06.43 -
SP Lukas
Luk 1:57-66, 80
Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 24 Juni 2018: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Yes 49:1-6; Mzm 139:1-3, 13-14ab, 14c-15; Kis 13:22-26; Luk 1:57-66, 80
Senin, 24 Juni 2019: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Yes 49:1-6; Mzm 139:1-3, 13-14ab, 14c-15; Kis 13:22-26; Luk 1:57-66, 80
Kemudian genaplah bulannya bagi (1) Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, (5) bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian."
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah (4) Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. Dan (2) seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.
Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: (3) "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Adapun (6) anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.
Adapun (6) anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.
Peristiwa-peristiwa ajaib yang menyertai kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk 1:7 - Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya, 1, 2) membawa keyakinan kuat dalam hati orang-orang Yahudi, bahwa Yohanes akan menjadi sosok yang istimewa.
Yohanes adalah sosok istimewa, bahkan Yesus sendiri mengakui keistimewaan tersebut (Mat 11:11 - tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis). Keistimewaannya juga tampak juga dalam ajakannya untuk pertobatan menyongsong kedatangan Mesias (Luk 3:3).
Selain itu dia juga sosok yang istimewa, karena dengar jujur mengakui siapa dirinya saat orang banyak menduga bahwa dirinya adalah Mesias yang dijanjikan (Yoh 1:20). Keberaniannya untuk mengatakan kebenaran moral merupakan keistimewaannya (Mat 14:4 - berani menegur).
(3) Mungkin pertanyaan ini tidak pernah muncul dalam diri kita, karena kita melihat hidup kita biasa-biasa saja. Kita menganggap diri kita bukanlah pribadi yang istimewa. Padahal, Allah sendiri menegaskan bahwa kita adalah pribadi yang istimewa (Bdk. Mzm 8:5). Jika kita selalu menganggap tidak ada hal istimewa dalam kehidupan kita, maka kita sudah mati dalam kehidupan itu sendiri.
Pertanyaan tersebut mengajak kita untuk selalu bertanya dan mewujudkannya, hendak menjadi apa diri kita. Menjadi yang istimewa atau biasa-biasa saja.
2. Pentingnya bimbingan orang tua
(4, 5) Yohanes berarti "anugerah dari Allah". Kelahirannya membawa sukacita bagi semuanya karena Elisabet, ibunya yang dikatakan mandul namun dapat mengandung pada usia yang sudah tua. Kelahiran Yohanes sebagai rahmat Tuhan, penghapus aib dalam kehidupan keluarga ini.
(3) Hal ini terjadi berkat bimbingan kedua orang tuanya yang menanamkan nilai iman yang benar, harapan yang unggul serta kasih sayang yang sempurna dalam diri Yohanes.
Jadi, keluarga merupakan wadah untuk menanamkan benih-benih kebaikan, cinta kasih terhadap Tuhan dan sesama, pengampunan kepada mereka yang menyakiti bahkan hal-hal yang menunjukkan bahwa kita adalah para pengikut Kristus.