Kamis, 02 Agustus 2018

18.30 -

Pertobatan sepanjang masa

Sebagian besar isi Kitab Suci, baik dalam PL maupun PB adalah seruan Tuhan agar manusia bertobat (Yl 2:12-14, 32 - Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu ... Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat. Setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas). 



Karena anak-anak dilahirkan dengan kodrat manusia yang jatuh dan dinodai dosa asal, maka mereka membutuhkan kelahiran kembali di dalam Pembaptisan (DS 1514), supaya dibebaskan dari kekuasaan kegelapan dan dimasukkan ke dalam kerajaan kebebasan anak-anak Allah (Kol 1:12-14), ke mana semua manusia dipanggil (KGK 1250). 



Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dan Sabda. Sakramen ini juga dinamakan "permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" (Tit 3:5), karena menandakan dan melaksanakan kelahiran dari air dan dari Roh, yang dibutuhkan setiap orang untuk "saat masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yoh 3:5) 



"Pembaptisan ini dinamakan penerangan, karena siapa yang menerima pelajaran (katekese) ini, diterangi oleh Roh" (Yustinus, apol. 1, 61, 12). Karena di dalam Pembaptisan ia telah menerima Sabda, "terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang (Yoh 1:9), maka orang yang dibaptis itu, setelah "menerima terang" (Ibr 10:32) menjadi putera "terang" (1 Tes 5:5), ya malah menjadi "terang" itu sendiri (Ef 5:8) (KGK 1213-1216). 



Pembaptisan tidak hanya membersihkah dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu "ciptaan baru" (2 Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Gal 4:5-7); ia "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Ptr 1:4), adalah anggota Kristus (1 Kor 6:15),"ahli waris" bersama Dia (Rm 8:17) dan kanisah Roh Kudus (1 Kor 6:19) (KGK 1265). 



Tritunggal Mahakudus menganugerahkan kepada yang dibaptis rahmat pengudusan, rahmat pembenaran, yang 

- menyanggupkan dia oleh kebajikan-kebajikan ilahi, supaya percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya. 

- menyanggupkan dia oleh anugerah-anugerah Roh Kudus, supaya hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus. 

- menyanggupkan dia oleh kebajikan-kebajikan susila, supaya bertumbuh dalam kebaikan. 

Dengan demikian, berakarlah seluruh organisme kehidupan adikodrati seorang Kristen di dalam Pembaptisan kudus (KGK 1266). Jadi, pembaptisan adalah sumber kehidupan baru dalam Kristus, yang darinya seluruh kehidupan Kristen mengalir (KGK 1254). 



Pembaptisan tidak membuat kita steril terhadap godaan hidup (pencobaan) karena dosa terus-menerus membayangi hidup manusia. Hal itu terjadi karena dosa dan kejatuhan manusia disebabkan oleh dusta penggoda yang membawa kebimbangan terhadap Sabda Allah, terhadap kemurahan hati-Nya dan kesetiaan-Nya (KGK 215). 



Pembaptisan memberi kepada yang dibaptis rahmat pemurnian dari segala dosa. Tetapi selanjutnya orang yang dibaptis itu harus berjuang melawan keinginan daging dan hawa nafsu yang tidak teratur. 



Dengan rahmat Allah ia mampu untuk itu: 

- oleh kebajikan dan anugerah kemurniaan, karena kemurniaan memungkinkan untuk mencintai dengan hati yang jujur dan tidak terbagi; 

- oleh maksud yang jujur, yang melihat tujuan manusia yang sebenarnya, karena yang sudah dibaptis mencari dengan mata yang bersahaja untuk mengetahui dan memenuhi kehendak Allah (Tit 1:15; 1 Tim 1:3-4; 2 Tim 2:23-26) di dalam segala-galanya. 

- Dengan cara melihat yang jujur secara lahir-batin, oleh pengendalian perasaan dan fantasi, oleh penolakan setiap kepuasan akan pikiran yang tidak senonoh, yang menyesatkan dari jalan hukum-hukum ilahi: “Pemandangan merangsang hawa nafsu pada orang bodoh” (Keb 15:5); 

- oleh doa: “Dulu aku sangka bahwa pantang adalah masalah kekuatan pribadi ... karena dalam kebodohanku aku tidak tahu apa yang tertulis: bahwa tidak ada seorang pun dapat berpantang, kecuali Tuhan memberikan itu kepadanya. Engkau rela menganugerahkan itu kepadaku, kalau andaikata aku dengan kerinduan batin menyerang telinga-Mu dan dengan kepercayaan yang kokoh menyerahkan kepentingan saya kepada-Mu” (Agustinus, conf. 6, 11, 20) (KGK2520). 



Hati manusia itu lamban dan keras. Allah harus memberi kepada manusia satu hati baru (Yeh 36:26-27). Pertobatan itu pertama-tama adalah karya rahmat Allah, yang membalikkan hati kita kembali kepada-Nya: "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya Tuhan, maka kami akan kembali" (Rat 5:21). Allah memberi kita kekuatan untuk mulai baru. 



