Kamis, 09 Agustus 2018

05.54 -

Yoh 12:24-26

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


 Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Jumat, 10 Agustus 2018: Pesta St. Laurentius, Diakon, Martir; Tahun B/II (Merah)
Bacaan: 2 Kor 9:6-10; Mzm 112:1-2, 5-6, 7-8, 9; Yoh 12:24-26


Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya (*) jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.


Renungan


1. Tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan

Biji tidak akan efektif dan berguna jika tetap disimpan saja seperti apa adanya. Hanya saat ia dilemparkan di tanah yang dingin, ditanam dalam tanah, maka lama kelamaan ia akan bertumbuh dan berbuah.

Ini merupakan hal yang sangat lazim kita ketahui dalam dunia pertanian, bahwa dari satu biji benih yang ditanam akan menghasilkan banyak buah saat ia menjadi tumbuhan yang besar.

Seandainya sebuah benih dapat berbicara, benih itu pasti akan mengeluh karena ditaruh di tanah yang gelap dan dingin. Jadi, ada satu keindahan jikalau benih itu “mati” dan memenuhi tujuannya.

Demikian pula dengan kehidupan, hanya dengan mengorbankan hidup, orang akan mendapatkan hidup itu. Untuk menjadi pribadi yang menghasilkan buah, kita perlu membiarkan diri untuk ditanam seperti gandum di dalam tanah dengan menanggalkan kepentingan diri, mau berkorban dan mau berbagi kehidupan.

Jadi, tidak ada buah tanpa korban, tidak ada hidup yang berbuah tanpa kematian, tidak ada kemenangan tanpa penyerahan, tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan. Pada titik ini kasih yang sesungguhnya nampak.


2. Mati pada tanah yang subur

(*) Biji gandum dapat mati dan menjadi sebiji saja jika tempat kematiannya adalah lahan yang tandus. Lahan yang tandus berarti perbuatan jahat yang selama ini kita pilih.

Sebaliknya, biji dapat menghasilkan buah yang berlimpah jika ia mati pada tanah yang subur. Tanah yang subur adalah perbuatan baik seperti yang dilakukan oleh Kristus. Jika kita menginginkan kebahagiaan dalam kematian, kita perlu hidup dalam Kristus.

Santo Laurensius dan para martir lainnya merupakan benih iman masa awal Gereja. Berkat darah mereka yang tercurah karena iman pada Yesus, akhirnya Gereja berkembang dan berjaya sampai ke seluruh dunia hingga hari ini. Mereka termasuk benih unggul Gereja yang tumbuh mekar. Apakah kita termasuk benih unggul dalam Gereja saat ini?