20.29 -
*Orang Kudus dan tokoh Alkitab*
Istri Potifar - budak nafsu
Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar (Kej 39:11-12)
Alkitab banyak mencatat tokoh-tokoh wanita yang baik, tetapi juga mencatat kisah-kisah wanita yang berperangai buruk bahkan jahat.
Ini menunjukkan bahwa Alkitab benar-benar menampilkan realitas yang sesungguhnya dari kehidupan manusia di dunia ini. Kali ini kita akan membahas mengenai seorang perempuan genit, istri seorang pejabat tinggi di Mesir, yang berperilaku buruk, yakni sebagai wanita penggoda.
Dan pria yang dibujuk dan digodanya adalah Yusuf, anak Yakub, yang dijual oleh sudara-saudaranya sebagai budak. Dan nasib telah membawanya ke negara Mesir menjadi budak yang dipercaya oleh Potifar tuannya.
Ini menunjukkan bahwa Alkitab benar-benar menampilkan realitas yang sesungguhnya dari kehidupan manusia di dunia ini. Kali ini kita akan membahas mengenai seorang perempuan genit, istri seorang pejabat tinggi di Mesir, yang berperilaku buruk, yakni sebagai wanita penggoda.
Dan pria yang dibujuk dan digodanya adalah Yusuf, anak Yakub, yang dijual oleh sudara-saudaranya sebagai budak. Dan nasib telah membawanya ke negara Mesir menjadi budak yang dipercaya oleh Potifar tuannya.
Alkitab sama sekali tidak mencatat siapa nama isteri Potifar. Sebuah catatan sejarah kuno di Mesir menyatakan bahwa nama isteri Potifar itu adalah Zelicha (The Book of Jasher, 44). Dalam Alkitab ia hanya dikenal sebagai “isteri Potifar”.
Beberapa sarjana Alkitab mengatakan bahwa Potifar adalah “kepala pengawal raja” (Kej 30:1). Itu menunjukkan bahwa dia adalah seorang kaya yang memiliki banyak pelayan dan budak.
Tidak diragukan lagi, semua orang mengenal Potifar, termasuk istrinya tentu terkenal juga. Walaupun tanpa sebuah nama, isteri Potifar telah menjadi sinonim dari hawa nafsu dan birahi.
Beberapa sarjana Alkitab mengatakan bahwa Potifar adalah “kepala pengawal raja” (Kej 30:1). Itu menunjukkan bahwa dia adalah seorang kaya yang memiliki banyak pelayan dan budak.
Tidak diragukan lagi, semua orang mengenal Potifar, termasuk istrinya tentu terkenal juga. Walaupun tanpa sebuah nama, isteri Potifar telah menjadi sinonim dari hawa nafsu dan birahi.
Alkitab mencatat dengan jelas tindakan isteri Potifar yang lancang dan tidak sopan yang paling aib dan memalukan, sehingga hal itu membuat dia benar-benar kehilangan segala kebajikan dan kehormatan.
Perhatikanlah tindakan isteri Potifar :
Perhatikanlah tindakan isteri Potifar :
1. Dosanya dimulai dari mata. Dia memandang Yusuf dengan berahi (ayat 7). Yusuf adalah orang yang manis sikapnya dan elok parasnya (ayat 6).
(1) Keelokan yang luar biasa, pada pria ataupun wanita, sering kali terbukti merupakan perangkap yang berbahaya, baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Karena itu tidak boleh ada kesombongan di dalamnya, dan harus ada kewaspadaan terus-menerus terhadap godaan yang menyertainya. Perasaan tertarik itu memperdayai, menipu.
(2) Kita memiliki kebutuhan besar untuk menetapkan syarat bagi mata kita (Ayb 31:1), supaya mata tidak memengaruhi hati.
Istri Potifar seharusnya menyadari bahwa ia mempunyai seorang suami, sehingga sebenarnya ia harus menjaga nama baik suaminya, bukannya malah menjatuhkannya melalui perbuatannya yang memalukan.
2. Dia berani dan tidak merasa malu dengan dosanya. Dengan wajah lancang dan muka seorang perempuan sundal dia berkata, “Marilah tidur dengan aku.”
Dengan pandangan jalangnya dan nafsu tidak kudusnya, dia sudah berzinah dengan Yusuf di dalam hatinya. Perhatikanlah, kalau nafsu sudah sampai di kepala, dia tidak akan menahan apa pun, tidak merasa malu dengan apa pun. Kesopanan, nama baik, dan hati nurani, semuanya diacuhkan demi untuk memuaskan keinginan syahwatnya.
3. Dia mendesak dan memaksa dengan godaannya. Dia sudah sering ditolak dengan alasan-alasan terkuat, namun sesering itu pula dia mengulangi permintaannya yang hina. Dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf (ayat 10).
Hal ini merupakan kejahatan besar dalam diri perempuan itu, dan menunjukkan hatinya yang sepenuhnya bertekad untuk melakukan kejahatan. Ini juga merupakan godaan besar bagi Yusuf.
Namun, dengan kasih karunia Allah, Yusuf mampu menolak dan mengalahkan godaan itu. Ini merupakan satu tindakan kebajikan dan kesucian penuh tekad, sekalipun mungkin ia tahu resikonya sangat besar. Dan memang, pada akhirnya Yusuf harus mengalami penderitaan berupa fitnah dan masuk penjara akibat kejujurannya.
Billy Graham dalam bukunya “Tujuh Dosa Maut” mengatakan, “ Dosa seksual adalah satu dosa yang paling keji, sebab seksual merupakan satu pemberian Allah yang paling berharga, yakni kasih manusia.
Dosa seksual menyeret manusia ke tingkat yang rendah, tingkat hewan. Tetapi biarpun dosa ini paling keji, namun itulah dosa yang paling banyak dilakukan oleh orang dari segala hasil kelicikan Iblis.
Dosa ini juga telah menyebabkan banyak suami-isteri bercerai, dan mengakibatkan ribuan anak yang tak bersalah kehilangan rumah, keluarga, dan juga menghancurkan hari depan banyak anak muda. Bahkan tidak sedikit hamba Tuhan juga jatuh dalam dosa ini.”
Salah satu cara untuk menghindari dosa adalah dengan menyebut dosa sebagai dosa dan menyebut dosa dengan nama sebenarnya.
Kalau Anda menyebut dosa sebagai “kelemahan” atau “sesuatu yang kurang baik”; menyebut dusta sebagai “kebijaksanaan”; menyebut perzinahan sebagai “mengikuti mode”; maka jauh lebih mudah bagi Anda untuk jatuh ke dalamnya!
Walaupun mengandung resiko tinggi, Yusuf tetap berani menolak dan lari dari pencobaan ini. Inilah cara mengalahkan godaan jenis ini!
Amsal mengatakan, jauhkanlah jalanmu daripada perempuan jalang (Ams 5:3,8; 1 Kor 6:18a). Isteri Potifar memaksa, tetapi Yusuf tetap menolak, bahkan lari.
Memang Yusuf adalah seorang budak manusia akan tetapi isteri Potifar lebih parah lagi, ia adalah budak nafsu! Kiranya kita semua diberikan kekuatan dari Tuhan agar dimampukan untuk melawan godaan semacam itu.
(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).