriman kepada-Nya, dan terus setia sampai akhir, kitapun akan beroleh janji keselamatan ini: yaitu kita akan juga dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus.

Oleh karena itu, perayaan Paska selalu mengingatkan kita akan Baptisan, yang melaluinya kita disatukan dengan Kristus dalam wafat dan kebangkitan-Nya, sehingga kita memperoleh kehidupan ilahi-Nya yang dapat menghantar kita kepada kehidupan kekal.