Minggu, 28 April 2019

Keb 2:1a, 12-22

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Jumat, 5 April 2019: Hari Biasa Prapaskah IV - Tahun C/I (Ungu)
Bacaan: Keb 2:1a, 12-22; Mzm 34:17-18, 19-20, 21, 23; Yoh 7:1-2, 10, 25-30


Karena angan-angannya tidak tepat maka berkatalah mereka satu sama lain: Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita. 

Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan. Bagi kita ia merupakan celaan atas anggapan kita, hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi kita. Sebab hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya. 

Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya. 

Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa bapanya ialah Allah. 

Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang. Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya. 

Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. (2) Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan." 

Demikianlah mereka berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan mereka. Maka (1) mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni. 



Renungan



1. Asal usul hikmat

(1) Kebijaksanaan sulit diperoleh. Orang-orang sesat tidak punya kebijaksanaan. Mereka justru mencobai orang baik yang membawa kebenaran. Kebenaran memberi dua akibat seperti koin mata uang. Di satu sisi dapat memberikan kebahagiaan, tapi si sisi lain memberikan penderitaan. Orang-orang jahat akan menutupi kebenaran, sehingga Tuhan menghukum mereka. Sedangkan orang-orang baik senantiasa bersaksi bagi kebenaran.

(2) Sungguh suatu “ramalan” yang jitu bagaimana orang-orang akan bereaksi terhadap Yesus. Hikmat-kebijaksanaan khusus apakah yang dimiliki Yesus, sehingga memampukan diri-Nya untuk hidup secara berbeda dengan kebanyakan orang lain? Yesus begitu yakin akan kasih dan perlindungan Bapa-Nya, sehingga Dia mampu menemui orang-orang dan memberikan kasih Allah Bapa kepada mereka semua – bahkan mereka yang menentang-Nya, melawan-Nya, memusuhi-Nya. 

Yesus adalah puncak kepenuhan nubuat sang nabi: “Aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu” (Yes 50:7). 

Hikmat-Nya adalah buah dari pengenalan-Nya akan kasih Bapa surgawi, menaruh kepercayaan pada kasih itu, dan berkeinginan untuk membagikan kasih itu dengan setiap orang. Yesus tidak pernah goyah dalam menjalani panggilan-Nya untuk mewujudkan penebusan bagi kita semua.