Kalau hati kita menemukan kebesaran dan cinta Allah, ia akan diguncangkan oleh kejijikan akan dosa dan oleh beban yang disebabkan dosa. Ia mulai merasa takut, untuk mempermalukan Allah dengan dosa dan dengan demikian dipisahkan dari-Nya. Hati manusia bertobat, apabila ia melihat kepada Dia yang ditebusi dosa-dosa kita (Yoh 19:37; Za 12:10) (KGK 1432). 



Pertobatan jiwa diiringi kesedihan yang menyelamatkan dan kepiluan yang menyembuhkan, yang bapa-bapa Gereja namakan "animi cruciatus" (kesedihan jiwa), "compunctio cordis" (penyesalan hati) (Konsili Trente: DS 1676-1678; Catech. R. 2, 5, 4) (KGK 1431). 



Pertobatan membawa kita pada penyertaan Allah. Karena Roh Kudus "menginsyafkan" dunia akan "dosa" (Yoh 16:8-11), artinya Ia menyingkapkan bahwa dunia ini tidak percaya kepada Dia, yang diutus Bapa, Roh yang sama, yang membuka kedok dosa, adalah juga Penolong (Yoh 14:16) yang memberi rahmat penyesalan dan pertobatan kepada hati manusia (Kis 2:36-38; De V 27-48) (KGK 1433). 



Bagaimana caranya menang dalam menghadapi godaan? (baca: 3 Cara untuk menang melawan godaan dosa). 



Marilah kita belajar dari Yesus (Luk 4:1-13) 



[1-2a] Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. 



» Pembaptisan tidak membuat kita steril terhadap godaan hidup (pencobaan) karena dosa terus-menerus membayangi hidup manusia. Hal itu terjadi karena dosa dan kejatuhan manusia disebabkan oleh dusta penggoda yang membawa kebimbangan terhadap Sabda Allah, terhadap kemurahan hati-Nya dan kesetiaan-Nya (KGK 215). 



[2b-4] Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, (1) suruhlah batu ini menjadi roti." Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." 



» Pencobaan 1: berhubungan dengan kebutuhan utama manusia, mengenai keinginan daging. Tawaran ini untuk mendapatkan segala sesuatu dengan jalan pintas, tidak perlu usaha/kerja keras. 



Ketika lapar, Yesus Kristus dicobai tentang kebutuhan manusiawi-Nya, dan tentu saja sebenarnya Yesus pasti mampu mengubah batu menjadi roti. Namun Yesus Kristus tidak tergoda untuk melakukan itu, sebaliknya Dia mengambil Firman yang tertulis dalam Ul 8:3. 



[5-8] Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. 



Kata Iblis kepada-Nya: (2) "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." 



Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" 



» Pencobaan 2: Ambisi duniawi, mengenai nafsu untuk berkuasa dan pengakuan sosial. 



Yesus tidak berkompromi dengan kenikmatan dunia, Dia tidak tergoda akan kekayaan duniawi. Dia menolak untuk berkompromi dengan Iblis, meskipun penawaran Iblis itu kelihatan sangat menarik. 



Ambisi boleh ada tetapi tidak boleh melekat pada dunia. Memiliki kekuasaan tidak ada salahnya. Yang harus diperhatikan adalah: dari mana kuasa itu diperoleh. Jangan sampai memperoleh kuasa dunia dengan merendahkan diri di hadapan si Jahat. 



Sesungguhnya kuasa, kepercayaan, kekayaan atau apapun itu diberikan oleh Tuhan sebagai panggilan untuk melayani-Nya dan memberi kesaksian. 



[9-12] Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, (3) jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 



Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" 



» Pencobaan 3: membuat diri hebat di mata orang lain 



Iblis ingin menunjukkan bahwa ia pun mampu mengutip ayat-ayat Kitab Suci seperti Yesus. Dia telah memutarbalikkan firman Tuhan yang dikutipnya dari Mzm 91:11-12. 



Sudah menjadi hal yang lazim bagi para pengikut ajaran sesat dan penipu untuk memutarbalikkan makna ayat-ayat Kitab Suci dan menyalah-gunakannya. 



Iblis mencobai Kristus untuk menjadi pembunuh diri-Nya sendiri, dengan menyuruh Dia mencobai perlindungan Bapa-Nya (yang sebenarnya tidak pernah menjamin perlindungan dengan cara seperti itu).. 



Dalam ketaatan-Nya kepada Roh, Yesus tidak tergoda untuk mencobai Allah. Yesus Kristus dapat mengatasi pencobaan karena menggantungkan diri pada janji-janji Bapa semata. Dia tak henti-hentinya menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh (Ef 6:17) untuk mematahkan setiap tipu muslihat Iblis. 



[13] Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. 



» Tiga kali Iblis menggoda, dan dia tidak berhasil oleh karena Yesus Kristus tetap pada pendirian-Nya yaitu setia pada panggilan-Nya. 

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 8 Maret 2018, Dra Yovita Baskoro, MM).