Selasa, 30 April 2019

20.54 -

Luk 19:41-44

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi


Kamis, 22 November 2018: Pw St. Sesilia, Perawan, Martir - Tahun B/II (Merah)
Bacaan: Why 5:1-10; Mzm 149:1-2, 3-4, 5-6a, 9b; Luk 19:41-44; RUybs.


Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, (*) Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."


Renungan


1. Empati Yesus

(*) Yesus telah menunjukkan kasih dan empati yang teramat besar bagi manusia. 

Sikap empati dan bela rasa yang ditunjukkan-Nya bukan sekedar menangisi kedosaan dan derita manusia, melainkan Ia sendiri menyerahkan hidup-Nya bagi penebusan manusia.

Belas kasih Yesus tiada batas menunjukkan kesempurnaan kasih Bapa yang telah mengutus-Nya. 

Melalui pengurbanan Tubuh dan Darah-Nya yang digambarkan seperti kurban sembelihan Anak – Domba, hidup kita dibersihkan dan diselamatkan. Oleh kurban salib-Nya kita ditebus dan diangkat menjadi orang pilihan Allah dan ikut memerintah bersama-Nya dalam suasana kasih dan kebahagiaan (Why 5:9-10 ).

Inilah arti tangisan Yesus saat menatap Yerusalem yang megah dan angkuh, yang tidak dimengerti dan peduli dengan apa yang perlu untuk damai sejahteranya, sebab mereka menolak keselamatan dalam diri Yesus.

Mungkin Yesus sejak beberapa hari ini mendekati kita juga menatap kita sambil menangis karena kita seringkali tidak, mengerti atau bahkan lalai mengusahakan apa yang perlu bagi keselamatan kita dan kebahagiaan sesama. 

Kita mungkin terlalu sibuk mengurus hal yang tidak penting dan terlalu fokus pada ambisi pribadi yang terselubung dalam aneka kesibukan kita. 

Mari kita kembali ke jalan yang benar dan menyelamatkan agar Yesus senantiasa
tersenyum.

Tuhan Yesus memberkati.