Kamis, 27 Desember 2018

17.21 -

Cinta kasih - KV II

c) CINTA KASIH

55. Mengapa cinta kasih merupakan pokok agama Kristen?

Tuhan, Yang memelihara semua orang sebagai Bapa, menghendaki agar semua manusia membentuk satu keluarga dan memperlakukan satu sama lain sebagai saudara. Sebab, semua orang diciptakan menurut citra Allah, Yang menjadikan "semua bangsa manusia dari satu orang untuk mendiami seluruh muka bumi" (Kis 17:26). Tambah lagi, semua orang dipanggil untuk tujuan yang satu dan sama, yaitu Tuhan sendiri.

Oleh sebab itu, cinta kepada Allah dan kepada sesama manusia adalah perintah pertama dan terutama. Kitab Suci mengajarkan kepada kita, bahwa cinta kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari cinta kepada sesama: "... kalau pun ada perintah lain, perintah itu tercakup dalam sabda ini: Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. 

Jadi, kepenuhan hukum adalah cinta kasih." (Rm 13:9-10; bdk. 1 Yoh 4:20). Hal ini terbukti sangat penting bagi manusia, yang makin hari makin bergantung satu sama lain, dan juga bagi dunia yang makin hari makin dipersatukan. (GD 24 a dan b)


56. Apa hubungan antara cinta akan Tuhan dan sesama manusia?

Karya-karya cinta kasih dikehendaki Kristus Tuhan menjadi tanda pengenal pengutusannya sebagai Mesias (bdk. Mat 11:4-5). 

Perintah tertinggi dalam Hukum adalah mencintai Allah dengan seluruh hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri (bdk. Mat 22:37-40). Perintah untuk mencintai sesama manusia dijadikan Kristus sebagai perintah-Nya yang khas dan diperkaya oleh-Nya dengan makna baru.

Kristus menghendaki bahwa Ia sendiri dan saudara-saudara-Nya: menjadi sasaran cintakasih yang sama; Ia berfirman: "Tiap kali kamu melakukannya untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku." (Mat 25:40) 

Sebab, dengan mengambil kodrat manusia, Kristus menghimpun seluruh umat manusia dalam suatu kesetiakawanan adikodrati, sehingga menjadi satu keluarga yang bersatu dengan-Nya. Dan sebagai tanda pengenal murid-murid-Nya, Ia pancangkan cinta kasih dengan berkata: "Semua orang akan mengenal kamu sebagai murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi." (Yoh 13:35) (KA 8 a)


57. Mengapa cinta kasih merupakan keutamaan yang dikaruniakan oleh Tuhan?

"Tuhan ialah Cinta kasih dan yang tinggal dalam cinta kasih, tinggal dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia." (1 Yoh 4:16). 


Tuhan mencurahkan cinta kasih-Nya ke dalam hati kita dengan pengantaraan Roh Kudus. Yang dianugerahkan kepada kita (Rm 5:5). Oleh karena itu, anugerah pertama dan yang paling perlu ialah cinta kasih, dengannya kita mencintai Tuhan lebih daripada segala sesuatu dan mencintai sesama demi Dia.

Supaya cinta kasih bertumbuh dan berbuah di dalam jiwa bagai benih yang baik, maka setiap orang beriman
 harus mendengar dengan rela sabda ilahi dan dengan bantuan rahmat-Nya memenuhi kehendak Allah dalam tindakan-tindakannya. Mereka harus berperan serta dalam Sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan juga dalam ibadat-ibadat lain. Mereka harus berdoa dengan tabah menyangkal diri, memberi pelayanan persaudaraan yang aktif dan melaksanakan segala keutamaan. 

Sebab cinta kasih adalah sabuk kesempurnaan dan pemenuhan hukum ilahi (Kol 3:14; Rm 13:10). Cinta ilahi ini menuntun serta menjiwai semua cara untuk menjadi suci dan memungkinkan cara-cara itu dapat berhasil. Maka murid sejati Kristus ditandai dengan cinta kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. (G 42 a)



58. Manakah kesaksian cinta Kristiani yang paling mulia?


Yesus, Allah-Putera, menunjukkan cinta kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya demi kita. Oleh karena itu tak seorang pun mempunyai cinta kasih yang lebih besar daripada dia yang menyerahkan nyawanya untuk Kristus dan untuk saudara-saudara-Nya (Bdk. 1 Yoh 3:16; Yoh 15:13).

Memberikan kesaksian paling mulia tentang cinta kasih di hadapan semua orang, terutama di hadapan para penindas, sudah sejak abad-abad pertama merupakan panggilan beberapa orang Kristen. Dengan mati sebagai martir murid menyerupai Guru. Yang menerima kematian dengan rela demi keselamatan dunia. Kematian itu juga menjadi murid selaras dengan-Nya dalam menumpahkan darah. 

Maka dari itu mati sebagai martir dianggap oleh Gereja sebagai satu anugerah yang luhur dan bukti cinta kasih yang paling unggul. Walaupun anugerah ini diberikan kepada sedikit orang, namun semua orang beriman harus bersedia mengakui Kristus di depan manusia dan mengikuti Dia pada jalan salib di tengah-tengah penindasan yang tidak pernah absen dari Gereja. (G 42 a)