Rabu, 26 September 2018

18.09 -

Pkh 1:2-11

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Kamis, 27 September 2018: PW St. Vinsensius a Paulo, Imam; Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Pkh 1:2-11; Mzm 90:3-4, 5-6, 12-13, 14, 17; Luk 9:7-9; Ruybs.


1. Kewajiban manusia

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.

Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.

Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada. Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.

Renungan:

Segala sesuatu adalah sia-sia, benarkah? Tidak!

Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Tidak pernah orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat (Mzm 37:23, 25-26).

Orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah (Pkh 2:26). 

Segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya. Allah berbuat demikian, supaya manusia ingat akan kewajibannya, yaitu takut akan Dia dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pkh 3:14; 12:13).

Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, karena untuk segala sesuatu ada waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya (Pkh 8:5-6). Orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya (Pkh 8:12).

Tuhan Yesus memberkati.