Jumat, 03 Agustus 2018

14.26 -

Mat 13:44-46

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 1 Agustus 2018: PW St. Alfonsus de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja - Tahun B/II (Putih
Bacaan: Yer 15:10, 16-21; Mzm 59:2-3, 4-5a, 10-11, 17-18; Mat 13:44-46; Ruybs.

Rabu, 31 Juli 2019: PW St. Ignasius dari Loyola, Imam - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kel 34:29-35; Mzm 99:5, 6, 7, 9; Mat 13:44-46: RUybs.


"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama (2) harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. (1) Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.


Renungan


1. Kerajaan sorga: Harta yang tak ternilai

Semua orang pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam hidupnya: ada yang ingin menjadi kaya atau hidup berkecukupan, berhasil dalam studi, bisnis lancar, atau menempati jabatan atau posisi penting di sebuah instansi, dan masih banyak lagi. 

Untuk mencapai tujuan itu orang berjuang dan berusaha sedemikian rupa karena tahu bahwa hasil yang akan diperoleh ditentukan oleh usaha dan kerja keras yang dilakukan. Semakin giat orang berusaha semakin dekat kepada tujuan!

Sibuk mengejar perkara-perkara jasmani atau duniawi adalah sah-sah saja asalkan kita tidak melupakan perkara-perkara rohani yang tentunya jauh lebih berharga dan mulia. Karena itu harus ada keseimbangan di antara keduanya! 

Jangan sampai kita hanya bersemangat untuk mencari harta kekayaan duniawi yang hanya berlaku untuk kelangsungan hidup di dunia yang sifatnya sementara saja, sedangkan upaya untuk mencari harta terpendam (perkara rohani – Bdk. Ef 1:3 ) kita tak punya gairah untuk melakukannya. 

Firman Tuhan sudah memperingatkan, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Mat 6:33). 

Kerajaan Allah dan kebenarannya merupakan harta yang tak ternilai harganya yang patut diingini melebihi segala sesuatu yang ada di dunia ini. Kerajaan Allah dan kebenarannya hanya dapat kita peroleh jika kita mau membayar harga yaitu mengorbankan segala sesuatu yang dapat menghalangi kita untuk memilikinya, sepertinya dalam perumpamaan ini: (1). 

Kata menjual seluruh miliknya berarti mengalihkan perhatian dengan segenap hati dari segala perkara yang lain, fokus dan memusatkan seluruh hidup kepada "...perkara yang di atas, di mana Kristus ada." (Kol 3:1).

Apa yang menjadi fokus hidup kita saat ini? Harta yang terpendam atau mutiara yang berharga atau hal Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah berbicara tentang takut akan Tuhan dan hikmat dari Tuhan untuk mengenal Dia lebih lagi.


2. Ignatius dari Loyola - telah menemukan harta yang terpendam

(2) Harta yang sangat berharga itu adalah Allah sendiri, iman akan Allah sendiri.

Pada hari ini, Gereja memperingati seorang santo besar, yaitu: St. Ignatius dari Loyola pendiri Tarekat Yesuit (SJ). Ia telah menemukan harta terpendam, yakni Allah sendiri saat ia sedang sakit.

Untuk menghabiskan waktu berjam-jam dalam kesendirian dan kebosanan di kamarnya, Ignatius minta beberapa buku untuk dibaca. Hanya ada dua buku yang dapat ditemukan dalam seluruh rumah, yaitu buku tentang kehidupan Kristus dan buku lain tentang kehidupan para kudus. Meskipun buku-buku ini tidak sesuai dengan seleranya, Ignatius membacanya juga. 

Berkat kebesaran hatinya untuk mau menerima pengalaman-pengalaman rohani baru dari membaca dua buku tersebut, terjadilah perubahan dalam hidupnya. Di sinilah Tuhan mengawali pembimbingan-Nya secara khusus bagi pertobatan Ignatius. Masa penyembuhan fisik itu ternyata menjadi penyembuhan batin, menjadi awal masa pertobatannya. 

Dampak dari membaca buku suci tersebut, memberi dorongan kuat kepadanya untuk melakukan hal-hal besar yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam buku-buku suci yang ia baca dan membuat hal-hal besar yang ingin ia lakukan terasa mudah dilakukan. 

Santo Ignatius telah memberi teladan bahwa dengan melepaskan segala keterikatan, menjadikan Allah nomor satu dalam hidupnya, maka ia akan merasakan Kerajaan Allah, yaitu damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm 14:17). Jika kita mau mengikuti jejaknya, maka kita pun akan merasakan damai sejahtera dan sukacita yang sama dengannya.