Jumat, 26 April 2019

06.19 -

Kasih yang mengalahkan perselisihan

Membaca Kej 33 air mata kita bisa meleleh. Kita bisa melihat bagaimana kalau Tuhan sudah campur tangan dalam kehidupan kita, semuanya bisa terjadi. 

Bayangkan, kebencian bertahun-tahun, amarah yang sudah dipendam sedemikian lamanya dan hampir meledak, permusuhan antar saudara kandung yang pernah tinggal di rahim yang sama pada saat yang bersamaan, kekecewaan dan sakit hati* yang sudah meradang, serta ketakutan dan rasa bersalah yang sudah membebani sekian lamanya, kini berakhir indah.

Yakub dan Esau saling bertemu, saling merendahkan diri, menyingkirkan ego masing-masing, menyadari berkat masing-masing serta saling memaafkan. 

"Tetapi Esau berlari mendapatkan Yakub, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka." (Kej 33:4).

Yuk kita baca lebih dalam proses rekonsiliasi Esau dan Yakub.

Mudah-mudahan energi nya menular pada diri kita, keluarga dan Gereja kita dan juga di masyarakat dan bangsa kita. 

TAHAP 1: Semua bermula dari Yakub (pihak yang merasa bersalah) meminta maaf kepada Esau (pihak yang merasa tersakiti). 

Tidak penting mencari siapa yang bersalah, siapa yang benar, menunggu siapa yang harus duluan minta maaf. Di tahap awal ini dibutuhkan pribadi yang berani meminta maaf

Tidak perlu ditambah embel-embel seperti: sebetulnya itu hanya salah paham, tidak sengaja, gara-gara pihak lawan yang mulai duluan memulai, pihak lawan juga salah, dan sejenisnya. Buang jauh-jauh ego kita yang melulu merasa paling benar, yang lain yang salah.

Langkah ini sangat penting sebab kalau tidak ada pihak yang memulai menyadari kekeliruan dan minta maaf atas kesalahan yang membuat pihak lain meradang, maka rekonsiliasi tidak akan pernah terjadi. 

TAHAP 2: Perhatikan baik-baik dalam kisah, baik Esau maupun Yakub belajar dari kesalahan masing-masing

Di kisah ini Esau sangat luar biasa hebat, tampak sekali dia banyak berubah. Ketika Yakub berusaha mendesaknya menerima persembahan (hewan ternak) yang begitu banyak, Esau berkata: "Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu." (Kej 33:9).

Artinya, Esau belajar dari pengalaman pahit dan kemarahannya. Esau bergulat bertahun-tahun untuk berdamai dengan dirinya sendiri dan akhirnya *dia mampu melihat dirinya sendiri juga diberkati oleh Allah.* 

Ini yang membuat dia tidak iri lagi dengan berkat yang diterima Yakub. 

Esau belajar banyak hal bahwa setiap orang punya berkat dan rejekinya masing-masing. Demikian juga hal nya Yakub, dia juga menyadari hidupnya juga penuh berkat melimpah. 

TAHAP 3: Tahap terakhir adalah *UNDERSTANDING* (PENGERTIAN). 

Baik Esau maupun Yakub membuka lembaran baru, hidup bersama dalam rasa damai yang sesungguhnya. Baik Esau maupun Yakub juga tidak mengungkit-ungkit masa lalu mereka. Mereka tidak pernah membahas konflik yang pernah terjadi di antara mereka. 

Esau tidak menuntut Yakub untuk minta maaf. Tetapi Esau *bisa mengerti dari tindakan kasih dan kerendahan hati yang dibuat adiknya di Kej 33 ini adalah sebuah permohonan maaf yang sangat tulus. 

Demikianpun tidak ada kata "aku mengampunimu" yang keluar dari Esau. Tetapi dari tindakan dan kasih yang ditunjukkan Esau, Yakub bisa mengerti dengan jelas bahwa kakaknya telah memaafkan dirinya.

Kadang tingkah laku, perbuatan, perubahan ke arah yang baik, sikap kita, jauh lebih berbicara dibanding sekedar kata-kata

Konflik, kesalahpahaman, kekecewaan, rasa marah antar anggota keluarga, teman, sahabat telah sedemikian menyakiti dan menghancurkan satu sama lain.

Keluarga yang seharusnya didasari oleh kasih persaudaraan kini tidak lagi merasakan cinta, damai, dan persaudaraan sepanjang hidupnya. 

Hidup ini begitu singkat. Selagi kita masih punya waktu, penuhi diri kita oleh kasih, persahabatan dan persaudaraan bukan oleh kebencian, permusuhan dan dendam.

Kuncinya: pengampunan.

(RD Josep Susanto)